Minggu, 08 September 2013

Sehat Mental : TINDAKAN MEDIS PERTAMA TIM KE EMPAT

Ahad (23/12), Langit Jabal Akrod diselimuti awan mendung, biasanya pasukan Bashar Asad tidak akan berani menerbangkan pesawat tempurnya ketika langit mendung. Alhamdulillah, hari itu kami mulai berkoordinasi dan menyusun job description Tim dalam musyawarah bersama dr.Rosyid sebagai pimpinan Rumah Sakit Lapangan Jabal Akrod.

http://hilalahmarsociety.org/wp-content/uploads/2012/12/IMG-20121223-WA0091-300x225.jpg


Di tengah-tengah musyawarah kami, datang satu pasien yang mengalami luka cukup parah dibagian lutut kakinya terkena benda tajam. Rupanya pasien yang terluka ini mengalami kecelakaan kerja ketika hendak memotong-motong kayu untuk dijadikan bahan bakar pengahangat ruangan, luka yang dialaminya cukup parah, Tim HASI bersama dr.Rosyid berusaha untuk melakukan pertolongan pertama dengan menghentikan perdarahan yang terjadi sebab pasien harus dirujuk ke Rumah Sakit Lapangan di Yamadiya (kawasan yang lebih dekat dengan perbatasan Turki) untuk mendapatkan perawatan intensif dengan peralatan yang lebih lengkap. [FS]


Relawan HASI Mengantarkan Bantuan Ke Kawasan Idlib


Sabtu (5/1) Alhamdulillah perjalanan kemarin dimudahkan Allah. Kami sempat shalat jumat, pertama kalinya di bumi syam. Pada rakaat pertama terdengar suara heli. Pak imam cukup bijak, beliau membaca surat Al-Quraisy dan An-Nashr yang sangat pendek untuk ukuran jumatan di negeri kita. Jumatan yang hanya 2 shaf pun berlalu aman dan tenang. Jamaah dan pak imam bahkan sempat beramah-tamah sebentar dengan kami di halaman masjid.

WA009-300x225.jpg

Cerita berbeda terjadi di mazdakhihya, tempat kami menyalurkan bantuan bagi penduduk yang rumahnya hancur kena bom pekan kemarin. Agaknya mereka masih trauma dengan serangan heli yang menghancurkan 10 rumah disana. Shalat jumat bubar ketika heli melintas diatas desa mereka. Demikian menurut salah satu warga yang menerima bantuan. Sepuluh paket bantuan uang kami serahkan pada penduduk. Nominalnya mungkin tak seberapa tapi mudah-mudahan memompa moral mereka, bahwa ada saudara muslim mereka nun jauh di Indonesia yang peduli dan berempati pada penderitaan mereka, dengan gembira, mata berbinar dan senyum sumringah, mereka berterimakasih dan banyak bertanya pada kami tentang Indonesia.

 "Indonesia Negeri Muslim besar ya?" banyak penduduknya? setelah sempat dijamu jus jeruk dan kopi, kami pun pamit meninggalkan desa yang indah di puncak bukit menghadap pegunungan jabal turkman itu.
Perjalanan kami lanjutkan ke Ainul Baidho. Sebuah kamp pengungsian baru di Idlib. Di sana ada puluhan tenda dan ratusan muhajir (orang-orang yang hijrah.red) perjalanan menuju Idlib, alhamdulillah lancar dan aman. mendung dan kabut tebal menaungi kami sepanjang jalan. Allah mengamankan kami dari serangan pesawat rezim.

IMG-20130105-WA010-300x225.jpg

Kondisi mereka mengenaskan, mereka tinggal di tenda tanpa pemanas, padahal suhu di lereng pegunungan itu dingin sekali. Saat kami berwudhu untuk shalat ashar, ujung jari langsung terasa beku, wanita dan anak-anak mengerumuni tungku api, memasak sambil menghangatkan tubuh, sementara kaum lelakinya sibuk menurunkan selimut, roti dan beras dari truk bantuan.

IMG-20130105-WA012-300x225.jpg
Tim medis HASI bersama dr Romi menggelar pemeriksaan kesehatan di sebuah tenda. mereka yg sakit pun segera merubung, kebanyakan balita. belasan balita terkena infeksi saluran pernafasan atas (ispa). kondisi yg dingin dan kurang higienis membuat kasus ini banyak dijumpai. az

Yahya dan Api Unggunnya
http://hilalahmarsociety.org/wp-content/uploads/2013/01/IMG_2632-300x225.jpg

"Yahya," jawab anak berjaket merah itu ketika saya bertanya siapa namanya. Bersama Muhammad, adiknya, Yahya sedang berdiang menghangatkan tubuh di depan unggun api di samping tendanya.
Percakapan kami pun mengalir setelah sapaan pertama itu. Yahya bersama ayah, ibu dan dua adiknya mengungsi dari kawasan Idlib ke Ainul Baidho di perbatasan Turki. Kenapa?

"Desa kami dijatuhi birmil, roket dan bom," jawabnya. Anak 11 tahun itu kemudian bercerita dengan semangat kekanakannya bagaimana helikopter, jet MiG dan roket-roket Grad buatan Rusia menghancurkan rumah dan kampungnya.

http://hilalahmarsociety.org/wp-content/uploads/2013/01/IMG_2630-300x225.jpg

"Kami ingin ke Turki, bergabung dengan kamp pengungsi di sana, Mungkin ke Yazdalij atau Urfah," jelas Yahya ketika saya bertanya ke mana mereka hendak pergi.

Ya, kondisi kamp pengungsian di Turki jauh lebih baik. Pemerintah Turki dan lembaga-lembaga bantuan mencukupi kebutuhan mereka dengan tenda berpemanas guna melawan hawa musim dingin. Namun mereka belum bisa menembus perbatasan sehingga harus menunggu di Ainul Baidho.

Tenda-tenda di kawasan perbatasan Suriah-Turki itu tak mampu melawan dinginnya malam yang menusuk tulang. Pemanas tak ada dan tak mungkin digunakan karena bahan tenda yang plastik rawan terbakar.
Jadilah Yahya, keluarga dan para pengungsi berdiang melawan dingin di depan api unggun yang juga digunakan untuk memasak. Hal ini tentu tak bisa dilakukan jika hujan turun. Perih hati rasanya melihat anak-anak dan balita itu kedinginan.

Namun semangat Yahya tetap tinggi. Ketika saya mengambil fotonya, si kakak segera mengacungkan dua jari. Ia juga menyuruh Muhammad agar mengacungkan simbol V yang bermakna Victory atau kemenangan. Dasar anak-anak revolusi, optimis menang meskipun harus terusir dari kampungnya

(Laporan  tim ke empat  Relawan HASI di Suriah)
  • Majalah Hilal Ahmar | 64/IX/MAR2013 | Sehat Mental



Tidak ada komentar:

Posting Komentar