Minggu, 24 Maret 2013

Majalah Hilal Ahmar Edisi 62, Januari 2013

Daftar Isi


Bilik Redaksi


Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh!

Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam. Shalawat dan salam sejahtera semoga terlimpah kepada junjungan kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam, keluarga, sahabat, dan pengikutnya.

Tim kemanusiaan ketiga Hilal Ahmar  Society Indonesia (HASI) telah selesai menunaikan tugas membantu kaum muslimin Suriah. Tiba di bandara Soekarno Hatta pada tanggal 4 Desember 2012. Banyak hal yang telah dikabarkan di dalam web kami www.hilalahmarsociety.org, silahkan saudara pembaca akses web tersebut untuk membaca segala aktifitas teman-teman relawan. Dan tak lupa silahkan donasikan uang anda kepada Sunduq Peduli Suriah, insya Allah akan kami gunakan untuk membantu keperluan kaum mulimin Suriah menghadapi musim dingin.

Musim dingin telah tiba. Meskipun demikian, insya Allah tim keempat HASI tetap berangkat membantu kaum muslimin Suriah menghadapi buruknya musim. Membantu saudara muslim di saat paling menderita adalah pekerjaan kami. Mohon doa agar tetap istiqamah dan ikhlas.

Mulai tahun 2013, kami akan melakukan sosialisai rencana pembangunan Klinik Pratama Rawat Inap Hilal Ahmar di Sukoharjo Jawa Tengah. Klinik rawat inap ini insya Allah akan kita gunakan untuk pelayanan bebas biaya bagi masyarakat dan untuk menghadapi era berlakunya BPJS Kesehatan mulai tahun 2014. Silahkan berpartisipasi dalam kegiatan ini.

Tidak lupa, kami tetap berkomitmen untuk mewujudkan Bank darah Rumah Sakit Indonesia di Gaza. Salurkan infaq terbaik anda untuk kaum muslim di Gaza.
Tetap sehat, tetap memberi yang terbaik!

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh!
Sunardi

Surat Pembaca : IMUNISASI ANAK SEKOLAH

IMUNISASI ANAK SEKOLAH
Assalamu’alaikum!
Pak, di sekolah anak saya ada imunisasi tetanus dan  difteri. Sebetulnya apa guna imunisasi anak SD kelas 3? Apakah penting?
Ummi Ibrahim- Solo
08586778xxxx
Wa’alaikumussalam!
Imunisasi anak sekolah merupakan booster bagi imunisasi yang dulu pernah dilakukan semasa bayi. Tetanus dan difteri masih merupakan penyakit menular dan mematikan. Dari pandangan medis imunisasi itu penting.

SUSAH BUANG AIR BESAR
Assalamu’alaikum!
Dokter, saya sudah  2 hari tidak buang air besar. Perut saya sekarang keras dan kepala bagian belakang terasa nyeri berdenyut. Obatnya apa ya? Jazakallah.
Muhammad S-Jakarta
081182xxxx
Wa’alaikumussalam!
Kami sarankan untuk banyak makanan yang mengandung serat seperti buah-buahan dan sayur mayur. Untuk buah coba alpokat matang tanpa diberi gula. Kemudian untuk mengurangi rasa tidak nyaman di perut beri antacid. Dan untuk mengurangi rasa nyeri berdenyut bapak bisa beri obat anti nyeri.

MATA BELEKAN
Assalamu’alaikum!
Anak saya matanya belekan keluar kotoran terus. Badannya panas, sudah saya beri penurun panas. Sekarang masih hangat badannya. Untuk matanya diberi apa pak?
Ummu Asiah-Sukoharjo
0858677xxxx
Wa’alaikumussalam!
Biasanya hanya terkena infeksi virus bu. Obat penurun panas terus diberikan jika masih panas. Kemudian untuk mata yang belekan bisa dikasih obat tetes mata. Upayakan istirahat dan makanan bergizi.

Sepotong Kata : KESENJANGAN

KESENJANGAN

Orang yang mencermati dunia kita sekarang, pasti  melihat banyak orang yang menyuruh orang lain berdiri di belakangnya sembari memegang kerah bajunya seraya berkata, “Diriku, diriku! Kemenangan milikku, bukan milik orang lain!” Demam kompetisi serta perlombaan terjadi dalam segala lini dan disetiap level masyarakat guna mendapatkan materi. Diantara mereka, siapakah yang paling banyak mengumpulkan materi?

Demi mewujudkan hal itu, timbullah kezaliman, kebohongan, penipuan, kedengkian, dan permusuhan. Harta benda dirampas dan hak-hak manusia dinodai demi kenikmatan yang akan sirna.
Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mengharamkan  usaha untuk mencari rezki, namun Dia justru  menganjurkannya. Akan tetapi, Allah menyeru semua itu dengan, “Berjalanlah”  dan “Carilah”.
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”
(Al-Jumu’ah : 10).

“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kami, maka berjalanlah  di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu kembali setelah dibangkitkan.”  (Al-Mulk : 15).
Dia tidak berfirman “Bekerja keraslah” atau “Berlomba-lombalah”.

Akan tetapi, ketika Dia memberi isyarat kepada urusan akhirat dan usaha untuk mencari surga. Dia menyeru kepadanya dengan, “Bergegaslah” dan “Berlomba-lombalah”

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabb-mu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.”
(Ali Imran 133).
“Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabb-mu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menunjukkan kepada kita arena yang paling bagus untuk berkompetisi secara sehat dan tujuan yang tidak menimbulkan penganiayaan, dosa, permusuhan, dan kebencian.

“Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada di dalam kenikmatan yang besar (surga), mererka duduk di atas dipan-dipan sambil memandang. Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan mereka yang penuh kenikmatan. Mereka diberi minum khamr murni yang dilak (tempatnya), laknya adalah kesturi, dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.” (Al Muthaffifin : 22-26).

Demi Allah, ini adalah arena kompetisi yang benar. Diantara anugerah Allah  ialah Dia telah memudahkan kompetisi ini bagi orang yang menginginkannya pada masa sekarang. Para salafussholeh berkompetisi dan bergegas untuk mendapatkan surga dengan melakukan  berbagai ketaatan dan pendekatan diri kepada Allah. Orang yang ingin mengikuti jejak mereka harus menyisingkan lengan baju dan segera berangkat. Kalau tidak, ia akan tertinggal dari rombongan mereka. Namun sekarang, orang-orang berjalan perlahan-lahan untuk mendapatkannya. Jika mau berjalan sedikit lebih cepat dari mereka, anda akan mendahului sendirian di depan.

Sementara itu, persaingan dalam urusan dunia merupakan sesuatu yang tak dianjurkan. Rezeki manusia di dunia telah ditentukan sebelum ia dilahirkan. Walaupun ia berusaha beekrja keras di dunia seperti binatang buas yang kesana kemari supaya memperoleh tambahan, niscaya ia tak akan mendapatkan kecuali yang telah ia tetapkan. Ia tidak akan menuai hasil kerja kerasnya melainkan kelelahan dan kepayahan.

Sungguh, kita bekerja keras mencari apa yang dijamin bagi kita, yakni rezeki, dan meninggalkan apa yang tidak dijamin bagi kita yang seolah-olah kita tidak  pernah membutuhkannya, yakni surga.

Ini menunjukkan kekurangan keimanan kita. Sebab, seorang hamba merasa yakin bahwa pekerjaannya ialah sumber rezekinya, sehingga ia tidak  akan mengembalikannya kepada Allah, meskipun ia mempercayainya dengan ucapan dan bukan dengan perbuatannya.

“Orang-orang Arab Badui itu berkata, “Kami telah beriman.” Katakanlah; “Kamu belum beriman, tapi katakanlah, “kami telah tunduk”, Karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu…” (Al Hujurat 14).
Seperti itulah iman umumnya kaum muslimin. Mereka adalah orang-orang beriman, tetapi masuknya hakikat keimanan ke dalam qalbu berlangsung sedikit demi sedikit, jika Allah memberikannya kepada mereka. Kalau tidak, sebagaimana yang dijelaskan Syaikhul Islam dalam Al Iman,  iman mereka tidak sampai pada keyakinan. Apabila mereka dibuat ragu dalam permasalahan-permasalahan Islam, mereka akan menjadi ragu. Apabila mereka diperintah berjihad, mereka tidak akan berjihad. Mereka bukan orang-orang kafir dan munafik. Akan tetapi, mereka ialah orang yang tidak memiliki pengetahuan qalbu dan kepercayaan terhadap-Nya yang bisa menghilangkan keraguan.

Selain itu, mereka juga tidak mempunyai kekuatan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya seperti yang mereka curahkan kepada keluarga dan harta benda. seandainya Allah tidak menguji dengan dengan perkara-perkara yang bisa membersihkan qalbu mereka yang menunjukkan kesabaran dan keteguhan, lalu mereka meninggal, niscaya mereka akan masuk surga. Namun, apabila mereka diuji, kemudian muncul keraguan pada diri mereka dan mereka mati dalam keadaan ragu dan beralih kepada jenis kemunafikan. Hanya Allah tempat memohon perlindungan.

Singkat kata, ketika seorang hamba yakin kepada sebab-sebab dan keyakinan kepada manfaat sebab-sebab tadi cukup kuat, Allah akan membuatnya pasrah kepada-Nya sesuai dengan kuatnya keyakinan terhadapnya.

(Sumber : Rumus Masuk Surga, dr. Abdullah Bahjat, Iman Kurdi, Aqwam, Solo, 2007).

Sehat Utama : Catatan Perjalanan Tim Ketiga Relawan HASI (7)

Serahkan bantuan hingga 1 km dari tentara BASHAR

Dari perjalanan mendebarkan yang selama ini dilakukan tim 3 relawan HASI (Hilal Ahmar Society) di Suriah, barangkali malam inilah yang paling memicu adrenalin. 4 orang anggota tim disertai 2 warga Suriah sebagai guide mengunjungi rumah Abdur Rozak, 60 tahun. Ia adalah bapak (Alm) Abdul Majid yang meninggal 19 November lalu dan (Alm) Ammar dua pekan sebelumnya.

Perjalanan menggunakan mobil dilakukan tanpa cahaya, untuk menghindari intaian tentara Bashar Asad. “Alhamdulillah, cahaya bulan cukup terang,” tutur Abu Yahya, ketua Tim 3 Relawan HASI. Rumah yang dituju tim berada di dataran tinggi sejajar dengan pos pengintaian tentara Bashar. Pos itulah yang tiap hari menghujani Jabal Akrad dengan roket dan mortar. “Posisi kami dengan tentara Bashar hanya dipisahkan lembah seluas 1 km. Rumah di mana kami berada berhadapan langsung dengan mereka,” kata Abu Yahya lirih dalam rekaman audio yang dikirimkan ke HASI Jakarta.

Tim HASI memandang keluarga kedua Almarhum layak mendapat santunan.“ (Alm) Ammar adalah petugas di klinik darurat. Setelah meninggal karena mortar yang meledak di depan klinik, tugas diwarisi oleh adiknya, (Alm) Abdul Majid,” ungkap dr. Rosyid, penanggung jawab klinik darurat. “Ternyata, tak hanya tugas, namun (Alm) Abdul Majid juga mewarisi kesyahidan kakaknya.”

Sama seperti sebelumnya, bantuan yang disampaikan HASI berupa paket sembako beserta uang 200 Lira Turki. “Karena yang meninggal dua, Bpk. Abdul Razak kita beri dua paket bantuan,” jelas Abu Yahya. Abdul Razak mengungkapkan rasa bahagia sekaligus sangat berterimakasih atas taliasih silaturahmi ini. Sayang, tim tidak dapat mengabadikan gambar serah terima bantuan tersebut. “Kilatan cahaya kamera dapat menarik perhatian tentara Bashar,” tutupnya mengakhiri laporan. [HASI]

Sehat Utama : Catatan Perjalanan Tim Ketiga Relawan HASI (6)

Pelatihan menjahit luka bagi Paramedis lokal Suriah

Tingginya intensitas serangan tentara Bashar Asad hari-hari ini diimbangi rasa tenang yang Allah turunkan kepada para relawan HASI. Di paruh terakhir masa tugas, mereka berusaha mengoptimalkan sisa waktu yang ada seefisien mungkin. Salah satunya, mengadakan pelatihan penanganan trauma bagi perawat lokal.

Bertempat di sebuah rumah penduduk, Jumat 23 Nopember 2012 relawan HASI mengadakan pelatihan menjahit luka. Dipandu dr. Eddy Sabarno dan Eddy Subiyanto, para perawat yang sehari-hari bertugas di klinik darurat belajar menjahit luka, menggunakan media sepotong kardus. “Tak ada rotan pun jadi. Yang penting mewakili kondisi sebenarnya,” kata dr. Herry.

Teori disampaikan dr. Edy kalimat per kalimat yang disambung dengan penerjemahan Ust. Oemar. Peserta menyimak dengan seksama, meski di antara mereka sudah  ada yang mahir. “Beberapa di antara mereka sudah mampu menjahit dengan baik, sedangkan lainnya perlu pelatihan berulang,” kata Eddy Subiyanto.

Sementara peserta yang belum mahir mengulang pelatihan, juga dilakukan pengenalan alat-alat medis terhadap perawat yang sudah mahir menjahit. Di antaranya tracheostomy tube (pipa trakhea) dan cara penggunaannya. Selain diikuti perawat, seorang petugas keamanan klinik juga turut serta. “Dalam kondisi darurat seperti ini, siapapun sewaktu-waktu bisa berubah menjadi paramedis,” jelas Ust. Oemar. [AY]

Sehat Utama : Catatan Perjalanan Tim Ketiga Relawan HASI (5)


Sakinah

Drum-drum berisi puluhan kilo TNT bercampur paku dan potongan besi itu dijatuhkan dari pesawat berketinggian 400 m dari atas tanah. Bahkan dari heli yang jaraknya cuma 100-an meter. “Blaarr…” Saya kemudian membayangkan bom Bali 1 yang konon berkekuatan 100 kg. TNT meluluhlantakkan kawasan Legian. Apa jadinya kalah drum itu tepat menimpa bangunan tempat kami tinggal? Kadang, satu titik “dihadiahi” tiga drum sekaligus. Kalau tiap drum berisi 60 kg berarti total 180 kg. Hampir dua kali lipat bom Bali 1.

Belum lagi meriam, mortar dan roket yang berseliweran seperti tak mengenal waktu. Bila bom drum (orang sini menyebutnya birmil) tergantung cuaca—karena pilot mengandalkan pandangan mata telanjang, jika mendung tiba biasanya tidak terbang—lain halnya dengan bom-bom yang diluncurkan dari atas perbukitan tersebut. Kadang sampai jam 21.00 malam masih terdengar bersaut-sautan. Startnya paling pagi jam 08.00.

Begitulah, pekak dentum bom yang mengguncang bumi dan bangunan bersautan, membentuk simponi kehidupan.Ya, sebuah kehidupan yang berat, menapak harapan dan keinginan untuk bebas merdeka dari cengkeraman tiran. “Meski berat, jalan ini harus kami lalui. Semoga langkah yang kami titi ini membimbing kami ke surga-Nya,” ujar Fatimah, apoteker di klinik tempat kami “berdinas.”

Siapapun kami di sini—paramedis, penerjemah atau saya sendiri sebagai penulis laporan dan berita—seringkali terjeda oleh perintah evakuasi ketika terjadi serangan. Jarum suntik yang kami siapkan, obat yang kami resepkan atau rangkaian tulisan yang kami kirim seringkali dibuat tidak sekali jadi. Ada jeda evakuasi yang memaksa kami menghentikan semua aktivitas untuk berlindung di tempat yang dirasa lebih aman.

Begitu mencekamkah suasana? Tergantung siapa yang menilai. Keluarga dan rekan-rekan kami di tanah air yang membaca perkembangan lewat web HASI mungkin hanya bisa melindungi kami dengan doa tak tak henti terpanjat. Jujur, sebagai manusia sipil yang belum pernah sama sekali terjun ke medan perang rasa was-was itu juga menyelimuti kami. Hanya pertolongan Allah-lah yang membuat kami tetap memilih bertahan melanjutkan misi kemanusiaan ini.

Pertolongan yang kami rasakan adalah rasa ketenangan yang selalu menelingkupi kami. Memang saat terjadi serangan rasa khawatir itu tetap ada. Namun Allah selalu mengganti suasana menegangkan itu dengan ketenangan dan keceriaan. Siang hari saat gempuran tak henti, sering Allah menggantinya dengan malam hari yang hangat oleh obrolan, canda dan keakraban baik antar kami sesama relawan HASI maupun dengan ikhwah Suriah yang mengunjungi kami. Berbagai obrolan, curhat dan cerita lain menghapus bayang-bayang ketegangan sebelumnya. Atau “perbekalan humor” yang kami bawa dari tanah air, Pak Eddy dengan eskpresi lugu dan kocak khas Jawa-nya. Melihatnya belajar bahasa Amiyah bersama  Mustafa bisa membuat perut terkocok.

Kami—orang Indonesia maupun Suriah—sudah terbiasa dengan ritme kehidupan seperti ini. Bahkan ketika tiga birmil meledak hanya 200 m dari tempat kami tinggal—Alhamdulillah ada jurang kecil yang memisahkan—20 Nopember lalu. Aktivitas kembali normal, bahkan 2 jam setelahnya kami merajang kentang di halaman belakang. Padahal, di tempat itu Mustafa, seorang warga Suriah yang selalu menemani kami, terhempas udara hingga 2 meter. Entahlah, apakah ini karena kami merasa telah menyatu dengan kehidupan mereka—merasakan langsung luka, rasa was-was bahkan kekurangan pangan dan cuaca sangat dingin bersama mereka.

Yang pasti, di tengah segala suasana genting kami masih memiliki Allah. Kepada-Nyalah kami gantungkan semua perkara. Dengan itu, kami mencoba berharap rasa tenang sebagaimana Ia turunkan pada shahabat dalam perang Badar. Soal nasib, “Lan yushibana illa maa katabal-Lahu lana. Huwa maulana wa alal-Lahi fal yatawakkalil mutawakkilun.” [AY]


Sehat Utama : Catatan Perjalanan Tim ketiga Relawan HASI (4)


Serangan Udara “Birmil” Tentara Bashar Asad Hantam Rumah Penduduk 

Selasa, 20 Nopember 2012 sekitar pukul 12.35 waktu Suriah terjadi serangan udara. Kali ini pesawat tentara Bashar Asad menjatuhkan 4 bom birmil, dan jatuh di sebuah rumah penduduk. Alhamdulillah, meski berkali-kali dihantam birmil, tidak ada korban tewas. “Hanya ada seorang warga yang tadi berobat karena tangannya memar tertimpa benda keras ketika rumahnya dihantam birmil,” kata dr. Eddy, sukarelawan HASI.

Sore harinya usai menunaikan shalat Maghrib seorang pasien dibawa ke IGD. Korban menderita luka ringan di kaki terkena mortar yang meledak sore ini. Selain pasien di atas, hari ini ada tiga orang warga yang datang ke klinik karena mengalami fruktur (patah tulang) di tangan dan kaki. “Kata pasien, di desanya terjadi gempuran sengit di desa mereka kemarin, sejak pagi hingga Maghrib,” ujar dr. Herry ketua tim medis sukarelawan HASI. “Mereka terkena peluru yang mengakibatkan patah tulang.”  Selain pasien yang terkena serangan bom, juga terdapat pasien dengan penyakit “normal.” Terakhir, seorang perempuan menderita influenza ditangani.

Terjadi peningkatan serangan oleh tentara Bashar Asad dalam 3 hari terakhir ini. Kemarin, serangan mengakibatkan 7 orang terluka, dimana 2 diantaranya akhirnya meninggal dunia. Serangan udara mnejadi andalan utama tentara Bashar karena jalur darat menuju Jabal Akrad dijaga ketat oleh gerilyawan. Selain menggunakan roket, akhir-akhir ini tentara Bashar memakai alat yang jauh lebih hemat namun lebih mematikan, yaitu Birmil.
Birmil, sebuah “inovasi” baru tentara Bashar berupa drum berisi sampai 60 kg TNT dicampur potongan besi, paku dan benda tajam lainnya dijatuhkan dari ketinggian 400 meter. Dan, hari ini serangan baru berakhir di atas jam 7 malam. Akibatnya, berita ini baru sempat kami kirim ke Indonesia keesokan hari, menunggu serangan mereda. [AY]


Sehat Utama : Catatan Perjalanan Tim Ketiga Relawan HASI (3)


2500 Liter Solar  Per Bulan Untuk Satu Rumah Sakit Lapangan Di Suriah

Lattakia, sebuah kawasan yang luas meliputi beberapa kabupaten (dalam istilah Indonesia), disitulah Tim Ketiga Relawan HASI bertugas memberikan bantuan kemanusiaan di Rumah Sakit Lapangan yang didirikan oleh Ikatan Dokter Suriah. Satu flat  empat lantai disulap menjadi  Rumah Sakit, namun hanya dua lantai pertama yang bisa digunakan untuk menampung pasien mengingat pasukan Bashar Asad  sering kali melontarkan roket, mortir, tentunya juga serangan udara langsung menggunakan helikopter tempur yang menjatuhkan “Birmil” (tong besar yang diisi 60 kg TNT) ke atas bangunan-bangunan yang dihuni rakyat suriah khususnya Rumah Sakit Lapangan yang memang menjadi incaran mereka. Oleh karenanya dua lantai bawah merupakan tempat yang paling relatif aman untuk merawat pasien, sementara dua lantai diatas digunakan untuk tempat istirahat bagi para relawan yang bertugas tentu dengan senantiasa waspada dan sering turun ke lantai bawah jika serangan-serangan dan raungan helikopter mulai ramai terdengar.

Sebagaimana telah dilaporkan tim-tim sebelumnya bahwa terjadi krisis listrik atau lebih tepatnya tidak ada listri selama konflik terjadi, Bashar Asad memutus suplai listrik ke kantong-kantong mayoritas Sunni yang kontra pemerintah. Walhasil kota-kota mayoritas Sunni di Suriah bak kota mati termasuk didalamnya kota Salma yang masih masuk kawasan Lattakia tempat relawan HASI bertugas di Rumah Sakit Lapangan disana. Generator diesel menjadi satu-satunya sumber listrik untuk menghidupkan aktifitas perawatan di RS Lapangan, mengigat sangat diperlukan sekali listrik guna merawat pasien, hal mendasar misalnya adalah penerangan yang sangat diperlukan dalam pemeriksaan pasien.

Dalam bincang-bincang kami dengan dr.Rosyid penanggungjawab RS Lapangan disana, beliau menjelaskan butuh sekitar 2500 liter solar untuk menghidupkan listrik selama satu bulan di RS tersebut menggunakan mesin diesel itupun dengan standar minimal penggunaan listrik jika dinilai dengan uang butuh 5000 USD untuk 2500 liter per bulannya.

Kami tertegun hanya untuk oprasional listrik saja membutuhkan dana yang luar biasa besar, belum obat-obatan dan peralatan medis lain, itu pun baru di satu Rumah Sakit, padahal di Suriah terdapat banyak Rumah Sakit-Rumah Sakit Lapangan serupa sebagai usaha menekan angka korban jiwa akibat luka-luka yang harus segera ditangani. Kami bergumam dalam doa, semoga bantuan dari rakyat Indonesia terus mengalir untuk meringankan beban mereka yang begitu berat. [AY]


Sehat Utama : Catatan Perjalanan Tim Ketiga Relawan HASI (2)


Sinyal, Dentuman Roket dan Halilintar 

Dingin masih menggigit, ketika sehabis shalat Subuh saya dan Ust. Umar meniti tangga menuju lantai tujuh, bagian paling atas dari “apartemen” ini. Kegelapan lorong dan tangga kami lalui hanya tersingkap oleh screen HP yang kami bawa. Senter? Jelas ada, tapi siapa yang mau ambil risiko pancaran cahayanya menarik perhatian pilot-pilot Bashar Asad, atau tentaranya yang stand-by dengan peluncur roket di pegunungan kanan dan kiri kami?

Tiba di lantai tujuh, kami harus bersabar menunggu sinyal menyapa HP. Bahkan, saking lamanya, kami coba untuk restart. Alhamdulillah, selang sesaat HP kami bersaut-sautan menandakan notifikasi pesan-pesan yang masuk. Mumpung saat itu di Indonesia jam 8-9 pagi, kami segera konfirmasi banyak hal ke HASI Jakarta. Mumpung masih di awal jam kerja, masih semangat!

Kami menyampaikan informasi sepotong demi sepotong. Tentang kondisi dan keadaan kami, tentang pertama kali praktik dengan pasien seorang relawan muda dari Semenanjung Arab, dan musyawarah dengan penanggungjawab klinik terkait program kemanusiaan kami di hari-hari berikutnya, selama tiga pekan kami bersama mereka.
Saya bersama Ust. Umar duduk berimpitan di anak tangga. Sempit untuk  kami berdua, membuat suhu tubuh kami saling menghangat. Baik saya maupun Ust. Umar,  terus berkoordinasi dengan Jakarta via chat. Selain dengan teman HASI di Jakarta, saya tidak mau tahu dengan siapa lagi Ust. Umar chatting. “Saat chatting, screen HP itu jadi wilayah privasi,” prinsip saya. Tiba-tiba Ust. Umar berhenti mengetik. Ia menengadahkan tangan dan khusyuk memuji Allah dan berdoa kepada-Nya. Saya tidak tahu—dan segan menanyainya—apa yang sedang terjadi.

Ternyata, sampai di kamar saya baru tahu. Sang istri telat datang bulan. Dan, kami semua pun mendoakan semoga Allah beri ia keturunan shaleh/shalehah. Ini mengingatkan saya kepada mas Angga Dimas, Sekjen HASI. Maret 2012 lalu, setelah menunaikan misi Global March to Jerussalem (GMJ) di Amman, Jordania, kami mampir ke Saudi untuk umrah. Setelah kami thawaf, ada kabar gembira: “Istri saya positif hamil, Ustadz,” katanya setengah berteriak girang. Dan, pagi ini selain berita Ust. Umar (kemungkinan) diberi keturunan, kami mendapat kabar sang bayi telah lahir. Mabruk!

Sebenarnya saya lebih suka mengirim berita di siang hari, saat sorot lampu tak begitu kentara. Seperti sore ini, ada laporan harian yang tadi pagi Subuh belum sempat kami kirim. Saya coba naik kembali, tanpa lupa berpamitan kepada anggota tim yang lain. “Dokter Herry, saya naik dulu, mau kirim daily report. Dari kemarin belum sempat kirim,” kata saya.

Sore ini pemandangan cukup terang, meski langit mendung dan beberapa kali suara halilintar menyalak. Seiring dengan irama rentetan senjata otomatis yang terdengar sejak siang tadi. Selain itu? Tentu saja dentuman bom dan roket dari tentara Asad.

Begitu HP dapat sinyal, beberapa pesan kembali masuk. Salah satunya dari teman pengelola media berita Islam online. “Mana kabarnya, bagi-bagi dong?” sapanya dalam chat. Hehe… hasrat siapa yang tak  ingin berbagi kabar, namun kondisi membuat kami tak bisa mengirim berita selancar yang diharapkan. Selain itu, tumpukan informasi yang datang  bertubi-tubi  memerlukan waktu untuk memilih dan menyajikannya dalam bentuk laporan tertulis.

Hujan turun, tak lama setelah notifikasi email di HP saya menandakan Message Sent. Sementara dentuman suara bom bertali berkelindan dengan suara guruh dan halilintar. Bagi saya, sebagai orang sipil, sulit membedakan suara guruh dan pesawat tempur. Padahal, SOP di sini, kalau ada keperluan di atas dan terdengar suara pesawat, harus segera turun. Dan sepertinya saya harus turun, ketika suara demi suara itu bertalu-talu. Toh, email sudah terkirim. Saatnya kembali ke “lubang perlindungan?”. [AY]


Sehat Utama : Catatan Perjalanan Tim ketiga Relawan HASI (1)

Sehat Utama
Catatan Perjalanan Tim ketiga Relawan HASI

Misi ketiga relawan HASI

Hujan deras mengguyur Bandara Soekarno Hatta, Sabtu 3 Nopember lalu, saat tim ke 3 HASI hendak bertolak ke Turki. Mengemban misi yang telah dilakukan dua tim sebelumnya, tim dipimpin Abu Yahya dengan anggota Ust. Oemar Mita sebagai penerjemah, dr. Herry Syahbana dan Eddy Subiyanto sebagai tim medis.

Abu Yahya yang saat ini masih bekerja sebagai editor penerbit Ummul Quro Jakarta, adalah salah satu pengurus HASI. Sedangkan Ust. Oemar Mita kesehariannya adalah dai yang aktif berdakwah di Jabodetabek. Adapun dr. Herry adalah aktivis Hilal Ahmar Jogja yang sedang menempuh pendidikan spesialis radiologi Universitas Gadjah Mada. Sementara Eddy Subiyanto adalah perawat di RS YARSIS Surakarta.

Dalam pesan yang disampaikan menjelang keberangkatan, dr. Sunardi selaku salah satu pendiri HASI menekankan kepada tim agar menjaga niat ikhlas dan kesabaran. “Anda adalah duta yang mewakili umat Islam Indonesia di hadapan rakyat Muslim Suriah yang sedang terzalimi.” Sementara Abu Yahya dalam sambutannya di hadapan tim dan pengurus HASI mohon didoakan agar diberi keikhlasan. 

“Ikhlas sebelum, saat dan setelah beramal.

Sementara itu, dalam laporan yang diterima HASI, tim mendarat di Turki, Senin 5 Nopember 2012 dengan selamat. Perjalanan masih berlanjut ke kota Antakya di provinsi Hatay yang berbatasan dengan Suriah, tempat banyak penduduk Suriah mengungsi. “Alhamdulillah, semua anggota dalam kondisi fit meski masih harus menyesuaikan lidah dan lambung dengan menu Turki,” lapor Abu Yahya. “Selama perjalanan, Ust Oemar Mita selalu memotivasi tim tentang keutamaan membantu saudara Muslim, juga adab-adab safar.”
Menu makanan Turki memang tidak lazim bagi lidah kebanyakan orang Indonesia. Oleh sebab itu, tim ke 3 berinisiatif membawa bekal lauk lokal seperti abon sapi dan telur asin. Perbekalan menu semakin beragam ketika Ust Oemar Mita membawa tiga dus rendang. “Ini bekal dari salah seorang murid ngaji saya,” kata Ustadz lulusan LIPIA Jakarta tersebut. Selain dukungan dari murid pengajiannya, sang Bunda juga memberikan restu penuh. “Mana mungkin seorang ibu menghalang-halangi niat anaknya yang hendak beribadah?” jawab ibu Ust Oemar saat anaknya berpamitan.


Wawancara : “Kami Menginginkan Hukum Allah”


Laporan Wawancara Tim Ketiga Relawan HASI, Jabal Akrod, Suriah

Wawancara dengan Muhammad, Tentara Bashar Asad yang Membelot

“Kami Menginginkan Hukum Allah” 

Sore hari, saat kami stand-by di klinik datang dua orang pemuda. Seorang diantaranya memakai baju tentara. Iamengantarkan temannya yang menderita demam. Dari informasi petugas klinik lainnya, kami tahu bahwa orang berbaju tentara itu adalah mantan tentara Bashar Asad yang kini membelot bergabung bersama gerilyawan. Sembari menunggu jadwal pemeriksaan temannya, kami mengajaknya bincang-bincang sejenak.

Bisa Anda perkenalkan diri? 

Nama saya Muhammad. Usia 21 tahun. Saya dulu tentara pemerintah Bashar Asad dengan pangkat baru bintara, bertugas di Aleppo. Saya Sunni.

Mengapa Anda waktu itu bergabung dengan tentara Asad  yang dikuasai kaum Alawiyin/Nushairiyah? 

Ya, waktu itu saya ingin menjadi tentara saja.Tidak ada tendensi apa-apa selain menjalani kehidupan manusia normal sebagai tentara. Itu saja.

Sejak kapan Anda membelot? 

Lima bulan lalu.

Sebabnya? 

Saya tidak tahan dengan kedzaliman yang saya saksikan di depan mata kepala saya sendiri. Saya dilarang shalat, dilarang shaum. Kami, para tentara diperintah untuk membunuh warga sendiri. Kalau tidak mau membunuh, kami dihukum.

Anda pernah membunuh  kaum Muslim? 

Alhamdulillah tidak. Saya kebetulan bertugas menjaga markas.

Bagaimana cara Anda melarikan diri dari kesatuan?
Waktu itu bersama dengan 21 teman saya lainnya mengajukan cuti. Habis itu tidak kembali, dan kami bergabung dengan Jaisyul Hurr (Tentara Pembebasan).

Bagaimana nasib keluarga Anda ketika diketahui Anda membelot? Bukankah Asad dikenal menghabisi keluarga musuh-musuhnya? 

Untuk beberapa bulan ini pemerintah tidak mungkin bisa memeriksa satu per satu tentara yang membelot untuk kemudian menemukan keluarganya. Jumlah pasukan yang membelot sangat banyak. Sementara mereka kekurangan orang yang bertugas mencari-cari data keluarga pembelot.

Tentara Bashar Asad begitu kejam membunuhi rakyatnya. Apa spirit yang dipompakan kepada mereka sehingga bisa berlaku sekejam itu? 

Kami selalu ditekankan bahwa yang kami lawan adalah teroris.

Meski fakta di lapangan yang dibunuh adalah wanita dan anak-anak? 

Ya, benar. Prinsip yang selalu ditekankan kepada kami adalah: habisi mereka dahulu sebelum engkau dihabisi mereka.,

Kabarnya Bashar Asad disupport tenaga tempur dari Iran dan Rusia?
Ya, benar.Orang-orang Iran dan Rusia memegang peran strategis dalam perang ini, seperti menerbangkan pesawat tempur dan menembakkan roket. Selain itu, juga disupport tenaga tempur dari Hizbullah (Lebanon)  dan Jaisy Al-Mahdi.
Catatan: kawan Muhammad menambahkan kaum Alawiyin dari Turki juga bergabung dengan tentara Bashar Asad. 

Apa motivasi mereka membantu Bashar Asad?
Kalau orang-orang Iran, mereka menganggap ini sebagai jihad. Kalau mereka mati, mereka yakin mati syahid.

Diantara pasukan Bashar ada yang mengaku sebagai orang Islam. Bahkan tentara Iran meniatkan perang sebagai jihad. Apakah saat berperang juga kalian bertakbir sebagai mana para gerilyawan? 

Tidak ada takbir sama sekali. Yang ada hanya rasa takut yang mencekam.
Menurut pengamatan Anda, berapa lama Bashar Asad akan sanggup bertahan? 
Hmm… paling sekitar 3 bulan.

Alasannya? 

Anda bisa lihat sendiri banyak daerah sudah dikuasai Jaisul Khurr. Tentara pemerintah sekarang dalam kondisi terkepung, seperti di Idlib dan Aleppo.

Pertanyaan terakhir. Apa tujuan Anda ikut memerangi Bashar Asad, apakah untuk kebebasan,  demokrasi, atau… ? 

Tidak. Kami memerangi Bashar Asad karena ingin menegakkan hukum Allah. [AS/AY]

WAWANCARA : “Kami Takkan Pernah Lari!”


“Kami Takkan Pernah Lari!”

Serangan udara biasanya dimulai pagi hari sekitar jam 09.00. Sesuai protap semua yang ada di klinik 6 lantai ini harus berkumpul di lantai paling bawah. Di antara mereka ada sepasang suami istri berpakaian putih-putih. Mereka, dr. Ibrahim dan istrinya yang apoteker, Fatimah. Bila terdengar raungan pesawat, Fatimah membenamkan kepala ke dada suaminya. Sang suami pun memeluk menenangkannya. Lalu… blaarrr, bom pun meledak mengguncang dinding tempat kami berlindung. Itulah rutinitas yang hampir tiap hari terjadi. Ibrahim dan Fatimah tiap hari jaga di klinik dari pagi hingga sore. Bagaimana seorang wanita bernama Fatimah bisa bertahan di tempat berbahaya seperti ini? Atas ijin suaminya, HASI berkesempatan mewancarainya.

Apa yang mendorong seorang wanita seperti Anda menerjuni pekerjaan yang berbahaya ini?
Pada umumnya wanita takut dengan kondisi seperti ini. Tapi justru kondisi seperti inilah yang memaksa seorang wanita bermental laki-laki. Sebagai orang yang dididik di dunia medis, tentu saya tidak akan menyia-nyiakan ilmu yang saya cintai ini untuk menolong saudara saya sesama Muslim. Apalagi ini kondisi jihad. Saya dan adik saya tentu akan meluangkan semua pekerjaan untuk itu. Semenjak belajar di bangku kuliah, saya sudah niatkan untuk ibadah. Lalu datang kesempatan jihad ini.  Apalagi, rata-rata dokter di sini fokus di penanganan trauma, tidak ada yang bertugas di farmasi. Karena itu, saya tidak akan menyia-nyiakan ilmu yang saya miliki.

Dalam pengabdian selama ini, kasus apa yang menurut Anda paling berkesan?

Kejadiannya ketika Anda dan kawan-kawan Indonesia baru dua hari di klinik ini. Ketika ada seorang warga yang terluka, sementara saya hanya satu-satunya paramedis yang waktu itu siaga di sini. Saya harus membersihkan darah dari wajahnya. Itulah pertama kali saya “berurusan” dengan darah. Sebetulnya itu bukan profesi saya untuk menanganinya. Tapi melihat darah keluar dari mata, hidung dan telinganya, sementara para dokter sedang sibuk mengurusi pasien lain, mau tidak mau saya menanganinya. Sebenarnya saya takut melihat luka. Tapi, Subhanallah, ketika saya mendengar pasien tersebut menjerit kesakitan karena lukanya, hilanglah rasa takut saya.

Bagaimana dengan dua orang yang meninggal pada serangan 19 Nop lalu?

Waktu itu saya berdiri di jendela melihatnya. Saya waktu itu hanya tepekur, “Apa dosanya sehingga ia harus meninggal dengan cara seperti itu?” Apakah hukuman tersebut hanya karena ia melafalkan Allahu Akbar? Asal Anda tahu, bahwa revolusi ini dimulai dengan teriakan Allahu Akbar. Lalu akibatnya mereka diserang dengan roket, mortar, bahkan senjata kimia. Apakah itu semua akibat suatu “dosa” bernama Allahu Akbar? Kalau memang demikian, sesungguhnya kami justru bergembira dengan hukuman ini, karena pasti kami akan ditolong Allah.

Bisa Anda sebutkan contoh tentara Bashar Asad menggunakan senjata kimia?

Pesawat-pesawat tentara sering berputar di atas pemukiman membentuk asap memutar seperti jaring laba-laba. Kemudian ditemukan serbuk putih di pepohonan, dan setelah itu penduduk setempat merasakan gatal-gatal pada kulitnya. Hingga sekarang kami belum tahu bagaimana cara mengobatinya.  Juga dalam kasus penyakit sesak nafas, dulu bisa kami tangani. Namun akhir-akhir ini ada beberapa kasus yang tidak kunjung sembuh meski telah kami tangani.

Jadi ada penyakit aneh yang belum bisa Anda dan kawan-kawan medis tangani?

Ya. Ada beberapa penyakit yang kami hanya bisa memberikan obat untuk meringankan efeknya saja, tidak sampai menyembuhkan.

Sebelumnya pernah membayangkan terjadi revolusi seperti ini?
Ketika terjadi revolusi di Tunis, saya sudah menduga hal serupa akan terjadi di Suriah.Namun saya tidak pernah menyangka kondisinya bisa setragis ini. Seringkali saya berharap,  apa yang kami alami ini hanyalah sekadar mimpi, bukan kenyataan.

Anda Muslimah berhijab, kuliah di Lattakia. Pernah mengalami perlakuan buruk dari kaum Alawiyyin?

Separoh penduduk Lattakia adalah kaum Alawiyin.  Saya sekolah hingga semester V. Ada mahasiswa yang tingkat intelektualnya tidak lebih baik, namun mereka mendapatkan prioritas melebihi saya, karena saya Muslimah yang berhijab. Di Lattakia, kehidupan yang kami alami sebagai Sunni berbeda dengan Alawiyyin. Orang-orang Alawiyin hidup dengan segala kemapanannya. Sebaliknya, polisi bisa datang sekonyong-konyong untuk memeriksa kami orang-orang Sunni. Apa yang kami alami seperti itu mungkin tidak dirasakan oleh orang-orang di Damaskus atau lainnya. Mereka tidak pernah hidup bercampur bersama kaum Alawiyyin.

Menngapa Anda memilih berada di tempat berisiko tinggi seperti di sini? Adakah keinginan pindah tempat aman misalnya Turki?

Saya dulu tinggal dan bekerja di Turki selama seminggu. Pada saat itu pesawat tempur menyerang desa saya. Ketika saya pulang, orang-orang mengatakan, “Kenapa kamu pulang, padahal desa kita sedang diserang? Sudahlah, tinggal saja di Turki bersama suamimu.” Saya tidak sanggup hidup di Turki satu malam saja, sementara keluarga saya di kampung diserang. Tidak patut bagi saya untuk hidup mapan, sedangkan keluarga saya dihujani bom. Sampai saat ini, keluarga saya tidak pernah meninggalkan rumah. Pernah suatu ketika sebuah roket meledak persis di belakang rumah. Bagi kami hanya ada dua pilihan; mati di kampung sendiri atau Allah mendatangkan kemenangan.

Dengan posisi seperti ini, apakah Anda merasa masuk DPO tentara Bashar Asad?

Jelas. Saya yakin nama saya masuk dalam target mereka. Karena itu saya tidak mau mengambil ijazah. Saya hanya mempunyai kartu tanda kelulusan, tapi belum mengambil ijazah. Kalau saya ambil, mereka pasti menangkap saya.

Yang kami dengar, paramedis menjadi salah satu target bunuh tentara pemerintah. Anda tidak takut?

Iya, saya tahu bahwa mereka akan membunuh petugas medis yang ada di klinik-klinik seperti ini. Namun, kami yang ada di klinik ini, yang kami inginkan adalah mati syahid. Orang yang menginginkan mati syahid tidak akan pernah takut segala risiko. Selain itu, di sini kami dikelilingi oleh para mujahidin yang siang-malam beribath di pegunungan dalam rangka menjaga kami. Mereka tidak pernah meninggalkan tempat itu, meskipun kondisinya terkepung. Sampai misalnya Ramadhan kemarin ketika keadaan genting, mereka meminta kami untuk menjauh dari tempat ini. Mereka kemudian mengamankan kami di setiap jalan yang kami lalui supaya kami terhindar dari serangan roket.  Mereka mengkhawatirkan kami sebagaimana kami mengkhawatirkan mereka. Mereka tidak mungkin membiarkan kami diserang. Mereka mempertaruhkan nyawa demi keselamatan kami.

Bagaimana peran istri secara umum dalam revolusi ini?

Kami selalu diserang dan dihujani bom. Tetapi tidak pernah ada seorang istri meninggalkan suaminya lari untuk menyelamatkan diri sendiri dari serangan tersebut.  Anda bisa melihat mujahidin yang baru datang dari pertempuran. Kadang-kadang selama sepekan mereka hidup di alam terbuka bersama hewan-hewan dan curahan air hujan. Bukankah para mujahid itu sebenarnya bisa memilih hidup enak di rumahnya yang hangat bersama keluarganya? Kami tidak pernah lari dari kewajiban dalam jihad ini.

Ada berapa muslimah yang khidmat di klinik ini?

Di sini, saya bersama dr. Aisah. Dulu pernah ada seorang perawat, tapi dia belum menikah. Kami belum bisa menerima paramedis yang belum mempunyai mahram atau wali yang mendampinginya. Sebab, akan menambah beban kami bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, terlebih bila keberadaannya bersama kami belum memperoleh ijin dari keluarganya.

Bagaimana reaksi keluarga terhadap pilihan amal Anda seperti ini?

Dulu ketika teman Anda (tim ke 2 HASI) mendapat serangan udara, saya bersama mereka di sini. Waktu itu kita terkepung dalam asap, kepingan roket dan puing-puing reruntuhan. Saya sudah menduga ajal saya sampai di sini. Namun Alhamdulillah, kami masih selamat. Mungkin karena saking sayangnya, saat itu ibu saya bilang, “Sudahlah, jangan bekerja di klinik darurat itu lagi.” Tetapi ayah saya menegaskan, “Lakukanlah apa yang bisa kamu kerjakan. Tidak sepatutnya kamu berada di rumah, sedangkan orang-orang membutuhkan pertolonganmu.”

Suami tentu mendukung, ya..

Suami saya orang yang sangat istimewa. Saya akan selalu berada di sampingnya ketika datang serangan, di manapun. Saya tidak akan tinggalkan ia sendirian. Kalau ia turun ke bawah, saya akan turun. Tapi kalau ia tetap di sini, saya pun tetap bersamanya.

Bagaimana pendapat teman-teman kuliah Anda?

DI kuliah, saya tergabung dalam lima sekawan. Tentu, kawan saya dari Ahlussunnah. Saya sendiri di sini, sementara mereka ber-empat berada di Lattakia. Mereka iri dengan keberadaan saya di sini. Mereka berpesan, “Jaga dirimu baik-baik. Insya Allah kita akan bertemu. Tunggulah, kami akan datang menemuimu.”

Kalau boleh tahu, dari mana Anda belajar prinsip jihad dan kematian seperti yang Anda ungkapkan di atas?

Alhamdulillah, Allah memberikan saya keluarga yang paham agama. Ayah, ibu, kakak dan adik serta keluarga saya secara umum adalah orang yang punya komitmen terhadap agama. Sebelum timbul revolusi ini, saya sudah merasakan terzalimi sebagai orang Sunni. Saya duduk di bangku kuliah saya merasa terusik dengan kedzaliman Israel terhadap saudara Muslim saya di Palestina. Saya merasakan perasaan yang sama dengan mereka, bahwa musuh mereka adalah musuh saya juga. Sebagaimana orang-orang Alawiyin dari bangsa kami memusuhi kami.
Palestina tidak pernah terlepas dari ingatan saya. Di sekolah saya mempunyai teman-teman Palestina. Saya mencintai mereka sebagaimana mencintai saudara sendiri. Kami sama-sama merasakan simpati Palestina. Saya berangan-angan mati di gerbang Al-Aqsha.

Pesan untuk muslimah Indonesia?

Saya mengharap kepada Muslimat di Indonesia untuk mendoakan kami dalam setiap shalat mereka. Kami sedang berada dalam kesulitan yang luar biasa, yang belum pernah kami rasakan sebelumnya. Bahkan saya tidak yakin ada kaum yang pernah merasakan kesulitan seperti yang kami rasakan seperti ini. Kami berada dalam didzalimi luar biasa. Kita berada dalam zaman, di mana Islam diserang dari segala penjuru. Saya berpesan agar Muslimah Indonesia dan keluarganya berpegang teguh kepada agamanya. Sesungguhnya tidak ada kemuliaan bagi kita kecuali dengan Islam.
Jangan lupa mendoakan kami selalu. Alhamdulillah, meski kami dalam musibah besar, kami tidak lari dari Islam. Semoga apa yang kami lalui ini adalah langkah yang akan membawa kami ke pintu surga-Nya. [AY/OM-TIM3HASI]
 

Gizi : Diet Makanan Untuk Mengatasi Asam Urat


Diit Makanan Untuk Mengatasi Asam Urat

Asam urat adalah asam yang berbentuk kristal, merupakan hasil akhir dari metabolisme normal purin yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat di inti sel tubuh. Secara alamiah purin terdapat dalam tubuh karena terkandung pada semua makanan. Baik yang berasal dari tanaman (sayur, buah dan kacang-kacangan) atau hewan(daging, ikan dan jeroan). Hanya saja ada makanan yang mengandung purin tinggi dan rendah. Ketika kadar asam urat meningkat, kondisi inilah yang memunculkan penyakit asam urat, penyakit ini sering disebutgout. Merupakan suatu bentuk arthritis(peradangan sendi) yang umumnya menyerang jari-jari kaki, terutama ibu jari kaki. Penyakit ini juga bisa menyerang lutut, tumit, pergelangan tangan, pergelangan kaki, jari-jari tangan dan siku. Penyakit ini biasanya diturunkan dalam keluarga, bukan karena faktor genetik tetapi lebih disebabkan pola makan yang cenderung sama.

a.    Penyebab
Penyebab umum penyakit ini adalah terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung asam urat seperti jeroan, akibatnya kadar asam urat dalam darah meningkat. Penyebab lainya adalah konsumsi alkohol, stress, infeksi dan obat-obatan tertentu (seperti obat yang mengandung dosis rendah asam salisilat. Bisa juga akibat cidera ringan karena memakai sepatu yang tidak sesuai ukuranya(terlalu kecil). Secara alamiah laki-laki berusia di atas 30 tahun lebih rentan terkena penyakit asam urat, kadar asam urat pada laki-laki cukup tinggi sedangkan pada wanita umumnya rendah dan baru meningkat setelah menopause.

b.    Gejala
Nyeri sendi secara mendadak merupakan gejala asam urat, biasanya terjadi pada malam hari, rasa nyeri terasa berdenyut dan sangat sakit, serta akan bertambah mesipun hanya sedikit bergerak. Gejala lain adalah kulit kemerahan, terjadi pembengkakan  di daerah sendi yang terserang, serta demam, kedinginan dan tubuh lemah

c.    Pencegahan
Pencegahan utama agar terhindar dari penyakit ini adalah tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi secara berlebihan, misalnya daging be ek dan burung, jeroan(babat, usus, hati dan ampela) serta kikil.
Banyak mengkonsumsi makanan yang berserat dan buah-buahan atau jus segar dapat menurunkan risiko terserang penyakit ini, ditambah dengan tidak mengkonsumsi alcohol dan banyak meminum air putih serta berolah raga secara teratur.

Penyakit asam urat sangat erat kaitanya dengan pola makan. Umumnya karena pola makan yang tidak seimbang (jumlah asupan protein sangat tinggi). Bukan berarti penderita asam urat tidak bolah mengonsumsi makanan yang mengandung protein, hanya saja jumlahnya harus dibatasi.

1.    Makanan yang dianjurkan
Makanan yang dianjurkan untuk penderita asam urat adalah yang mengandung purin rendah (0-15 mg purin per 100 gram bahan). Beberapa diantaranya sebagai berikut:
-       Susu, keju dan telur.
-       Padi-padian atau serealia seperti tepung beras, umbi-umbian, jagung, terigu, mi dan bihun.
-       Sayuran segar seperti jagung manis, jagung muda, labu siam, wortel, oyong, sawi putih, terigu ungu dan mentimun.
-       Buah-buahan seperti sirsak, papaya, mangga, strowberi, blewah, melon, semangka, pisang, jeruk, apel manis, tomat, pir dan jambu biji.

2. Makanan yang dilarang atau dibatasi

a.    Bahan makanan purin tinggi:
-       Makanan laut seperti udang, cumi, kerang dan remis, daging unggas dan burung, ikan sarden dan makarel.
-       Jeroan dari berbagai jenis ternak seperti hati, ampela, usus, paru, jantung, limpa, babat,dan otak.
-       Ektrak daging atau kaldu instan.
-       Makanan dan minuman yang menggunakan ragi, seperti roti, tape, donat, serta aneka makanan yang difermentasikan dengan ragi.

b.    Bahan makanan yang mengandung purin sedang, konsumsi harus dibatasi contohnya:
-       Daging sapid an ayam
-       Ikan seperi kakap, tongkol, tengiri, gurame, bandeng, dan bawal.
-       Kacang-kacangan kering, seperti kacang hijau, kacang tanah, kacang merah dan kacang kedelai beserta hasil olahannya(tahu,, tempe, dan oncom), serta kacang tolo.
-       Beberapa jenis sayuran seperti asparagus, buncis, kacang polong, brokoli, kol, kembang kol, bayam, daun singkong, kangkung, daun papaya, daun melinjo, biji melinjo dan jamur.
-       Buah-buahan seperti durian dan avokad.

Contoh menu pada penderita asam urat

Pepes Ikan Kembung

Bahan:
500 gram ikan kembung
1 sdm air jaruk nipis
3 batang kamangi, ambil daunnya
Daun pisang secukupnya untuk membungkus

Bumbu yang dihaluskan:
4 butir bawang merah
3 siung bawang putih
1 ruas jahe
1 ruas kunyit
1 butir kemiri
Garam secukupnya

Cara membuat:
1.    Siangi ikan, lumiri dengan air jeruk nipis, diamkan sebentar.
2.    Lumuri ikan dengan bumbu yang dihaluskan beri daun kemangi.
3.    Bungkus ikan beserta bumbu dan daun kemangi dengan daun pisang. Kukus hingga matang, angkat.
4.    Bakar pepes di atas bara sebentar, angkat.
5.    Pepes ikan kembung siap disajikan.
Menu terapi jus untuk mengatasi Asam Urat dan Rematik
Jus Semangka Strowberi

Bahan
100 gram semangka tanpa biji, potong ukuran kecil
100 gram stroberi, buang kelopaknya
100 ml susu cair
Es batu

Cara Membuat:
Campurkan semua  bahan, lalu haluskan menggunakan blender. Tuang ke dalam gelas, sajikan dengan menambah es batu.

Wulan Hastari Riskanita, S.Gz

Sehat Lingkungan : BAHAN-BAHAN PENCEMAR AIR


BAHAN-BAHAN PENCEMAR AIR

Mendung menggelayut  pertanda hujan akan segera turun. Derasnya air hujan membuat sebagian warga cemas. Terutama yang berada di bantaran sungai. Atau wilayah yang rawan banjir. Air akan meluap dan menggenang pemukimannya. Dampak segera air menggenang ini adalah pencemaran air.
Polusi air adalah pencemaran badan air (seperti danau, sungai, laut dan air tanah). Polusi air terjadi ketika pollutan mengalir secara langsung atau tidak ke dalam badan air tanpa penanganan yang cukup untuk mengubah senyawa yang merusak.

Polusi air berdampak bagi organisme dan tanaman di dalam badan air. Dalam banyak kasus efek ini merusak tidak hanya populasi dan spesies individu namun juga komunitas biologi alami.

Pencemaran air merupakan masalah global yang memerlukan evaluasi segera dan revisi kebijakan sumber air pada semua level. Ini juga dianggap sebagai penyebab utama penyakit dan kematian, diperkirakan ada kematian lebih dari 14.000 orang setiap hari. Ditaksir 700 juta orang India tidak memiliki akses kepada toilet yang baik, dan 1000 anak India meninggal karena diare setiap harinya. Hampir 90% kota Cina menderita beberapa kadar pencemaran air, dan hampir 500 juta orang kesulitan memperoleh air minum yang aman.

Bahan khusus yang menyebabkan pencemaran air adalah bahan-bahan kimia, pathogen, dan perubahan fisik dan sensori seperti kenaikan suhu dan perubahan warna.

Bakteri Coliform biasa digunakan sebagai indicator pencemaran air, meskipun tidak menyebabkan penyakit. Kuman lain yang sering diketemukan di air permukaan yang menyebabkan masalah kesehatan manusia adalah : Burkholderia pseudomallei, Cryptosporidium parvum, Giardia lamblia, Salmonella, Novovirus dan virus lainnya serta parasit (cacing).
Kadar tinggi pathogen akibat dari tidak cukupnya perawatan aliran pembuangan kotoran.  Di negara berkembang, kota-kota tua dengan infrastruktur yang aus akan mengalami kebocoran dalam sistem pembuangan kotoran (pipa, pompa, katup) yang dapat menyebabkan terhambatnya aliran  bersih.

Bahan pencemar kimia terbagi menjadi dua, bahan organic dan inorganic.
Bahan pencemar air organic adalah :
  • Deterjen
  • Desinfekstan –produk yang diketemukan untuk pembersihan air minum secara kimia, seperti chloroform.
  • Sampah pembuangan makanan, termasuk lemak, dan minyak.
  • Insektisida dan herbisida.
  • Petroleum hydrocarbon, termasuk bahan bakar minyak (bensin, solar, oli).
  • Sampah semak-semak dan pohon-pohanan yang berasal dari penebangan hutan.
  • Senyawa organic volatile. (VOCs), seperti dalam industri pelarut.
  • Pelarut Chlorinated.
  • Perchlorate
  • Berbagai senyawa kimia yang diketemukan didalam produk kosmetik dan kebersihan pribadi.
Bahan pencemar air inorganic adalah :
  • Asam yang disebabkan oleh bahan industri terutama sulfurdioksida.
  • Ammonia dari sampah pengolahan makanan.
  • Sampah kimia akibat produk industri.
  • Pupuk yang mengandung penyubur seperti nitrat dan pospat yang sering diketemukan di dalam aliran pengairan di persawahan.
  • Logam berat dari kendaraan bermotor.
Polutan yang makroskopik (yang terlihat dengan mata mencemari air- diistilahkan “hanyut” karena banjir seperti ;  Sampah (kertas, plastic, atau sampah makanan).

Sehat Mental : MAINAN AMAN UNTUK ANAK KITA


MAINAN AMAN UNTUK ANAK KITA

Sebagai orang tua kita senantiasa berusaha memenuhi kebutuhan anak kita. Termasuk  tentang mainan yang diperlukan oleh anak kita. Namun, tidak semua orang tua memahami bagaimana memilih mainan yang aman bagi buah hati kita. Berikut beberapa tips yang diberikan oleh Akademi Kesehatan Anak Amerika dan Rumah Sakit Anak Cincinnati :
  1. Bacalah semua label peringatan dengan hati-hati dan pertimbangkan umur, kepentingan dan kadar ketrampilan anak ketika memberi mainan.
  2. Pilih mainan dengan konstruksi yang kokoh dan hindari titik dan sisi yang tajam.
  3. Tercekik merupakan penyebab utama kematian anak karena mainan dan banyak kematian karena tercekik terkait dengan bola yang kecil, balon karet dan magnet yang kecil. Semua mainan yang digunakan untuk anak di bawah umur 3 tahun seharusnya tidak mengandung bagian yang lebih kecil dari  diameter 1 inchi (2,54 cm) dan panjang 2 inches (5,08 cm), karena ini dapat tersangkut  di mulut atau tenggorokan anak.
  4. Jangan memberi mainan yang harus dicolokkan ke aliran listrik pada anak di bawah 10 tahun. Sebagai gantinya beri mereka mainan yang memakai bateri. Hati hati dengan tutup bateri yang dapat tersangkut di tenggorokan dan dapat menyebabkan luka yang serius dan kematian.
  5. Jangan membeli mainan yang bertali lebih dari 12 inches (30,48 cm). Dia dapat menjerat anak.
  6. Simpan mainan pada wilayah yang direncanakan, seperti dalam kotak mainan, dan jaga mainan anak yang lebih tua dari jangkauan anak yang lebih muda.
  7. Jika seseorang menawarkan anda mainan bekas yang tidak memiliki label peringatan, periksalah dengan hati-hati dan gunakan penilaian terbaik anda apakah menerima atau tidak.
  8. Beberapa mainan mengandung magnet yang kuat, jika seorang anak menelan lebih dari satu magnet, mereka dapat menarik satu sama lain dan mengakibatkan luka serius dan kematian, jika anak anda menelan lebih dari satu magnet segera mencari pertolongan dokter.

Konsultasi Kesehatan

RUBRIK KONSULTASI

Pertanyaan :
Assalaamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh
Ana mau Tanya missal bayi usia 4 bulan dikasih susu sambung karena Ibunya harus pergi. Kira-kira susu yang tepat untuk mengganti ASI apa ya Dok ?
085345266xxx
Wassalaamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh

JAWABAN ;
Wa’alaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh
Bayi mempunyai hak untuk mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupannya dari Ibu. Walaupun , memang terdapat beberapa kondisi pengecualian yang tidak memungkinkan seorang bayi menerima ASI dari Ibu , seperti kondisi tersebut di bawah ini :
  1. Bayi yang didiagnosa secara medis menderita galaktosemia
  2. Ibu sedang mengonsumsi obat yang dikontraindikasikan , atau sedang menjalani terapi radiasi atau yang memiliki kondisi medis yang dikontraindikasikan untuk menyusui
  3. Bayi yang didiagnosis menderita fenylketonuria
Pertanyaan diatas sebenarnya perlu diperjelas kembali , bahwa yang dimaksud “ Ibunya harus pergi “ ini  pergi kemana. Jika sang Ibu harus meninggalkan anak karena bekerja , maka saran kami bayi dapat diberikan ASI yang diperah Ibu di jam istirahat bekerja atau Ibu menyediakan stok ASI perah beku di dalam frezer sehingga sewaktu-waktu bayi memerlukan , ASI perah beku ini dapat digunakan. Dalam majalah kita ini sering dibahas tentang bagaimana cara memperoleh dan menyimpan ASI perah untuk bayi yang ditinggal ibunya bekerja.

Tetapi jika yang dimaksud adalah “ Ibunya harus pergi “ karena dipanggil oleh ALLOH SWT untuk selama-lamanya , karena ASI tetap yang terbaik untuk bayi , maka saran kami pun tetap diberikan ASI melalui ibu susuan sebagaimana Rasululloh dahulu disusui oleh ibu Halimatussa’diyah. Atau di zaman sekarang , terdapat komunitas pendonor ASI untuk bayi yang memerlukannya  dengan tetap memperhatikan jalur nasab dan mahrom. Dengan catatan bayi tidak mempunyai kondisi yang dikontraindikasikan untuk menerima ASI.

Wassalaamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh

Renungan : MENGHALANGI KEBAJIKAN


MENGHALANGI KEBAJIKAN

Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran, maka hendaknya ia mengubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu maka dengan qalbunya; dan itu adalah selemah-lemah iman. (HR. Muslim).

Telah ramai diperbincangkan mengenai pergolakan di Suriah dan Gaza. Sebuah paradoks yang bisa kita lihat dengan terang benderang. Ketika Israel menggempur kaum muslim di Gaza, maka semua bereaksi dengan cepat dan keras. Kutukan meluncur dari mulut para aktivis kemanusiaan, politik, dan agama, bahkan orang awam. Dalam waktu delapan hari serangan yang dikenal dengan Operation Pillar of Defence terdapat korban 160 warga muslim Palestina. Setelah delapan hari serangan berakhir.

Berbeda dengan Suriah. Selama delapan hari Israel menyerang Gaza, di Suriah terdapat korban 817 penduduk sipil dan ribuan terluka oleh kekejaman pemerintah Bashar Assad. Dan tidak ada kata kutukan yang keluar dari pendekar kemanusiaan di Indonesia. Kita mengutuk Israel, namun mengapa diam terhadap Suriah?

Kemungkaran telah terjadi di Suriah, sebagian muslim di dunia mengambil peran dengan tangannya, dengan lisannnya dan dengan hatinya. Namun tidak sedikit yang mengambil peran sebaliknya. Menghalangi orang untuk berbuat kebajikan di Suriah. Dengan lisan dan tulisan, dia menghasut umat Islam untuk tidak melakukan apa-apa di Suriah. Biarkan saja kaum muslim sunni di Suriah dibantai habis oleh kaum Syiah Nusahiriyah, kira-kira demikian alur pikir yang ada di dalam benaknya. Dengan tulisan dan lisannya dia menghasut umat Islam untuk berhati-hati terhadap konspirasi dan semua rencana jahat yang akan menggulingkan pemerintahan kejam Bashar Assad. Dengan gagahnya, pendekar kemanusiaan mengatakan bahwa disana terjadi perang saudara, sehingga kita tidak perlu mengirim bantuan ke sana. Terbunuhnya lebih dari 40 ribu jiwa kaum muslimin Suriah tidak berarti apa-apa bagi kita. Fakta banyak yang syahid akibat kekejaman Bashar Assad juga bukan menjadi bukti. Anak kecil dibantai dan banyak wanita muslim diperkosa dianggap sesuatu yang tidak perlu dibela.

Dengan sadar dan pikiran jernih kita  menulis di dalam dustur lembaga kemanusiaan bahwa akan memberikan pelayanan medis untuk korban perang, kekerasan akibat konflik, kejadian luar biasa dan bencana alam baik di dalam maupun di luar negeri. Akan memberikan pertolongan kepada semua makhluk baik personal maupun kelompok tanpa melihat latar belakang, agama, mazhab, harakah, kebangsaan, etnis, golongan politik, penjahat/bukan, pemberontak/bukan, melainkan atas dasar urgency. Namun di ujung perjalanan, dengan sadar  juga kita mengingkarinya. Berubah menjadi membantu dengan memilih.

Janganlah rasa takut kepada manusia menghalangi seseorang untuk berkata dengan benar jika ia melihat, menyaksikan atau mendengarnya. (HR. At-Tirmidzi)

Kemunafikan telah diperlihatkan dengan mengutuk Israel dan tidak mengutuk Bashar Assad. Semoga kita tidak termasuk diantaranya. (Suna)