Selasa, 10 September 2013

Anak Sehat : EPILEPSI DAPAT DISEMBUHKAN ?

Penderita epilepsi memang cenderung mempunyai stigma sosial kurang baik di mata masyarakat. Mitos yang menyebutkan bahwa penyakit ini dapat ditularkan lewat buih atau busa air liur yang keluar sewaktu penyakit ini kambuh, membuat orang cenderung menjauh. Padahal, mitos tersebut jauh dari kebenaran.

Epilepsi dapat terjadi di semua tingkatan umur. Bayi, anak-anak hingga orang dewasapun bisa mengalaminya. Deteksi serta perawatan yang lebih dini bagi penyandang epilepsi, terutama sejak balita , sangat efektif menyembuhkannya dari penyakit epilepsi secara total. Karena makin lama epilepsi tidak diobati, maka sel-sel otak yang mengalami kerusakan akan semakin banyak. Orangtua perlu mewaspadai gerakan-gerakan yang dilakukan oleh balita sejak lahir. Apabila buah hati kita sering melakukan gerakan-gerakan yang aneh tanpa sebab dan berulang-ulang maka segera hubungi dokter untuk menanyakannya.


SEKILAS EPILEPSI

Pada tahun 2000, diperkirakan penyandang epilepsi di seluruh dunia berjumlah 50 juta orang, 37 juta orang di antaranya adalah epilepsi primer, dan 80% tinggal di negara

berkembang. Laporan WHO (2001) memperkirakan bahwa rata-rata terdapat 8,2 orang penyandang epilepsi aktif di antara 1000 orang penduduk, dengan angka insidensi 50 per

100.000 penduduk. Angka prevalensi dan insidensi diperkirakan lebih tinggi di negara-negara berkembang

Epilepsi atau lebih dikenal dengan penyakit ayan adalah merupakan satu manifestasi dari lepasnya muatan listrik yang berlebihan dan mendadak dari sekumpulan sel-sel otak atau dari seluruh otak, sehingga penerimaan serta pengiriman impuls dalam atau dari luar otak ke bagian-bagian lain dalam tubuh terganggu. Andaikata otak kita anggap sebagai pusat computer yang secara elektronik mengendalikan seluruh aktivitas badan kita, lepasnya muatan listrik secara tidak terprogram ini mengakibatkan kejang-kejang yang bisa dimulai dari lengan atau tungkai kemudian menyebar ke seluruh tubuh.

Epilepsy bukan termasuk penyakit menular, bukan penyakit jiwa, bukan penyakit yang disebabkan ilmu klenik dan bukan penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Walaupun penyebab epilepsy pada bayi masih sulit untuk dirumuskan para dokter atau lazim disebut idiopatik, namun terdapat beberapa factor yang diduga sebagai penyebabnya, antara lain yaitu : faktor genetik/turunan (meski relatif kecil antara 5-10 persen), kelainan pada menjelang hingga sesudah persalinan, cedera kepala, radang selaput otak, tumor otak, kelainan pembuluh darah otak,  adanya genangan darah/nanah di otak . Selain itu, setiap penyakit atau kelainan yang mengganggu fungsi otak dapat pula menyebabkan kejang. Bisa akibat trauma lahir, trauma kepala, tumor otak, radang otak, perdarahan di otak, hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), gangguan elektrolit, gangguan metabolisme, gangguan peredaran darah, keracunan obat atau zat kimia, alergi dan cacat bawaan.

PEMBAGIAN EPILEPSI

Epilepsi terdiri dari beberapa jenis, yaitu epilepsi tonik-klonik / mayor, epilepsi absans/ petit mal, epilepsi mioklonik, epilepsi atonik, epilepsi parsial sederhana, epilepsi parsial komplek.

Epilepsi tonik-klonik atau mayor adalah tipe epilepsi yang cukup sering ditemui . Biasanya pada beberapa penderita akan merasakan adanya gejala peringatan sebelum datangnya kejang, yang disebut dengan aura, seperti berteriak , perasaan tidak enak, sesuatu yang menjalar dari dalam tubuh, dan sebagainya. Kemudian penderita akan kehilangan kesadarannya secara mendadak sehingga ia terjatuh dan dapat mengalami luka-luka, lalu mulai timbul kejang kaku dan diikuti kejang klonik ( rangkaian kontraksi dan relaksasi otot diluar kesadaran/ involunter serta bergantian secara cepat.) , nafas berhenti, lidah tergigit kadang-kadang sampai mengeluarkan darah, dan jika kejang juga mengenai otot-otot pengunyah di sekitar mulut, kelenjar liur pun seperti diperah sehingga isinya keluar berupa buih atau busa di mulut. Bahkan bisa terjadi inkontinensia urine ( ngompol). Biasanya kejang ini berlangsung selama 1-3 menit. Setelah terjadi serangan, kesadaran penderita akan pulih secara berangsur-angsur, badan terasa rileks, lemas, dan lelah sehingga ia tertidur, kemudian setelah bangun, ia akan merasa kebingungan.

Epilepsi petit mal atau ayan kecil biasanya banyak dikeluhkan oleh guru di sekolah karena anak didiknya tiba-tiba melamun dengan ekspresi wajah yang kosong, atau mata melirik ke atas, berkedip-kedip, mulut yang tiba-tiba komat-kamit di luar kehendak, yang lamanya berlangsung sangat singkat, antara 5-30 detik. Sehingga, dapat terjadi gangguan belajar pada anak karena ia sulit untuk memusatkan perhatian pada pelajaran.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Vonis epilepsi sangat menakutkan bagi kebanyakan masyarakat , sehingga dokter pun akan melakukan pemeriksaan yang teliti untuk sampai pada kesimpulan epilepsi. Beberapa pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan jasmani, pemeriksaan darah di laboratorium, pemeriksaan radiologis, dan pemeriksaan EEG ( Elektro Encephalogram). EEG sangat berguna dalam membantu menegakkan diagnosa karena beberapa kelainan dapat dijumpai pada penderita epilepsi. Rekaman EEG terkadang juga mampu menentukan fokus serta jenis epilepsi. Walaupun pada 8-12% dari penderita epilepsi mempunyai rekaman EEG yang normal.

TERAPI EPILEPSI

Tujuan utama pengobatan epilepsi adalah membuat penderita terbebas dari serangan, khususnya serangan kejang, sedini/seawal mungkin. Pengobatan epilepsi sendiri terdiri dari pengobatan kausal, pengobatan rumat dengan menggunakan obat-obatan anti epilepsi serta pembedahan.

Pengobatan kausal dilakukan apabila terdapat penyakit yang masih aktif seperti tumor otak,  perdarahan otak dan lainnya.

Pengobatan rumat adalah pengobatan yang dilakukan secara rutin , umumnya berkisar antara 2-4 tahun bebas serangan kejang, penderita diharapkan patuh minum obat dan kontrol secara berkala untuk memantau kadar obat dalam darah. Pengobatan rumat dapat mencegah dan meminimalisir kekambuhan kejang sampai penderita dinyatakan sembuh oleh dokter yang merawat. Menurut ahli bedah syaraf dari Universitas Diponegoro Semarang, Zainal Muttaqin, penyandang epilepsi berkisar 1% dari total jumlah penduduk, atau sebanyak 2 juta jiwa. Sebanyak 70% di antaranya dapat disembuhkan dengan menggunakan pengobatan secara teratur. Sementara 30% belum mampu diobati dengan mengonsumsi obat. Untuk yang 30 % penyandang epilepsi ini dapat dibantu melalui operasi bedah syaraf dengan tingkat keberhasilan 90 %. Terapi bedah epilepsi ini dilakukan oleh seorang spesialis bedah syaraf yang mempunyai keahlian bedah epilepsi. Bedah syaraf bagi penyakit epilepsi telah dimulai sejak 15 tahun lalu di negara maju. Terutama epilepsi yang diakibatkan gangguan pada otak samping atau lobus temporalis. Di Jepang saja, setidaknya 150 operasi dilakukan setiap tahunnya. Sementara itu, di Indonesia baru dimulai sekitar tahun 1999. Untuk mendukung keberhasilan terapi ini, dilakukan seleksi dan berbagai pemeriksaan yang ketat terhadap calon yang akan menjalani pembedahan.

Seperti yang sudah disebutkan di atas, epilepsi bukanlah penyakit kutukan atau penyakit yang mudah menular sehingga penderitanya harus dijauhi. Orangtua penderita epilepsi tidak boleh over protektif, penderita epilepsi tetap diperbolehkan untuk melakukan olahraga walaupun dengan pengawasan orangtua, ia juga dianjurkan untuk mengikuti kegiatan sosial atau sekolah. Diharapkan ia tidak akan minder disebabkan oleh penyakitnya itu. Di rumah, orangtua perlu menyediakan makanan dengan gizi cukup dan seimbang dengan memperbanyak sayur serta buah-buahan.

YANG HARUS DIPERHATIKAN SAAT TERJADI SERANGAN PADA ANAK

  1. Tetap tenang dan kuasai diri
  2. Kendorkan pakaian di area leher, termasuk ikat pinggang
  3. Tempatkan anak di lantai, taruh bantal atau sesuatu yang lembut di bawah kepala
  4. Hindarkan anak dari benda-benda berbahaya yang dapat melukai dirinya
  5. Baringkan anak menghadap ke satu sisi
  6. Setelah sadar, miringkan tubuhnya dan bantu untuk memulihkan pernafasan
  7. Segera bawa anak ke rumah sakit apabila serangan kejang berlangsung lebih dari lima menit atau anak terluka selama mendapatkan serangan atau ada kemungkinan anak menelan cairan.
  8. Jangan mencoba membuka mulutnya untuk meletakkan sesuatu. Bila ia mungkin menggigit lidahnya selama serangan, menyisipkan benda di mulutnya kemungkinan tak banyak membantu. Tindakan itu dapat mematahkan gigi anak.
  9. Jangan melawan gerakan-gerakannya hanya untuk mencoba membaringkannya ke lantai
  10. Jangan lupa untuk selalu menyimpan nomer telefon darurat seperti dokter atau rimah sakit di tempat yang mudah dijangkau, sehingga jika terjadi serangan mendadak tak perlu bingung mencarinya. .

Wallohu a'lam bishshowab

(dr. Mety )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar