Minggu, 08 September 2013

Sehat Lingkungan : MENGELOLA SAMPAH


Dua hari hujan turun terus menerus membuat ibukota lumpuh karena banjir. Luapan air tidak hanya mengenai pemukiman kumuh di bantaran kali, namun juga ikut menggenangi perumahan mewah di tengah kota. Dampak kemanusiaan muncul ketika puluhan ribu menjadi pengungsi. Butuh tempat berlindung, kebutuhan sehari-hari termasuk kebutuhan toilet. Sementara ada juga dampak sosial berupa penjarahan toko dan rumah mewah yang ditinggal penghuninya. Sepertinya jargon keadilan sosial masih jauh dari realita.


Media ramai mengulas banjir dari berbagai sisi.  Salah satu aspek adalah sebab banjir. Jalur sungai yang berkelok-kelok, pendangkalan sungai, jebolnya tanggul penampung air atau waduk, pemukiman kumuh di sepanjang daerah aliran sungai yang seharusnya jalur hijau, curah hujan yang berlebihan, dan penumpukan sampah di aliran sungai.

Sampah merupakan hasil kegiatan manusia. Dengan prinsip kapitalisme yang diyakini sebagian besar rakyat maka produk hasilnya berupa sampah. Sebagain besar sampah adalah produk industri yang tidak bisa terurai di dalam tanah dalam waktu puuhan bahkan ratusan tahun.

Mengelola sampah tidak gampang. Budaya membuang sampah di sembarang tempat masih menjadi kendala bagi pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah adalah upaya mengumpulkan, membawa, memproses atau membuang. Mengatur dan memonitor barang atau benda sisa/sampah. Proses pengelolaan sampah merupaan upaya untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan dan keindahan.
Cara mengelola sampah berbeda antara negara maju dengan negara miskin, di perkotaan atau di pedesaan,  pada pemukiman atau daerah industri.

Cara sederhana mengelola sampah adalah dengan menimbun. Pembuangan sampah di tempat pembuangan akhir sampah kebanyakan dengan cara di timbun di lokasi lapangan yang tidak digunakan dan jauh dari pemukiman. Pengaturan tempat pembuangan sampah akhir yang jelek akan menimbulkan problem lingkungan yang buruk. Hembusan angina yang menerbangkan sampah, menarik bintang yang mengganggu seperti lalat, tikus, dan lainnya dan menghasilkan cairan. Produk sampah lainnya adalah gas yang dihasilkan oleh sampah organik yang mengalami penguraian secara anaerob. Gas ini menciptakan masalah bau, membunuh vegetasi permukaan, dan menghasilkan gas rumah kaca.

Seorang pakar sampah mengajarkan pengelolaan sampah rumah tangga dengan memasukkan sampah basah ke dalam keranjang sampah yang diisi sekam dan pupuk sehingga menjadi kompos secara otomatis. Menurut dia, cara praktis mengelola sampah rumah tangga itu merupakan alternative yang mudah terutama karena jumlah sampah organik sekitar 70%.

Pertama-tama, kita perlu memisahkan antara sampah organik dan sampah non-organik. Sampah organik maksudnya adalah sampah pangan, sampah yang bisa membusuk. Sedangkan sampah non organik adalah sampah yang tidak bisa membusuk semisal plastik. Di negara-negara maju sudah ada tong sampah khusus yang memsahkan antara sampah organik dan non organik. Setelah dipisahkan, barulah sampah organik diolah.

Beberapa langkah untuk mengurangi sampah dan limbah antara lain :
Menerapkan Pola Tiga R (Reduce-Reuse-Recycle), yakni : Mengurangi sampah dengan cara memanfaatkan barang-barang yang ramah lingkungan misalnya menggunakan lap atau handuk kecil yang dapat dipaaki berulangkali ketimbang memakai tisu. Membawa air minum dalam tempat yang aman daripada membeli minuman air dalam kemasan. Bila berbelanja membawa tas yang dapat dipakai berulangkali daripada memakai kantong plastik.Memakai kembali dengan cara memnafaatkan sesuatu produk selama mungkin, misalnya menggunakan kantomng atau tas plastic berulang-ulang selama kantong/tas itu belum rusak.Mendaur ulang dengan menggunakan produk tersebut setelah berubah bentuk.

Sudah menjadi kewajiban kita untuk mematuhi rambu-rambu Di Larang Membuang Sampah Di Sini. Karena rambu-rambu ini menjadi tanda bahwa anda harus membuang sampah di tempat sampah. Sungai, waduk, aliran kali kecil atau selokan, lapangan, tempat lapang milik negara atau milik pribadi, jalan raya, jalan tol, jalan pedesaan, bukanlah tempat sampah. Pesan kami, buanglah sampah di tempat sampah.
  • Majalah Hilal Ahmar | 64/IX/MAR2013 | Sehat Lingkungan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar