“Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Rabbnya ada dua surga.” Ar Rahman 46. Sesungguhnya, seorang hamba dapat mengetahui secara pasti apakah dirinya termasuk golongan orang-orang yang takut kepada Allah atau termasuk kelompok manusia yang lalai. Berikut adalah beberapa tanda yang dapat menjadi indikasi takutnya seorang hamba kepada Rabbnya.
Tanda-tanda Takut Kepada Allah :
- Lisan suci dari hal yang buruk. Hamba yang takut kepada Allah selalu menghindari kata- kata dusta, gunjing, dan obrolan yang tidak berguna. Dia selalu menjadikan lisannya basah dengan zikir kepada Allah, membaca al-Qur’an, dan menghafal ilmu.
- Sangat menjaga qalbu. Dia usir dari qalbunya; rasa permusuhan, kebencian, dan dengki kepada saudara-saudaranya. Lalu, dia penuhi dengan nasihat dan simpati kepada kaum muslimin.
- Sangat berhati-hati dalam menjaga perut. Hamba yang takut kepada Allah tidak memasukkan ke dalam perutnya, kecuali makanan yang halal dan baik. Dia hanya makan sesuai dengan kadar kebutuhannya saja.
- Sangat menjaga pandangannya. Dia tidak melihat yang haram . Tidak pula memandang dunia dengan mata kecintaan, tetapi sekadar memandang untuk mengambil pelajaran.
- Sangat berhati-hati menjaga kedua kakinya. Hamba yang takut kepada Allah tidak mau berjalan dalam dan menuju kemaksiatan.
- Sangat berhati-hati dengan tangannya. Dia tidak mengulurkan tangannya pada hal-hal yang haram. Dia hanya menggunakan tangannya untuk melakukan ketaatan kepada Allah.
- Senantiasa berhati-hati dengan setiap ketaatan yang dilakukan. Dia selalu berusaha semaksimal mungkin menjadikan ketaatannya murni hanya karena mengharap ridha Allah. Dia sangat takut jika amalannya ternodai riya’ dan kemunafikan.
- Takut akan dijemput kematiann sebelum bertobat.
- Takut akan batalnya tobat dan terlanggarnya janji-janji.
- Takut akan lemahnya energi untuk memenuhi hak-hak Allah secara sempurna.
- Takut akan hilangnya kelembutan qalbu dan khawatir jika berganti dengan kerasnya qalbu.
- Takut akan melenceng dari garis keistiqamahan.
- Takut akan dominannya kebiasaan dalam mengikuti syahwat.
- Takut apabila Allah menyerahkan dirinya pada amal-amal kebaikan yang dia sandari dan banggakan.
- Takut akan ditimpa kesombongan karena banyaknya nikmat Allah yang diberikan kepadanya.
- Takut akan melalaikan Allah karena sibuk dengan selain Allah.
- Takut apabila nikmat-nikmat yang Allah beri ternyata sebagai bentuk istidraj (dipenuhi segala kebutuhan bahkan dilebihkan oleh Allah agar ia lupa daratan dan lalai dari jati dirinya sebagai seorang hamba).
- Takut konsekuensi manusia kepada dirinya dalam perkara ghibah, khianat, menipu dan merahasiakan dosa.
- Takut apabila Allah mempercepat azab untuknya di dunia.
- Takut jika Allah membuka segala aib dan kekurangannya pada saat maut menjemput.
- Takut jika tertipu dan silau dengan kemilaunya dunia.
- Takut apabila Allah melihat seluruh rahasia-rahasianya padahal ketika itu dia sedang melalaikannya.
- Takut apabila hidup berakhir dengan su-ul khatimah.
- Takut terhadap pedihnya sakaratul maut.
- Takut tidak bisa menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir.
- Takut pada azab kubur.
- Takut akan huru-hara hari kiamat.
- Takut akan kondisi yang menegangkan ketika kelak berhadapan dengan Allah di akhirat.
- Takut dan malu apabila kelak Allah menyingkap semua rahasia.
- Takut dengan situasi saat Allah akan menanyakan semua amalan yang pernah diperbuat, dari yang paling besar hingga yang terkecil.
- Takut akan membahayakan gentingya dan tajamnya Shirat (titian antara surga dan neraka).
- Takut neraka, belenggu, dan kedahsyatannya.
- Takut jika tidak berhak mendapatkan surga, tempat yang penuh kesenangan dan kerajaan abadi.
- Takut jika diharamkan melihat Wajah Allah yang Maha Agung kelak di akhirat.
- Takutnya Orang yang Berbuat Baik: Takut apabila amalnya tidak diterima Allah. Sebab, “Sesungguhnya Allah hanya menerima amal dari kebaikan orang-orang yang bertakwa.” (Al Maidah 27).
- Takut jika amalnya dilakukan atas dasar riya’. Sebab, Allah berfirman; “Padahal, mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus..”(Al Bayyinah 5).
- Takut jika tidak mampu mempersembahkan dan memelihara kemurnian amal. Sebab, Allah berfirman; “Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya...” (Al An’am 160).
- Takut gagal dalam melakukan ketaatan. Sebab Allah berfirman; “Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah, hanya kepada-Nyalah aku bertawakal dan hanya kepada-Nyalah aku kembali.” (Hud 88).
Imam Al Ghazali berkata; “Rasa takut itu efektif mengekang syahwat sekaligus mengeruhkan kenikmatan dunia. Dengan demikian, ia akan mampu mengubah kemaksiatan yang dicintai menjadi dibenci.”
Rasa takut sesungguhnya mampu membakar syahwat, mendidik perilaku anggota badan, merendahkan dan melapangkan qalbu, menjauhkannya dari penyakit sombong, dendam dan dengki.
Kesibukannya memikirkan balasan dari setiap amalnya, membuatnya tidak punya waktu untuk berleha-leha.
Konsentrasinya terfokus pada muraqabah (merasakan pengawasan Allah), muhasabah (introspeksi diri) mujahadah (kerja keras), serta cermat mengalokasikan setiap waktu dan nafas hidupnya.
Abdullah bin Mubarak bersyair:
Bila kelam malam telah menjemput(Abu Maryam Majdi, Menghadirkan Rasa Takut Kepada Allah, Aqwam, Solo, 2009)
Hingga ketika ia pergi
Mereka tenggelam dalam rukuk
Rasa takut telah mengusir tidur mereka
Maka mereka pun bangkit
Adapun mereka yang selalu merasa nyaman, tenggelam dalam tidur yang pulas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar