Senin, 19 November 2012

Sehat Mental : TAKUT KEPADA ALLAH

TAKUT KEPADA ALLAH

“Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Rabbnya ada dua surga.” Ar Rahman 46. Sesungguhnya, seorang hamba dapat mengetahui secara pasti apakah dirinya termasuk golongan orang-orang yang takut kepada Allah atau termasuk kelompok manusia yang lalai. Berikut adalah beberapa tanda yang dapat menjadi indikasi takutnya seorang hamba kepada Rabbnya.


Tanda-tanda Takut Kepada Allah :
  • Lisan suci dari hal yang buruk. Hamba yang takut kepada Allah selalu menghindari kata- kata dusta, gunjing, dan obrolan yang tidak berguna.  Dia  selalu  menjadikan  lisannya basah dengan zikir kepada Allah, membaca al-Qur’an, dan menghafal ilmu.
  • Sangat  menjaga  qalbu.  Dia  usir  dari qalbunya; rasa permusuhan, kebencian, dan dengki  kepada  saudara-saudaranya.  Lalu, dia  penuhi  dengan  nasihat  dan  simpati kepada kaum muslimin.
  • Sangat berhati-hati dalam menjaga perut. Hamba  yang  takut  kepada  Allah  tidak memasukkan  ke  dalam  perutnya,  kecuali makanan yang halal dan baik. Dia hanya makan sesuai dengan kadar kebutuhannya saja.
  • Sangat menjaga pandangannya. Dia tidak melihat  yang   haram .  Tidak   pula memandang dunia dengan mata kecintaan, tetapi  sekadar  memandang  untuk mengambil pelajaran.
  • Sangat berhati-hati menjaga kedua kakinya. Hamba yang takut kepada Allah tidak mau berjalan dalam dan menuju kemaksiatan.
  • Sangat berhati-hati dengan tangannya. Dia tidak mengulurkan tangannya pada hal-hal yang  haram.  Dia  hanya  menggunakan tangannya  untuk  melakukan  ketaatan kepada Allah.
  • Senantiasa  berhati-hati  dengan  setiap ketaatan  yang  dilakukan.  Dia  selalu berusaha semaksimal mungkin menjadikan ketaatannya  murni  hanya  karena mengharap ridha Allah. Dia sangat takut jika amalannya ternodai riya’ dan kemunafikan.
Sebab-sebab takut kepada Allah :
  • Takut akan dijemput kematiann sebelum bertobat.
  • Takut  akan  batalnya  tobat  dan terlanggarnya janji-janji.
  • Takut  akan  lemahnya  energi  untuk memenuhi hak-hak Allah secara sempurna.
  • Takut akan hilangnya kelembutan qalbu dan khawatir jika berganti dengan kerasnya qalbu.
  • Takut  akan  melenceng  dari  garis keistiqamahan.
  • Takut akan dominannya kebiasaan dalam mengikuti syahwat.
  • Takut apabila Allah menyerahkan dirinya pada amal-amal kebaikan yang dia sandari dan banggakan.
  • Takut akan ditimpa kesombongan karena banyaknya  nikmat  Allah  yang  diberikan kepadanya.
  • Takut akan melalaikan Allah karena sibuk dengan selain Allah.
  • Takut apabila nikmat-nikmat yang Allah beri  ternyata  sebagai  bentuk  istidraj (dipenuhi  segala  kebutuhan  bahkan dilebihkan oleh Allah agar ia lupa daratan dan lalai dari jati dirinya sebagai seorang hamba).
  • Takut  konsekuensi  manusia  kepada dirinya  dalam  perkara  ghibah,  khianat, menipu dan merahasiakan dosa.
  • Takut apabila Allah mempercepat azab untuknya di dunia.
  • Takut jika Allah membuka segala aib dan kekurangannya pada saat maut menjemput.
  • Takut  jika  tertipu  dan  silau  dengan kemilaunya dunia.
  • Takut  apabila  Allah  melihat  seluruh rahasia-rahasianya  padahal  ketika  itu  dia sedang melalaikannya.
  • Takut apabila hidup berakhir dengan su-ul khatimah.
  • Takut terhadap pedihnya sakaratul maut.
  • Takut tidak bisa menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir.
  • Takut pada azab kubur.
  • Takut akan huru-hara hari kiamat.
  • Takut akan kondisi yang menegangkan ketika kelak berhadapan dengan Allah di akhirat.
  • Takut  dan  malu  apabila  kelak  Allah menyingkap semua rahasia.
  • Takut  dengan  situasi  saat  Allah  akan menanyakan semua amalan yang pernah diperbuat, dari yang paling besar hingga yang terkecil.
  • Takut  akan  membahayakan  gentingya dan tajamnya Shirat (titian antara surga dan neraka).
  • Takut   neraka,    belenggu,    dan kedahsyatannya.
  • Takut  jika  tidak  berhak  mendapatkan surga, tempat yang penuh kesenangan dan kerajaan abadi.
  • Takut  jika  diharamkan  melihat  Wajah Allah yang Maha Agung kelak di akhirat.
  • Takutnya Orang yang Berbuat Baik: Takut  apabila  amalnya  tidak  diterima Allah. Sebab, “Sesungguhnya   Allah hanya menerima amal dari kebaikan orang-orang yang bertakwa.” (Al Maidah 27).
  • Takut jika amalnya dilakukan atas dasar riya’.  Sebab,  Allah  berfirman; “Padahal, mereka  tidak  disuruh  kecuali  supaya menyembah  Allah  dengan  memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus..”(Al Bayyinah 5).
  • Takut  jika  tidak  mampu mempersembahkan  dan  memelihara kemurnian  amal.  Sebab,  Allah  berfirman; “Barangsiapa  membawa  amal  yang  baik, maka  baginya  (pahala)  sepuluh  kali  lipat amalnya...” (Al An’am 160).
  • Takut gagal dalam melakukan ketaatan. Sebab Allah berfirman; “Dan tidak ada taufik bagiku  melainkan  dengan (pertolongan) Allah, hanya kepada-Nyalah aku bertawakal dan  hanya  kepada-Nyalah  aku  kembali.” (Hud 88).
Buah dari takut kepada Allah

Imam Al Ghazali berkata; “Rasa takut itu efektif  mengekang  syahwat  sekaligus mengeruhkan kenikmatan dunia. Dengan demikian,  ia  akan  mampu  mengubah kemaksiatan yang dicintai menjadi dibenci.”
Rasa  takut  sesungguhnya  mampu membakar  syahwat,  mendidik  perilaku anggota  badan,   merendahkan  dan melapangkan  qalbu,  menjauhkannya  dari penyakit sombong, dendam dan dengki.

Kesibukannya memikirkan balasan dari setiap amalnya, membuatnya tidak punya waktu untuk berleha-leha.

Konsentrasinya terfokus  pada  muraqabah (merasakan pengawasan Allah), muhasabah (introspeksi diri) mujahadah (kerja keras), serta cermat mengalokasikan  setiap  waktu  dan  nafas hidupnya.

Abdullah bin Mubarak bersyair:
Bila kelam malam telah menjemput
Hingga ketika ia pergi
Mereka tenggelam dalam rukuk
Rasa takut telah mengusir tidur mereka
Maka mereka pun bangkit
Adapun mereka yang selalu merasa nyaman, tenggelam dalam tidur yang pulas
(Abu  Maryam  Majdi,  Menghadirkan Rasa Takut Kepada Allah, Aqwam, Solo, 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar