Selasa, 20 November 2012

Ibu Sehat : Bendungan ASI

Bendungan ASI

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan yang di perlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 – 8 mgg, sedangkan yang terpenting dalam nifas adalah masa involusi dan laktasi. Asuhan pada masa nifas diperlukan karena masa ini merupakan masa kritis baik ibu maupun janin. Beberapa hal yang dapat mengganggu laktasi diantaranya adalah adanya bendungan ASI. Tak jarang karena adanya gangguan ini maka beberapa ibu memutuskan untuk tidak menyusui bayinya dan pada akhirnya ibu gagal menyusui.

Bendungan air susu ibu adalah keadaan payudara yang odema, sakit, puting susu kencang, kulit mengkilat walaupun tidak merah dan bila diperiksa asi tidak keluar, badan bisa demam dalam 24 jam. Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke dua atau ke tiga ketika payudara telah memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bonding) kurang baik dan dapat pula karena adanya pembatasan waktu menyusui.


Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya pituitary lactogenic hormon (prolaktin) waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan reflex yang menyebabkan kontraksi sel-sel mio-epitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Refleksi ini timbul jika bayi menyusu. Pada permulaan nifas apabila bayi belum menyusu dengan baik, atau kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, terjadi pembendungan air susu.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:

1.    Pengosongan mamae yang tidak sempurna

Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI.

2.    Faktor hisapan bayi yang tidak aktif

Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI.

3.    Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar

Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI.

4.    Puting susu terbenam

Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.

5.    Puting susu terlalu panjang

Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.

Gejala yang dirasakan ibu apabila terjadi bendungan ASI adalah :

1.    Bengkak pada payudara
2.    Payudara terasa keras
3.    Payudara terasa panas dan nyeri

Pencegahan :

1.    Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin (sebelum 30 menit) setelah dilahirkan
2.    Susui bayi tanpa dijadwal (on demand)
3.    Keluarkan asi dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi
4.    Perawatan payudara pasca persalinan
5.    Menyusui yang sering
6.    Hindari tekanan lokal pada payudara

Penatalaksanaan :

1.    Kompres air hangat agar payudara menjadi lebih lembek
2.     Keluarkan asi sebelum menyusui sehingga asi keluar lebih mudah ditangkap dan di isap oleh bayi
3.    Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI
4.    Untuk mengurangi ras sakit pada payudara berikan kompres dingin
5.    Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh darah getah bening dilakukan pengurutan (masase) payudara. (Yuyun Triani, S.ST, M. Kes)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar