Senin, 19 November 2012

Anak Sehat : BATUK KRONIS

BATUK KRONIS

Batuk merupakan permasalahan tersering orangtua  membawa  anaknya  ke  fasilitas pelayanan kesehatan.   Di Amerika Serikat, selama  kurun  waktu 1995  hingga 1996 sebanyak 24  juta  kunjungan  pasien  ke dokter  disebabkan  oleh  keluhan  batuk. Sementara  untuk  asma  tercatat 3  juta kunjungan.  Sedangkan  di  Inggris,  batuk yang tidak disertai gejala influenza memiliki prevalensi 28,5 persen pada anak laki-laki, dan 30,3 persen pada anak perempuan.


Sebenarnya  batuk  merupakan  salah  satu upaya  pertahanan  tubuh (dalam  hal  ini saluran  nafas)  yang  alamiah  yaitu  suatu reflex  perlindungan  yang  primitif  untuk membuang  sekresi  trakheobronkial ataupun benda asing yang masuk ke saluran pernafasan. Refleks batuk ini terjadi akibat terangsangnya  reseptor  batuk  yang terdapat  di  saluran  nafas  ataupun  diluar saluran nafas,oleh rangsangan yang bersifat kimiawi maupun mekanis. Reseptor batuk yang  terdapat  di  antara  sel-sel  epitel berambut  getar  dari  faring  sampai bronkialus ,  hidung ,  sinus  paranasalis , saluran telinga dan selaput gendang, pleura, lambung, pericard dan diafragma.

Rangsangan  yang  dapat  mencetuskan batuk antara lain :

 1. Udara dingin
 2.  Benda asing seperti debu
 3.  Radang / edema mukosa saluran nafas
 4. Tekanan terhadap saluran nafas misalnya oleh tumor
 5. Lendir pada saluran nafas
6. Kontraksi pada saluran nafas

KETIKA BATUK MENJADI PATOLOGIK

Batuk  ini  menjadi  tidak  normal  lagi  bila berlanjut  berkepanjangan  dan  sudah dirasakan sebagai suatu gangguan. Dalam hal ini batuk merupakan manifestasi utama dan  kelainan  saluran  nafas  disamping lainnya seperti sesak nafas, pilek dan lain- lain. Batuk yang berkepanjangan / berlama- lama  pada  anak  tidak  jarang  dan  selalu menimbulkan  kecemasan  pada  orangtua penderita  yang  telah  berusaha mengobatkan  anaknya  secara  medis maupun  secara  tradisional

Disamping dapat  terjadi  komplikasi  dari  penyebab batuk kronik dan berulang ini juga dapat mengganggu  tidur,  pertumbuhan  dan perkembangan anak dengan sering bolos tidak masuk sekolah.

Batuk  dikatakan  kronis  apabila  sudah berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu berturut-turut  dan  atau  paling  sedikit 3 episod dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik / non-respiratorik lain. Biasanya jenis batuknya terus menerus, produktif (berdahak ) ,  atau  seperti gonggongan anjing.  Waktu batuk terutama malam hari, lebih hebat pada waktu bangun pagi,  dan  hilang  pada  waktu  anak  tidur. 

Pencetusnya  bisa  makanan,  iklim/udara, kegiatan  jasmani  seperti  berlari,  ataupun infeksi saluran nafas akut serta debu rumah atau binatang, dll.

Gejala lainnya yang berhubungan dengan respiratorik  adalah :  sesak  nafas,  mengi, nafas berbunyi, nyeri dada bila bernafas. Gejala non respiratorik adalah : panas, nafsu makan turun, sakit kepala, keringat malam hari,  berat  badan  turun,  meriang,  dll. Adanya  riwayat  asthma /  alergi  dalam keluarga,  atau  kontak  dengan  penderita tubercolusis juga penting untuk ditelusuri .

PENYEBAB BATUK KRONIS

Batuk  kronis  bukan  suatu  penyakit  yang berdiri sendiri, melainkan merupakan gejala pada  berbagai  penyakit  baik  respiratorik maupun non-respiratorik. Berikut diuraikan berbagai   kemungkinan   penyebab terjadinya batuk kronik pada anak ;

1. Bronchitis ;
 a) Bronchitis oleh karena infeksi virus dan bakteri
 b) Bronchitis alergi
 c) Bronchitis kimiawi karena inhalasi asap rokok
2. Penyakit paru supuratif
 a) Fibrosis
 b) Bronkiektasis
 c) Kollaps paru dengan infeksi sekunder
3. Lesi fokal dari laryng  , trachea atau bronchus a) Benda asing b) Tumor, kista
4. Tuberculosis
5. Batuk psikogen

LAKUKAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

Beberapa  pemeriksaan  tambahan  yang mungkin  diperlukan  untuk  mendeteksi batuk kronik pada anak ;

A.    Pemeriksaan radiologic

Foto  thoraks  umumnya  dilakukan  pada kasus  dengan  infeksi  yang  diragukan penyebabnya  spesifik  atau  non  spesifik , bronkiekstasis dan proses paru yang lain yang belum jelas secara klinia. Gambaran radiologic paru dapat berupa adanya massa,  konsolidasi ,  kista ,  kavista ,  kelainan kardiovaskuler  dan  lain-lain.  Dapat  pula dijumpai perpadatan  diffuse  atau  bercak dengan atau tanpa daerah radioluscent.

B. Pemeriksaan lain

Di  samping  pemeriksaan  klinis  dengan anamnesis dan pemeriksaan fisis maka juga dilakukan pemeriksaan laboratorium rutin darah,  urin  dan  tinja  serta  pemeriksaan laboratorium khusus seperti mikrobiologik, imunologik, pemeriksaan faal paru dan lain- lain.  Uji  tuberculin  mempunyai  nilai diagnostic  yang  tinggi  pada  tuberculosis anak.

Dengan  pemeriksaan  laboratorium  rutin yang sederhana kadang-kadang diagnosis etiologi  suatu  batuk  kronis  sudah  dapat ditegakkan. Pada kasus yang disangkakan alergi atau dalam keluarga dijumpai riwayat alergi maka perlu dilakukan pemeriksaan IgE serum dan mungkin dilanjutkan dengan pemeriksaan uji kulit ( Prick test, dsb). Pemeriksaan uji faal paru terutama untuk menilai ada tidaknya obstruksi saluran nafas, yaitu dengan mengukur nilai FEV-1 dan PEFR ( Peak Expiratory Flow Rate). Tetapi uji faal paru ini sulit dilakukan pada anak kecil. Demikian juga halnya dengan uji provokasi bronkus .

PENANGANAN

Untuk  penanganan  batuk  kronis  terdiri tergantung  dari  penyebabnya, terapi simtomatik  dan  terapi  rehabilitasi. Bila didapatkan  kelainan  yang  khas  sebagai penyebab, misalnya pertusis, tuberculosis, asma, bronchitis, maka pengobatannya langsung  ditujukan  pada  kelainan yang didapat.

Untuk penanganan awal batuk di rumah dapat diberikan ekspektoran untuk batuk produktif dan antitussif untuk batuk non produktif. Fisioterapi  merupakan  terapi suportif. Pada penderita dimana terdapat banyak  secret  dalam  saluran  pernafasan maka drainage postural dan tepuk-tepuk dinding  dada, pengaturan  nafas  dan diatermi  sangat  membantu. Cara  ini merupakan  pengobatan  terpenting  pada penyakit paru supuratif.

Pada  batuk  psikogenik  dimana  dasarnya adalah reaksi kecemasan (neurosis) pada anak, terlihat  perubahan  tingkahlaku dengan  menampilkan  gejala  batuk  bila berhadapan dengan rangsangan psikis yang menimbulkan kecemasan. Untuk kasus ini orangtua  perlu  memberikan  jaminan ketentraman psikis sehingga anak merasa nyaman, jauh dari kecemasan .

PENCEGAHAN

Berikut  langkah  pencegahan  yang  dapat dilakukan untuk penyakit batuk kronik :
1. Jauhkan anak dari penderita bronchitis, tuberculosis aktif dewasa
2. Hindarkan anak dari asap rokok sejauh mungkin
3. Memperhatikan gizi anak dengan baik, perbanyak buah-buahan
4. Jika sudah diketahui penyebab alergi, sedapat mungkin cegah anak berinteraksi dengan allergen tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar