Ketika kita disibukkan dengan agenda kegiatan yang membuat fisik kita menjadi lelah, sering kita mengabaikan waktu untuk amal qalbu kita serta perhatian yang seharusnya diberikan kepadanya.
Seorang musiim berjalan menuju Allah dengan qalbunya, bukan dengan anggota badannya. Kedudukan anggota badan dalam kebaikan tidak lain adalah sekedar pantulan dari shalihnya qalbu dan keinginan untuk melakukan kebaikan itu.
Ada beberapa hal yang mungkin berkurang dari kita; kejujuran, keyakinan, kezuhudan, tawakal, ketundukan, kecintaan.
Ada hambatan internal yang menghadang sehingga amal qalbu kita berkurang. Hambatan ini bisa berupa cinta dunia, mementingkan diri sendiri menggantikan itsar, loba dan tamak yang menggantikan wara' dan zuhud, keras dan kasar kepada orang-orang yang beriman menggantikan sayang dan lembut kepada mereka, memberikan dukungan atau loyalitas kepada orang-orang zhalim yang menggantikan loyalitas kepada orang-orang yang beriman, ujub dan sombong yang menggantikan tawadhu, serta tinggi hati yang menggantikan keikhlasan.
Ada banyak cara yang dapat membantu seseorang hamba menjaga imannya. Diantaranya; membaca sirah as salafus shallih, kisah para ahli ibadah, ahli zuhud, para mujahid, para penyeru kebenaran, orang-orang yang sabar, dan orang yang pandai bersyukur. Berziarah kubur dan mengunjungi orang-orang yang shalih lagi bertakwa, para ulama terpercaya atau ulama rabbani, para mujahid, dan para mukhlisin. Mengupayakan peningkatan intensitas ibadah daipada yang sudah-sudah sepertl mengupayakan shalat berjamaah di masjid, memperbanyak shalat sunnah seperti rawatib, tahajud, dhuha, dan lain sebagainya, rutin membaca al-Qur'an berikut artinya, memperbanyak doa dan dzikir, memperbanyak shaum sunnah, memperbanyak sedekah, dan infak. Melakukan aktivitas penumbuh tawadhu seperti mengambilkan dan memakaikan alas kaki pada orang buta yang pulang dari masjid dan menuntunnya sampai di rumahnya, ikut membersihkan, mengepel dan menyapu masjid, terjun langsung membantu anak-anak yatim atau orang-orang sakit dengan memenuhi kebutuhan mereka, dan banyak lagi kegiatan lainnya.
Dan khalwah, menyediakan waktu khusus di luar waktu qiyamullail, dzikir dan tilawahnya untuk menyendiri. Untuk merenungi diri. Mengintrospeksi dan menghitung-hitung semua yang telah dikerjakannya tanpa ada gangguan dari orang yang memujinya. Di saat khalwah inilah kita bisa mencucurkan air mata penyesalan, dan taubat nasuha, menangis karena takut, malu, cinta dan khusyu kepada Allah yang Mahasuci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar