Senin, 15 Agustus 2011

Pemimpin Dusta

PEMIMPIN DUSTA

“Setiap dari kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya..” (HR. Bukhari Muslim).

“Pemimpin siapa saja yang menipu rakyatnya, tempatnya adalah neraka.”  (Al-Jami’Ash-shaghir: I/20).

“Siapa saja yang diberi kewenangan oleh Allah untuk memimpin rakyat lalu ia tidak memberikan nasihat, niscaya Allah mengharamkan surga untuknya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

“Akan datang para pemimpin yang fasik lagi zalim. Siapa yang membenarkan kebohongan mereka serta menolong kezaliman mereka, ia bukan termasuk golonganku dan tidaklah diperbolehkan mendatangiku (di telagaku).” (HR. Hakim: IV/422).

“Tiada seorang pemimpin (meskipun atas sepuluh orang) melainkan kelak pada hari kiamat didatangkan dalam keadaan tangannya terbelenggu di belakang lehernya. Keadilannya membebaskannya atau kezalimannya membinasakannya.” (At-Targhib wat Tarhib).

“Sejelek-jelek pemimpin kalian ialah pemimpin yang kalian murka kepada mereka dan mereka pun murka kepada kalian. Kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian.” (HR. Muslim).

“Sungguh, kalian akan berambisi terhadap kekuasaan dan akan menjadi penyesalan pada hari kiamat.” (HR. Bukhari).

“Wahai Ka’ab bin ‘Ajurah, semoga Allah melindungimu dari kekuasaan orang-orang yang bodoh, yaitu para pemimpin yang datang sesudahku, namun tidak berjalan dengan hidayahku (petunjukku), dan tidak mengikuti sunnahku.” (HR. Al Hakim).

“Ya Allah, siapa saja yang memimpin umatku lalu ia menyusahkan urusan mereka maka susahkanlah ia. Dan siapa saja yang memimpin umatku lalu ia mengasihi mereka maka kasihilah ia.” (HR. Muslim)

Itulah doa Nabi bagi orang yang memimpin urusan kaum muslimin, baik yang khusus maupun umum. Lafal ar-rifqu (mengasihi) disini artinya kau berjalan bersama manusia sesuai dengan perintah Allah dan perintah rasul-Nya.

Dinullah (Islam) di setiap tempat dan zaman merupakan kepemimpinan yang hakiki dan bermanfaat. Karena itu Islam terdiri dari syari’at dan politik (kepemimpinan dan aturan). Barangsiapa yang memisahkan antara aturan kepemerintahan dan syariat berarti ia telah tersesat.

Din ini mencakup siyasah syar’iyyah (aturan syar’i) dan siyasah ijtima’iyyah (aturan sosial masyarakat). Aturan terhadap orang-orang non muslim, kaum muslimin dan setiap orang. Siapa saja yang memisahkan antara agama dan negara dari aturan, maka ia telah sesat.

“Barangsiapa  yang diangkat oleh Allah memimpin urusan kaum muslimin, lalu ia menutup dirinya, tidak memenuhi kebutuhan mereka, menutup mata dari perhatian kepada  mereka, dan tidak peduli terhadap kemiskinan mereka, niscaya Allah akan menutup diri-Nya tanpa memenuhi kebutuhannya, perhatian kepadanya, dan kepada kemiskinannya pada hari kiamat kelak.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

Jangan menjadi pemimpin, jika suka berbohong! (snd)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar