Senin, 15 Agustus 2011

MENCEGAH KEKAMBUHAN ASMA PADA ANAK


MENCEGAH KEKAMBUHAN ASMA PADA ANAK

Berbagai faktor pencetus serangan asma dan cara menghindarinya perlu diketahui dan diajarkan pada anak dan keluarga penderita asma , dimana pencetus yang paling sering dijumpai pada anak adalah debu rumah dan unsur-unsur yang terkandung di dalamnya .

Kira-kira 2-20% populasi anak dilaporkan pernah menderita asma . Belum ada penyelidikan menyeluruh mengenai angka kejadian asma pada anak di Indonesia , namun diperkirakan berkisar antara 5-10 % . Dilaporkan di beberapa negara angka kejadian asma meningkat , misalnya di Jepang , Melbourne , dan Taiwan . Di poliklinik Anak sub bagian Paru Anak FKUI/RSCM Jakarta , lebih dari 50% kunjungan merupakan penderita asma.


Asma dapat dalam keadaan tenang atau tidak serangan , tetapi dapat juga dalam keadaan serangan . Serangan asma dapat ringan , sedang dan berat . Bahkan dapat jatuh dalam keadaan status asthmatikus , yakni serangan asma yang berat yang tidak dapat diatasi dengan obat-obat yang biasa dapat mengatasi serangan asma tersebut . Serangan itu sedemikian beratnya hingga dapat mengancam jiwa anak , karena itu perlu dirawat di rumahsakit .

Penanggulangan asma pada anak sekarang yang yang lebih penting bukan mengatasi serangan , tetapi terutama ditujukan untuk mencegah serangan asma . Anak yang menderita asma harus dapat hidup layak serta tumbuh dan berkembang sesuai dengan umurnya . Dengan demikian segala upaya penggunaan obat dan non obat harus dinilai untungruginya berdasarkan tujuan utama tadi atau dengan perkataan lain tidak boleh mengganggu tumbuhkembang anak . Tindakan-tindakan kita harus meningkatkan mutu kehidupan anak asma itu untuk sekarang dan masa depan .

Pencegahan serangan asma terdiri atas :
1.       Penghindaran factor-faktor pencetus
2.       Penggunaan obat

Penggunaan obat-obatan atau tindakan untuk mencegah atau meredakan atau mengurangi reaksi-reaksi yang akan dan atau sudah timbul pleh pencetus tadi .
Berikut adalah macam-macam factor pencetus yang sebaiknya dihindari untuk mencegah terjadinya serangan asma :

1.       Allergen
Factor alergi dianggap mempunyai peranan pada sebagian besar anak dengan asma . Di samping itu hiperreaktivitas saluran nafas juga merupakan factor yang penting . Bila tingkat hiperreaktivitas bronkus tinggi ,diperlukan jumlah allergen yang sedikit , dan sebaliknya jika tingkat hiperreaktivitas rendah diperlukan jumlah antigen yang lebih tinggi untuk menimbulkan serangan asma . Sensitisasi tergantung pada lama dan intensitas hubungan dengan bahan alergenik sehingga berhubungan dengan umur . Pada bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi debu rumah , misalnya tungau , serpih atau bulu binatang , spora jamur yang terdapat di dalam rumah. Dengan bertambahnya umur makin banyak jenis allergen  pencetusnya. Asma karena makanan biasanya terjadi pada bayi dan anak kecil . Allergen terbanyak sebagai pencetus asma adalah debu rumah, kapuk , bulu hewan , kepiting , telur , dan lainnya .
   
2.       Infeksi
Biasanya infeksi virus , terutama pada bayi dan anak kecil . Virus penyebabnya biasanya respiratort syncytial virus ( RSV ) dan virus parainfluenza . Kadang-kadang dapat juga oleh bakteri misalnya pertusis dan streptokokus beta hemolitikus , jamur misalnya aspergillus dan parasit misalnya askaris .
  
3.       Iritan
Hairspray , minyak wangi , asap rokok , cerutu dan pipa , bau tajam dari cat , dan polutan udara berbahaya lainnya , juga udara dingin dan air dingin . Iritasi hidung dan batuk sendiri dapat menimbulkan reflex bronkokonstriksi . Udara kering mungkin juga merupakan  pencetus hiperventilasi dan kegiatan jasmani .

4.       Cuaca
Perubahan tekanan cuaca , perubahan suhu udara , angin dan kelembaban dihubungkan dengan percepatan dan terjadinya serangan asma .

5.       Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani yang berat misalnya berlari dan naik sepeda dapat menimbulkan serangan pada anak dengan asma. Juga tertawa dan menangis dapat merupakan pencetus . Pada anak dengan faal paru di bawah normal sangat rentan terhadap kegiatan jasmani .

6.       Infeksi saluran nafas bagian atas
Di samping infeksi virus saluran nafas bagian atas sinusitis akut dan kronis dapat memudahkan terjadinya asma pada anak . Rinitis alergi dapat memberatkan asma melalui mekanisme iritasi.

7.       Refluks gastroesophagus
Iritasi trakeobronkial karena isi lambung dapat memberatkan asma pada anak dan orang dewasa.

8.       Psikis
Factor psikis merupakan factor pencetus yang tidak boleh diabaikan dan sangat kompleks . Tidak adanya perhatian dan atau tidak mau mengakui persoalan yang ada yang berhubungan dengan asma oleh anak sendiri atau keluarganya akan memperlambat atau bahkan menggagalkan usaha-usaha pencegahan . Tetapi sebaliknya terlalu takut terhadap serangan asma atau hari depan anak juga tidak baik karena dapat memperberat serangan asma . Pembatasan aktivitas anak , seringnya anak tidak masuk sekolah , seringnya bangun malam , terganggunya irama kehidupan keluarga karena anak sering mendapat serangan asma , pengeluaran uang untuk biaya pengobatan dan rasa khawatir , dapat mempengaruhi anak asma dan keluarganya . Karena itu semua interaksi kejadian itu perlu diperhatikan dan dicari jalan keluarnya seoptimal mungkin.

Serangan asma sering timbul karena kerjasama berbagai pencetus . Pada anak dengan pencetus allergen sering disertai pencetus non allergen yang dapat mempercepat dan memperburuk serangan asma . Diduga infeksi virus memperkuat reaksi terhadap pencetus alergenik maupun non alergenik . Ada anak yang baru mendapat serangan asma bila berlari-lari di hawa dingin atau berlari-lari setelah mendapat infeksi virus saluran nafas bagian atas.
Berbagai faktor pencetus serangan asma dan cara menghindarinya perlu diketahui dan diajarkan pada anak dan keluarga penderita asma , dimana pencetus yang paling sering dijumpai pada anak adalah debu rumah dan unsure yang terkandung di dalamnya . Pada 76,5% anak dengan asma yang berobat di poli klinik sub bagian Pulmonologi Anak Bagian ilmu kesehatan anak FKUI/RSCM, Jakarta , debu rumah diduga sebagai pencetusnya .

Debu rumah biasanya mengandung tepung sari rumput-rumputan ,pohon dan belukar sekitar rumah yang dibawa oleh angin masuk ke dalam rumah . Debu rumah juga mengandung serpih atau rontokan kulit , bulu kita atau binatang piaraan , ludah binatang piaraan yang sudah kering , rontokan bahan pakaian , dekorasi rumah , dan rontokan kain mebel . Ada juga hancuran kertas Koran , kertas rokok , tembakau , dan abunya . Debu rumah juga mengandung serangga yang sudah mati , bakteri , jamur dan sisa-sisa makanan bulan-bulan yang lalu . Tungau debu rumah merupakan bagian yang penting dari debu rumah . Tungau itu pemakan rontikan kulit dan bulu , serta senang sekali di tempat yang lembab . Jadi jelas debu rumah mengandung banyak sekali allergen yang potensial dapat merupakan pencetus serangan asma pada anak .

Memang diakui bahwa tidak mudah menghindari debu rumah . Tetapi mungkin kita dapat mengusahakan kamar tidur anak dibuat seperti dirumah sakit , yaitu dengan :

a)      Kasur tempat tidurnya dimasukkan dalam kantong vinil dengan resleting sehingga dapat membungkus seluruh kasur dan debu tidak dapat keluar dari bawah kasur . Demikian pula bantal , dimasukkan dalam kantong vinil .
b)      Melakukan tindakan-tindakan lain , yaitu mencuci tirai dan selimut sekurang-kurangnya tiap 2 minggu , sprei dan sarung bantal lebih sering dicuci , lemari serta rak dan laci dibersihkan dengan lap basah , dan hanya digunakan untuk menyimpan pakaian yang sering dicuci . Keluarkan mebel yang dilapisi kain penutup dan karpet dari kamar itu , bersihkan lantai dengan lap basah sekurang-kurangnya sekali tiap hari . Hindarkan asap dan binatang piaraan tidak boleh masuk ke dalam kamar tidur .

Dengan cara tersebut terdapat angka perbaikan yang bermakna secara statistic , dan tentunya dapat anda coba di rumah .
Serangan asma setelah makan atau minum zat yang tidak tahan , dapat terjadi tidak lama setelah makan , tetapi dapat juga beberapa waktu setelahnya , misalnya sore atau malamnya bahkan bisa esok harinya .

Anggota keluarga yang sedang menderita flu tidak boleh mendekati anak yang menderita asma atau kalau dekat dengan anak penderita asma lebih-lebih jika bicara , batuk atau bersin perlu menutup mulut dan hidungnya . Hindarkan anak dari perubahan cuaca atau udara yang mendadak , lebih-lebih perubahan ke arah dingin .
Olahraga atau bermain-main tidak dilarang bahkan dianjurkan , tetapi diatur . Kebutuhan main-main seperti berkejar-kejaran dan lain-lain serta olahraga sama pentingnya dengan kebutuhan makanan atau minuman yang bergizi untuk tumbuh dan berkembangnya anak secara optimal .

Jalan yang dapat ditempuh agar supaya anak tetap dapat bermain-main atau berolahraga adalah :

a)      Menambah toleransi secara bertahap , menghindarkan percepatan gerak yang mendadak , mengalihkan macam kegiatan , misalnya dari lari ke naik sepeda atau berenang .
b)      Bila mulai batuk-batuk , istirahat dulu sebentar , minum air dan kemudian bila batuk-batuk sudah mereda kegiatan bisa dimulai lagi .
c)       Ada beberapa anak yang memerlukan makan obat atau menghirup obat aerosol dulu beberapa waktu sebelum kegiatan berolahraga , sebaiknya anda berkonsultasi lebih dulu dengan dokter.(dr. Meti Dewi Astuti)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar