Senin, 15 Agustus 2011

GLAUKOMA, “Sang Pencuri Penglihatan”


GLAUKOMA, “Sang Pencuri Penglihatan”
Tak terbayangkan oleh Sari (55 tahun) kalau ia akan mengalami kebutaan. Selama ini dirinya merasa sehat-sehat saja, kondisi fisiknya baik, dan tidak ada tanda-tanda penyakit serius menimpanya.
Kalau pusing, ya, sedikit saja. Begitu diberi obat, hilang pusingnya," kata Sari yang asli Betawi dan bertempat tinggal di Pamulang Permai, Tangerang.
Tiga tahun lalu ia masih rajin mengikuti pengajian. Suatu hari di tempatnya mengaji, mendadak pandangannya buram dan mata kanan terasa gatal. Mulai saat itulah mata kanannya tidak lagi bisa melihat.
Sari membiarkan saja kebutaan yang diderita mata kanannya, terlebih karena memang tidak ada biaya untuk berobat. Anaknya tujuh orang. Anak tempat Sari ikut menumpang tinggal, bekerja secara serabutan. Kadang menjadi sopir angkutan, kadang bekerja apa saja.
Namun setahun lalu, hal yang sama menimpa mata kirinya. Semula mata kirinya normal, akan tetapi, tiba-tiba pandangannya dipenuhi "putih-putih" alias dia tidak bisa lagi dengan jernih melihat. Setahun yang lalu, mata kirinya menyusul menjadi buta.
"Tapi kalau bangun tidur pagi, mata kiri saya bisa melihat selama lima menit. Setelah itu gelap lagi," tutur Sari.
Apa yang dialami oleh Sari ini disebut sebagai penyakit glaukoma kronis. Penyakit ini datang secara tiba-tiba, tanpa ada tanda-tanda yang jelas sebelumnya dan mendadak orang yang terkena menjadi buta. 
Karena itu, glaukoma kronis sering disebut sebagai si "pencuri penglihatan".

Menurut dr Ikke Sumantri SpM, staf pengajar Glaukoma Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (RSCM/ FKUI), orang yang terserang glaukoma dan berekonomi lemah kadang terlambat mendeteksi karena keterbatasan dana untuk berobat.
"Kalau sudah terlambat, glaukoma itu tidak bisa diapa-apakan lagi karena saraf-sarafnya sudah mati," kata Ikke.
Apa Itu Glaukoma
Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan oleh tingginya tekanan bola mata sehingga menyebabkan rusaknya saraf optik yang membentuk bagian-bagian retina retina dibelakang bola mata. Saraf optik menyambung jaringan-jaringan penerima cahaya (retina) dengan bagian dari otak yang memproses informasi penglihatan.
Glaukoma adalah bagian penyakit mata yang menyebabkan proses hilangnya penglihatan, tetapi proses ini dapat dicegah dengan obat-obatan, terapi laser dan pembedahan. Perlu dicatat bahwa setelah terjadi hilangnya penglihatan yang disebabkan oleh glaukoma, maka hal ini tidak dapat disembuhkan kembali, maka sangat penting untuk mencegah atau menghentikan proses hilangnya penglihatan ini.
Gambaran proses hilangnya penglihatan oleh glaukoma
Mata normal
Mata dengan glaukoma

Mata dengan glaukoma tingkat lanjut
Glaukoma adalah penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia setelah penyakit mata katarak. Glaukoma biasanya terjadi pada mereka yang berusia di atas 40 tahun. Glaukoma merupakan penyakit yang merusak saraf mata (N II Atau saraf optik) yang terjadi sebagai akibat adanya tekanan bola mata atau tekanan intra okular yang tinggi.
Tekanan bola mata ini gunanya untuk membentuk bola mata. Kalau tekanannya normal, berarti bola mata itu terbentuk dengan baik. Kalau tekanannya terlalu rendah, bola matanya menjadi kempes.
Kalau tekanannya terlalu tinggi, berarti bola mata itu menjadi keras seperti kelereng. Akibatnya, akan menekan saraf mata ke belakang dan menekan saraf papil N II dan serabut-serabut saraf N II. Saraf-saraf yang tertekan itu dan yang menekan saraf papil II ini terjadi penggaungan.
Fungsi saraf mata normal umumnya akan meneruskan bayangan yang kita lihat ke otak. Di otak, bayangan tersebut akan bergabung di pusat penglihatan dan membentuk suatu benda(vision). Yang terjadi pada penderita glaukoma adalah kerusakan serabut saraf mata dan menyebabkan daerah tidak melihat (titik buta).
Pada umumnya seseorang baru menyadari adanya titik buta pada waktu kerusakan serabut saraf optik sudah parah. Bila seluruh serabut saraf rusak, maka akan terjadi kebutaan total.
Glaukoma terjadi ketika produksi dari cairan bola mata meningkat atau cairan bola mata tidak mengalir dengan sempurna sehingga tekanan bola mata tinggi, serabut-serabut saraf di dalam saraf mata menjadi terjepit dan mengalami kematian. Akibatnya, hubungan penglihatan ke otak terganggu dan terjadi kebutaan.
Tanpa disadari ada bintik- bintik buta pada pasien yang terkena glaukoma. Bintik buta ini mula-mula hanya sedikit. Kalau kemudian berlanjut, dia akan menjadi banyak. Kalau seorang yang glaukoma sedang berjalan, dia bisa tersandung-sandung. Penglihatannya seperti meli- hat dari lubang kunci. Penglihatan sentralnya bisa melihat, tetapi pinggir-pinggirnya tidak dapat melihat.
Gejala Glaukoma
Yang mengkhawatirkan, glaukoma seringkali timbul tanpa gejala sampai pada fase terakhir, kecuali glaukoma jenis akut (tekanan bola mata tiba-tiba meninggi sehingga mata terasa sakit sekali). Karena itu deteksi dini glaukoma sangat penting, konsultasikan ke dokter spesialis mata anda mengenai glaukoma untuk pendeteksian dini.
Pada fase lanjut glaukoma, gejala-gejala berikut mungkin timbul:
  1. Hilangnya pengelihatan sisi samping (perifer).
  2. Sakit kepala
  3. Pengelihatan kabur
  4. Melihat pelangi bila melihat sumber cahaya terang (misalnya lampu)
Jenis Glaukoma
Glaukoma dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Glaukoma Primer
a. Glaukoma primer sudut terbuka (simple glaucoma, wide angle glaucoma, chronic simple glaucoma) adalah jenis glaukoma yang paling sering ditemukan.
b. Glaukoma primer sudut tertutup (narrow angle glaucoma, closed angle glaucoma, acute congestive glaucoma).
2. Glaukoma Kongenital
a. Glaukoma kongenital primer atau infantil (Buftalmos)
b. Glaukoma yang menyertai kelainan kongenital
3. Glaukoma Sekunder
4. Glaukoma Absolut
Pada glaukoma akut kongestif (terjadinya serangan) harus diberi perawatan yang secepat-cepatnya karena terlambatnya perawatan dapat mempercepat memburuknya tajam penglihatan dan lapang pandang.
Glaukoma akut kongestif sering diduga / didiagnosa sebagai konjungtivitis karena mata terlihat merah. Pada glaukoma akut akan terlihat adanya injeksi konjungtiva, injeksi silier, pupil melebar / mid dilatasi, reflek kurang.
Pemeriksaan pengukuran tekanan bola mata dengan tonometri akan didapatkan nilai yang tinggi (normal 10 –20 mmHg).
Orang yang Berisiko Terkena Glaukoma
Pada prinsipnya siapa saja dapat terkena glaukoma. Mulai dari bayi baru lahir sampai pada orang tua. Tetapi penting bila kita mengetahui faktor-faktor resiko dari glaukoma.
Faktor-faktor resiko glaukoma:
  1. Umur
Risiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat 2% dari populasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka ini akan bertambah dengan bertambahnya usia.
  1. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma. 
Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma mempunyai  resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma. Resiko terbesar adalah kakak-beradik kemudian hubungan orang tua dan anak-anak.
  1. Tekanan bola mata. 
Tekanan bola mata diatas 21 mmHg berisiko tinggi terkena glaukoma. Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih rendah sudah dapat merusak saraf optik. Untuk mengukur tekanan bola mata dapat dilakukan dirumah sakit mata dan/atau dokter spesialis mata. Obat-obatan
  1. Pemakai steroid secara rutin
misalnya: Pemakai obat tetes mata yang mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk penderita asma, obat steroid untuk radang sendi dan pemakai obat yang memakai steroid secara rutin lainnya. Bila anda mengetahui bahwa anda pemakai obat-obatan steroid secara rutin, sangat dianjurkan memeriksakan diri anda ke dokter spesialis mata untuk pendeteksian glaukoma.
  1. Riwayat trauma (luka kecelakaan) pada mata.
  2. Penyakit lain. Riwayat penyakit diabetes (kencing manis), hipertensi dan migren.
Diagnosis Glaukoma
Gejala yang dirasakan pertama kali antara lain : bila memandang lampu neon/sumber cahaya maka akan timbul warna pelangi di sekitar neon tersebut, mata terasa sakit karena posisi mata dalam keadaan membengkak, penglihatan yang tadinya kabur lama kelamaan akan kembali normal. Hal inilah yang membuat para penderita glaukoma tidak menyadari bahwa ia sudah menderita penyakit mata yang kronis. 
        Mata merah, pupil lebar, reflek kurang, kornea agak keruh, tanpa kotoran mata dengan keluhan nyeri kepala dan visus menurun dan biasanya satu mata adalah glaukoma.
Kelainan tersebut jangan didiagnosis sebagai konjungtivitis. Tanda konjungtivitis adalah mata merah (biasanya dua mata), terdapat kotoran mata, tidak nyeri kepala, visus tidak menurun, pupil tidak lebar dan tidak berakibat kebutaan. Sedangkan glaukoma akut kongestif sangat berbahaya dan berakibat kebutaan total yang tidak dapat diobati.
Pemeriksaan Khusus untuk Glaukoma
  1. Tonometri
Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal empat cara tonometri, untuk mengetahui tekanan intra ocular, yaitu :
  1. Palpasi atau digital dengan jari telunjuk
  2. Indentasi dengan tonometer Schiotz
  3. Aplanasi dengan tonometer aplanasi Goldmann
  4. Nonkontak tonometer
Pemeriksaan dengan tonometer Schiotz
  1. Gonioskopi
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan dengan menggunakan lensa kontak khusus. dalam hal glaukoma gonioskopi diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.
Pemeriksaan sudut bola mata dengan kontak lens khusus
  1. Oftalmoskopi
Dilakukan untuk memperhatikan keadaan papil saraf optik.
  1. Pemeriksaan Lapang Pandangan
Akibat yang ditimbulkan oleh glaukoma dapat dinilai dari kerusakan lapang pandangan oleh karena itu pemeriksaan lapang pandangan adalah sangat penting
Pengobatan Glaukoma
Dengan keterbatasan ketenagaan dan peralatan, maka penanggulangan glaukoma yang mungkin dilakukan di Puskesmas adalah glaukoma akut kongestif, dengan pemberian :
a. Timolol 0,5% dengan dosis 2 x sehari
b. Pilokarpin 2 – 4% tiap 2 jam
c. Acetazolamide 250 mg 3 x sehari
d. Analgetik sistemik
Pengobatan simptomatik dengan gejala yang ada dan segera rujuk ke spesialis mata untuk tindakan selanjutnya.
Pengobatan glaukoma dapat berupa obat-obat tetes, obat minum, prosedur pembedahan, prosedur laser atau kombinasi yang semuanya. Semua terapi ini pada prinsipnya adalah bertujuan untuk menurunkan tekanan bola mata. Untuk pengobatan/ terapi yang cocok akan disarankan oleh dokter sesuai dengan kondisi penyakit glaukoma dan kondisi keadaan umum pasien. Sebagian obat-obatan glaukoma dapat berinteraksi kedalam tubuh, sehingga obat-obatan tertentu merupakan kontra indikasi (tidak boleh). Contoh penyakit yang mungkin terkena efek obat glaukoma tertentu : Penyakit asma, penyakit gangguan irama jantung dan alergi terhadap sulfa.
        Keadaan umum lain yang harus diperhatikan adalah kehamilan. Obat-obatan glaukoma sebagian besar disekresi ke air susu dan dapat menembus plasenta. Jadi untuk penderita glaukoma yang sedang hamil umumnya dipilih prosedur laser atau pembedahan untuk terapi glaukomanya.
Penting bagi pasien untuk memberitahukan penyakit-penyakit yang diderita dan keadaan umum tubuh (misalnya kehamilan) kedokter yang bersangkutan, sehingga dokter dapat memilih terapi/pengobatan yang sesuai.
Mitos Vs Fakta Mengenai Glaukoma
Glaukoma merupakan penyakit yang sulit dipahami, sehingga orang bisa salah kaprah mengenai penyakit mata yang satu ini.
Mitos:
Glaukoma adalah penyakit yang hanya terjadi pada orang tua
Fakta:
Setiap orang berisiko terkena glaukoma, mulai dari bayi hingga orang-orang tua. Meski diakui, orang yang lebih tua memiliki risiko lebih tinggi terkena glaukoma, namun bayi juga bisa mendapat glaukoma (kira-kira 1:10.000 dari setiap kelahiran bayi di Amerika terlahir dengan glaukoma). Remaja juga bisa terkena, ras Afro-Amerika khususnya dicurigai berpotensi lebih besar menderita glaukoma pada usia lebih dini ketimbang ras Kaukasia.

Mitos:
Glaukoma dapat diobati
Fakta:
Glaukoma tak dapat diobati, namun demikian dapat dikendalikan. Langkah pertama harus dilakukan diagnosis. Seringkali glaukoma dapat dikendalikan dengan pengobatan (obat tetes mata atau pengobatan oral) dan atau operasi. Ini berarti kehilangan penglihatan lebih lanjut dapat dihentikan. Namun demikian glaukoma adalah penyakit kronis yang harus diterapi seumur hidup.

Mitos:
Ada gejala-gejala yang mengingatkan Anda
Fakta:
Penyakit glaukoma dalam bentuk open angle glaucoma, sebuah bentuk penyakit yang umum terjadi, biasanya jarang menimbulkan gejala-gejala, dantidak ada rasa sakit yang terlibat dengan naiknya tekanan bola mata, kecuali bila tekanan dalam bola mata sangat tinggi. Kehilangan penglihatan dimulai dengan bagian lapang pandangan samping atau sekeliling. Jenis kehilangan penglihatan seperti ini secara mudah dapat dikompensasi (dengan memutar kepala ke arah samping) dan mungkin tak dikenali sampai penglihatan nyata-nyata hilang. Jalan terbaik untuk melindungi penglihatan Anda dari glaukoma adalah dengan melakukan pengecekan secara berkala, sehingga jika Anda menderita glaukoma maka terapi dapat dilakukan sedini mungkin. 

Mitos:
Glaukoma tak menyebabkan kebutaan
Fakta:
Glaukoma justru dapat menyebabkan kebutaan jika dibiarkan tak ditangani. Kebutaan yang disebabkan glaucoma adalah permanen.
Sumber :
  1. Buku Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-2. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata. Hal 242-249
  2. Glaukoma, Si Pencuri Penglihatan. http://elokdyah.multiply.com/journal/item/55
  3. Glaukoma. www.glaucoma.org
  4. Sentra Glaukoma. Jakarta Eye Center. www.jec-online.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar