Rabu, 11 Mei 2011

PELAYANAN TERBAIK - SEPOTONG KATA - Edisi 42/VII/Januari 2011

SEPOTONG KATA

PELAYANAN TERBAIK

“Barangsiapa menghilangkan satu kesusahan dari sekian kesusahan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan dari sekian kesusahan di hari kiamat. Barangsiapa yang memudahkan orang yang kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat. Barangsiapa yang  menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya selagi hamba tersebut menolong saudaranya. Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka dengannya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah-rumah Allah (masjid), untuk membaca kitab Allah dan mengkajinya diantara mereka, melainkan akan turun ketenangan kepada mereka. Mereka diliputi rahmat, dinaungi malaikat, dan Allah memuji mereka dihadapan makhluk yang didekat-Nya (malaikat), sedangkan barangsiapa yang amalan salehnya berkurang, maka nasabnya tidak akan mempercepat dirinya (meraih derajat kebaikan).” (HR. Muslim).

Di dalam hadits ini, Rasulullah saw mengajarkan dan menunjukkan kita agar berbuat kebaikan dan meninggalkan selainnya serta saling membantu antar warga masyarakat. Apa yang diajarkan melalui hadits ini ialah berbagai sifat baik dan budi pekerti mulia serta akhlak karimah dan kondisi masyarakat yang selalu maju berkembang.

Diantara fenomena berbudaya adalah apa yang diperintahkan Islam agar umatnya senantiasa berbuat baik dalam kehidupan sehari-hari; memberikan kontribusi kepada masyarakat dengan sukarela untuk menguatkan yang lemah, mengajari yang bodoh,membimbing yang bingung, membantu yang tak berdaya, menyelamatkan yang terkena musibah, sebagimana firman Allah: “Dan lakukanlah kebajikan supaya kamu mendapat kemenangan.” (Al-Hajj 77).

Islam menjadikan seorang muslim bagaikan sumber yang senantiasa memancarkan kebaikan dan kemanfaatan bagi orang-orang di sekelilingnya. Muslim sejati adalah seorang yang dermawan, pekerja keras, dan pandai mengatur waktu, pandai mensyukuri nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menunaikan hak-hak persaudaraan dalam hidup bermasyarakat yang mana Allah menjadikan persaudaraan sebagai simbol keimanan. Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara.” (Al Hujurat 10).

Diantara buah persaudaraan sedemikian ini adalah timbulnya perasaan dalam diri seorang mukmin bahwa saudara mukmin lainnya itu adalah bagian dari dirinya sendiri, ia akan senang jika saudaranya senang sebagaimana pula dia akan sedih jika saudaranya sedih. Dalam sebuah hadits disebutkan: “Tidaklah sempurna iman salah seorang diantara kalian sehingga ia menyintai saudaranya sebagaimana dia menyintai dirinya sendiri.” (Muttafaq’alaih dari Anas).

Banyak sekali bidang perbuatan baik yang dapat dilakukan oleh seorang muslim: memberi makan orang yang lapar, memberi minum orang yang haus, menolong orang yang terluka, mengobati orang yang sakit, dan memberi baju orang yang tuna busana.

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu diriwayatkan bahwa seseorang datang kepada Rasulullah Shalllallahu Alaihi wa Sallam sambil berkata: “Wahai Rasulullah, bagaimanakah orang yang paling dicintai Allah itu?” Nabi menjawab: “Orang yang paling dicintai Allah ialah orang yang paling bermanfaat untuk manusia. Perbuatan yang paling dicintai Allah adalah perbuatan yang dapat mendatangkan kegembiraan buat orang muslim; yang memudahkan kesusahannya, menunaikan hutangnya, mengusir rasa laparnya. Bagiku, membantu menunaikan keperluan saudaraku itu adalah lebih aku sukai daripada beri’tikaf dalam masjid ini-yakni masjid Madinah-selama sebulan.”

Dari Abu Dzar Radhiyallahu Anhu diriwayatkan hadits yang berbunyi: “Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah. Perintahmu ke arah kebaikan adalah sedekah. Laranganmu dari perbuatanmu mungkar adalah sedekah. Petunjukmu kepada seseorang yang tersesat adalah sedekah. Perbuatanmu menyingkirkan penyakit, duri, dan tulang dari jalan adalah sedekah.” (HR. Tirmidzi).

Dalam surat Al-Insan 8-9, Allah menyebutkan sifat-sifat para hamba-Nya yang gemar berbuat kebajikan: “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidakmenghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan terima kasih).”

Tentang pendakian atau rintangan yang harus dilalui oleh seseorang yang ingin selamat dan berjaya di akhirat, Allah berfirman: “Maka tidakkah sebaiknya (dengan hartanya itu) ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar? Tahukah kamu apakah jalan yangmendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan atau memberi makan pada hari kelaparan (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat atau orang miskin yang sangat fakir. Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling (berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang). Mereka orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu adalah golongan kanan.” (Al-Balad 11-18).

Al-Qur’an dipenuhi dengan ayat-ayat yang memberikan peringatan-peringatan dan ancaman-ancaman terhadap orang yang lalai atau tidak mengajak untuk menyantuni orang miskin. “Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang dilakukannya, kecuali golongan kanan, berada dalam surga, mereka saling menanyakan tentang keadaan orang-orang yang berdosa: “Apakah yang memasukkanmu kamu ke  dalam saqr (neraka)?” Mereka menjawab: “Kami dulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakannya yang batil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya dan adalah kami mendustakan hari pembalasan hingga datang hari kematian.” Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafa’at dari orang-orang yang memberikan syafa’at.” (Al-Mudatstsir 38-44).

Dalam hadits Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu dsebutkan :”Setiap kerat tulang manusia itu punya kewajiban bersedekah setiap hari; menetapkan hukum secara adil antara dua pihak adakah sedekah, membantu seseorang menaiki binatang tunggangannya adalah sedekah, mengangkat barang-barangnya untuk dinaikkan kebinatang tunggangan itu adalah sedekah, perkataan yang baik adalah sedekah, setiap langkahnya untuk menunaikan shalat adalah sedekah, dan menyingkirkannya bahaya dari jalan adalah sedekah.”

Telah dijelaskan oleh hadits Abu Dzar Radhiyallahu Anhu yang berbunyi :
“Aku bertanya kepada Rasulullah  Shallallahu Alaihi wa Sallam: “Apa yang dapat menyelamatkan seorang hamba dari neraka?” Beliau menjawab:”Iman kepada Allah.” Aku berkata: “Wahai Nabi Allah, apakah iman itu harus disertai amal?” Nabi menjawab: “Memberikan sedikit bagian dari pemberian Allah kepadamu, dan dari rizki-Nya kepadamu.” Aku berkata: “Wahai Nabi Allah, kalau ia seorang fakir yang tidak punya sesuatu untuk diberikan?” Nabi menjawab: “(Dengan) mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.” Aku berkata : “Kalau tidak bisa mengajak kepada kebaikan dan tidak pula mencegah kemungkaran?” Nabi menjawab : “Hendaklah ia membantu orang yang tidak terampil.” Aku berkata; “Wahai Rasulullah, bagaimana kalau ia sendiri orang yang tidak terampil?” Nabi menjawab : “Hendaklah ia membantu orang yang teraniaya.” Aku berkata : “Wahai Nabi Allah, bagaimana kalau dia itu lemah dan tidak dapat membantu orang yang teraniaya?” Nabi menjawab: “Menghendaki kebaikan untuk saudaramu! Hendaklah ia menjaga diri dari menyakiti orang lain.” Aku berkata : “Wahai Rasulullah, apakah kalau dia melakukan hal ini dia akan masuk ke surga?” Nabi menjawab: “Tidak seorang hamba pun yang mempunyai salah satu dari sifat-sifat ini melainkan kamu tarik tangannya sampaui masuk ke dalam surga.”

Pelayanan  yang paling kecil yang dapat dilakukan oleh seorang muslim-jika diasumsikan bahwa dia tidak dapat melakukan kebaikan apapun untuk orang lain-adalah menahan diri dari perbuatan yang dapat mendatangkan keburukan atau bahaya bagi orang lain. Apakah anda hanya tertarik untuk memberi pelayanan terbaik yang paling kecil? (snd)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar