Senin, 25 April 2011

TIADANYA TATSABBUT DAN TABAYYUN



Majalah Hilal Ahmar EDISI 41/VI/ DESEMBER 2010
SEHAT MENTAL

TIADANYA TATSABBUT 
DAN TABAYYUN
Penyakit mental yang hampir saja manusia terpedaya olehnya, kecuali yang memiliki hubungan kuat dengan Allah Ta’ala, serta mempunyai akal yang kuat, yaitu penyakit tiadanya tatsabbbut dan tabayyun.
Pengertian Tiadanya Tatsabbut dan Tabayyun
Yang dimaksud tatsabbut yaitu minta atau mencari tetap atau kokohnya sesuatu dengan dalil yang menyampaikan kepada ketetapan terhadap suatu hal. Jika anda mengatakan; ‘menetapkan sesuatu hal’, berarti disahkan, diwujudkan. Menetapkan sesuatu berarti harus menunjukkan dalil, bukti atau argumentasinya. Pengertiannya lainnya yaitu perlahan-lahan, tidak tergesa-gesa, dilaksanakan secara musyawarah dan teliti.
Adapun pengertian tabayyun hampir sama dengan pengertian tatsabbut. Tabayyun berarti mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas benar. Berarti pula,mencari ketetapan dari suatu hakikat, bisa menjadi jelas dan terbuka keadaannya. Arti lainnya, perlahan-lahan dan tiada gegabah atau tergesa-gesa, mengatur dengan perlahan agar menjadi jelas.
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi berperang dijalan Allah, maka telitilah (carilah keterangan)…” (An-Nisa 94).
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita maka periksalah dengan teliti…” (Al-Hujurat 6).
Sebagian besar orang Kufah apabila membaca ayat tadi dan juga umumnya orang Madinah, maka ayat tersebut dilafalkan (Fatatsabbatuu) sebagai ganti lafal (Fatabayyanuu).
Menurut Ibnu Jarir, keduanya berarti mencari kepastian dan kejelasan dengan dalil dan bukti dari perubahan. Juga diartikan tidak tergesa-gesa dalam menghadapi suatu perkara tanpa gegabah. Sebab, yang demikian itu memang diharuskan dalam upaya hukum terhadap sesuatu, disamping dalam mencari dan membahas suatu dalil.
Setelah membahas secara bahasa, maka disimpulkan bahwa pengertian tiadanya tatsabbut dan tabayyun adalah ketergesa-gesaan dalam memutuskan suatu hukum (masalah) tanpa mencari bukti atau tanpa membahasnya terlebih dulu secara teliti.
Sedangkan secara istilah Islami, pengertian tiadanya tatsabbut dan tabayyun yaitu ketergesa-gesaan dalam memutuskan semua masalah yang mengenai umat Islam, bahkan seluruh umat manusia, baik dalam hal hukum, kebijakan dan sebagainya tanpa memahami dan melihat perkembangan situasi dan kondisi.
“(Ingatlah) diwaktu kamu menerima berita bohong dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga.” (An-Nur 15).
Penyebab Tiadanya Tatsabbut dan Tabayyun
  1. Pola pengasuhan ketika kecil. Sesorang yang hidup di bawah asuhan orang tua yang tidak memiliki sikap tatsabbut dan tabayyun maka sikap tersebut kelak akan meresap ke dalam jiwa anaknya.
  2. Berteman dengan orang yang tidak memiliki akhlak Islami.
  3. Sembrono atau lupa. Manusia selalu dihinggapi sembrono atau lupa, sehingga mereka mengabaikan keakuratan. Untuk itu, ia wajib mengambil pelajaran dari sebuah kejadian selama hidupnya.
  4. Tertipu oleh kefasihan kata.
  5. Jahil terhadap metode tatsabbut dan tabayyun.
  6. Kaku dan cenderung bersikap ekstrim.
  7. Terlalu tergantung kepada benda duniawi yang fana. Ketergantungan ini disebabkan rasa cinta yang berlebihan yang menyebabkan qalbu menjadi buta dan tuli. Hingga menghalangi penglihatan seseorang darihakikat yang sebenarnya.
  8. Lalai terhadap akibat penting dari tiadanya tatsabbut dan tabayyun. Kelalaian terhadap hal tersebut, tak adanya sikap iltizam terhadap akhlaq Islami dan tergesa-gesa dalammemutuskan suatu perkara, tentu akan menjerumuskan penggiat amal Islami (aktifis Islam) kepada hal-hal yang tidak diinginkan.
Metode Tatsabbut dan Tabayyun
  1. Kembali kepada Allah, Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang mempunyai pandangan yang baik serta mempunyai sandaran. “Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil amri diantara mereka, tentulah orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri).” (An-Nisa 83).
  2. Berdiskusi bagi orang yang mempunyai masalah. Dan sebaik-baik yang menerangkan adalah pendirian Rasulullah saw.
  3. Mendengarkan dengan benar-benar. Bahkan minta diulangi sebelum dimengerti.
  4. Mencoba dan mengevaluasi.
  5. Mengumpulkan semua sisi pandang, terlebih terhadap perkara-perkara yang masih tertutup, samar-samar atau tidak jelas.
  6. Mendengarkan pengaduan dari orang yang berperkara lebih dari satu kali
Tanda-tanda Tiadanya Tatsabbut dan Tabayyun
  1. Banyak terjadi permusuhan, baik secara individu maupun antar kelompok harakah  Islam.
  2. Memusatkan aktifitas hanya pada bentuk dan penampilan serta melalaikan kepada pengetahuan dan inti.
  3. Tidak mau menerima uzur atau alasan orang lain, tak mau mendengarkan hujjah, pandangan atau pikiran orang lain.
  4. Berlomba atau mendahului orang lain dengan pendapat dan pandangan sendiri. Sebab dia kurang mendengar, menerima dan kurang melakukan pengamatan.
  5. Berlomba atau mendahului dalam penjelasan karena dianggap terlepas dari masalah pokok yang wajib. Hal itu dilakukan dengan tanpa pengetahuan yang sempurna pada tiap kondisi dan situasi yang selalu berubah. Selain itu tanpa disertai pula ma’rifat yang baik terhadap orang yang mempunyai hak, kewajiban dan iltizam.
Dampak Tiadanya Tatsabbut dan Tabayyun.
  1. Terhadap Aktifis
  1. Menuduh  orang-orang baik atau bersih dengan dusta.
  2. Timbul pertumpahan darah dan perampasan harta.
  3. Timbul kecemasan dan penyesalan.
  4. Hilangnya kepercayaan dari orang lain, dibenci dan dijauhi.
  5. Menghadapi murka Allah.

  1. Terhadap Amal Islam
  1. Renggangnya shaf atau barisan
  2. Lesu dalam beraktifitas.
  3. Meluasnya celah bagi infiltran. Ketiadaan konsistensi terhadap akhlak Islam menjadikan banyak jama’ah bagi amal Islam mudah disusupi oleh para infiltran.
  4. Kerugian terhadap sebagian para penolong dan pendukung amal Islam.
  5. Bertolak dari khayalan, bukan kenyataan.
  6. Tidak memperoleh pertolongan dari Allah.
Terapi terhadap Tiadanya Tatsabbut dan Tabayyun
  1. Memperkuat rasa takwa dan takut hanya kepada Allah Ta’ala.
  2. Memperingatkan tentang hal-hal yang akan terjadi ketika berhadapan dengan Allah kelak.
  3. Hidup dalam suasana Al-Qur’an dan As-Sunnah serta berusaha menghidupkan terus menerus.
  4. Senantiasa belajar dari perjalanan hidup (sirah) kaum salaf, seperti para sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in.
  5. Mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa nyata.
  6. Memperingatkan dengan kaidah-kaidah dan cara-cara tatsabbut dan tabayyun.
  7. Mengevaluasi akibat dan dampak yang beruntun bila seseorang meninggalkan sikap tatsabbut dan tabayyun di dunia maupun di akhirat.
  8. Berkumpul dengan orang yang memiliki sikap tatsabbut dan tabayyun.
  9. Bijaksana bermuamalah dengan orang lain jangan terlalu ingin mengetahui rahasia orang lain.
  10. Berusaha untuk memperoleh keuntungan dari perencanaan yang dilakukan para pakar dalam masalah tatsabbut dan tabayyun.
  11. Membiasakan untuk berprasangka baik terhadap muslim lainnya. (snd)
Referensi : Terapi Mental Aktifis Harakah, Dr. Sayyid Muhammad Nur, Mantiq, Solo, 1993.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar