Minggu, 24 April 2011

BILIK REDAKSI EDISI 40/VI/ OKTOBER 2010

Majalah Hilal Ahmar EDISI 40/VI/ OKTOBER 2010
BILIK REDAKSI



Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh!


Sesungguhnya, segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dari pada-Nya, meminta ampunan dari-Nya, dan meminta perlindungan kepada-Nya dari kejahatan diri kita serta keburukan amal perbuatan kita. Barangsiapa yang diberikan petunjuk oleh Allah, tak seorangpun yang dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, tak ada seorangpun yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi, tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Allah yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad saw adalah hamba dan utusan-Nya.

Hari Raya bagi umat Islam telah usai. Hari Raya yang sering salah ditafsirkan. Kita tahu bahwa 1 Syawal merupakan hari raya, tetapi hari raya tersebut sering kita tambah menjadi tanggal 2,3,4 dan seterusnya, tanpa menyadari bahwa tidak ada yang perlu dirayakan sebagai ibadah pada hari selain tanggal 1 Syawal. Kemudian mengira bahwa Idul Fitri adalah hari kemenangan.

Dari segi bahasa kalimat Idul Fitri, terusun dari dua kata yaitu ‘Idun yang berarti selalu kembali (hari raya), sedangkan al-fitru berarti berbuka (makan dan minum). Sehingga definisi Idul Fitri secara bahasa adalah hari raya dimana kaum muslimin diperbolehkan kembali untuk makan-makan dan minum-minum pada hari yang sebelumnya pada bulan Ramadhan diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan pada tanggal 1Syawwal diharamkan untuk shaum sunnah. Sedangkan pada tanggal 2 dan seterusnya kita sudah dibolehkan shaum sunnah lagi.

Dengan menyangka bahwa Idul Fitri adalah hari kemenangan, kita menyaksikan kaum muslimin menyambutnya dengan pesta yang meriah. Campur baur laki dan perempuan, musik, nyanyian, bersalaman antar bukan mahram, tabarruj (bersolek ala jahiliyah bagi perempuan), menghabiskan dana yang besar untuk konsumsi dan baju baru serta ongkos mudik dan keperluan lain yang tidak kita butuhkan.

Pada hari Idul Fitri itu, yang tampak harusnya adalah ketaatan, amal shalih, dan muhasabah serta takut atau khawatir amal-amal shalih selama Ramadhan tidak diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, saling mewasiatkan untuk menjauhi kemaksiatan dan bersabar atasnya.

Ketika sakit krasan di tubuh kita, tidak mau pergi, maka kita harus menikmatinya dengan doa. Doa yang dipanjatkan kepada Allah Swt, Yang Memberi Sakit, dan Yang Menyembuhkan. Dengan doa inilah kita menjalani hari-hari dengan penuh ketundukan. Penuh kepasrahan.

Tetap sehat, tetap berdoa ketika sakit!

Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh!

Sunardi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar