Senin, 25 April 2011

TERATOGENESIS



Majalah Hilal Ahmar EDISI 41/VI/ DESEMBER 2010
INFO OBAT

TERATOGENESIS
Teratogenesis merupakan pembentukan cacat bawaan pada bayi baru lahir. Kelainan ini sudah diketahui selama beberapa dasawarsa dan merupakan penyebab utama morbiditas serta mortilitas pada bayi baru lahir. Pada awalnya terjadinya teratogenesis dihubungkan dengan akibat kekurangan gizi pada wanita semasa hamil.
Namun penelitian pada era baru diketahui adanya pengaruh penggunaan zat kimia terhadap terjadinya efek teratogenik. Bermula dari penggunaan talidomid, suatu obat hipnotik-sedatif, dalam klinik. Obat ini diperkenalkan pertama kali pada akhir tahun 1950-an di Jerman, dan terbukti relative tidak toksik / mematikan  pada hewan coba dan manusia. Obat ini digunakan, antara lain untuk meringankan mual-mual pada hamil muda.

Pada tahun 1960,dilaporkan beberapa kasus fokomelia. Pada tahun berikutnya, kasus ini semakin banyak ditemukan. Fokomelia adalah suatu jenis cacat bawaan yang sangat langka berupa pendeknya atau tiadanya anggota badan. Penelusuran penyebab fokomelia pada kasus-kasus itu segera sampai pada penggunaan talidomid oleh wanita hamil, terutama antara minggu ketiga dan minggu kedelapan kehamilan. Segera obat ini dilarang beredar. Meskipun demikian, 1000 bayi cacat telah lahir di beberapa Negara. Karena kejadian tersebut dilakukan tindakan untuk melakukan berbagai jenis uji pada sejumlah besar obat, zat tambahan makanan, pestisida, bahan pencemar lingkungan dan zat kimi lain untuk menentukan potensi teratogeniknya.
Gangguan zat teratogen pada tahapan pembentukan janin
1. Embriologi
Setelah pembuahan, sel telur mengalami proliferasi sel, diferensiasi sel, migrasi sel, dan organogenesis. Embrio kemudian melewati suatu metamorfosis dan periode perkembangan janin sebelum dilahirkan.
2. Prediferensiasi
Selama tahap ini, embrio tidak rentan terhadap zat teratogen. Tahapan ini adalah tahapan resisten. Sel yang mengalami kerusakan akan digantikan oleh sel lain yang masih hidup membentuk embrio normal
3. Embrio
Dalam periode ini sel secara intensif menjalani diferensiasi, mobilisasi, dan organisasi. Selama periode inilah sebagian besar organogenesis terjadi. Akibatnya, embrio sangat rentan terhadap efek teratogen. Selain itu, tidak semua organ rentan pada saat yang sama dalam suatu kehamilan.
4. Janin
Tahap ini ditandai dengan perkembangan dan pematangan fungsi. Dengan demikian, selama tahapan ini, teratogen tidak mungkin menyebabkan cacat morfologik, tetapi dapat mengakibatkan kelainan fungsi, seperti gangguan system saraf pusat. Hal ini mungkin tidak dapat didiagnosis segera setelah kelahiran.
Penyebab teratogenik
  1. Faktor genetik
  1. Terjadinya mutasi
  2. Aberasi
  1. Faktor lingkungan
  1. Agen infektif
  1. Virus: rubella, varicella
  2. Kuman : Treponema pallidum
  3. Parasit : Toxoplasmosis
  1. Agen fisik : radiasi
  2. Agen kimia :
  1. Logam berat (Hg, Pb, Arsenik dll)
  2. Polutan (pestisida, plastik, dll)
  3. Bahan obat
Beberapa jenis zat kimia telah terbukti bersifat teratogen pada hewan coba. Terdapat beberapa jenis mekanisme yang terlibat dalam efek teratogennya.
1.         Gangguan terhadap asam nukleat
Banyak zat kimia mempengaruhi replikasi dan transkripsi (suatu tahapan pembentukan DNA) asam nukleat, atau translasi RNA, misalnya zat pengalkil, antimetabolit dan intercelating agents. Beberapa zat kimia ini memang sudah aktif, sedangkan yang lainnya, misalnya aflatoksin dan talidomid membutuhkan bioaktivasi.
2.   Kekurangan pasokan energi dan osmolaritas
Teratogen tertentu dapat mempengaruhi pasokan energi yang dipakai untuk metabolisme dengan cara langsung mengurangi persediaan substrat (misalnya defisiensi makanan) atau bertindak sebagai analog atau antagonis vitamin, asam amino esensial, dan lainnya. Selain itu hipoksia dan penyebab hipoksia (CO, CO2) dapat bersifat teratogen dengan mengurangi oksigen dalam proses metabolisme yang membutuhkan oksigen dan mungkin juga dengan menyebabkan ketidakseimbangan osmolaritas. Hal ini dapat menyebabkan edema atau hematoma, yang pada gilirannya dapat menyebabkan kelainan bentuk dan iskemia jaringan.
3.   Penghambatan enzim
Adanya penghambat enzim dapat menyebabkan cacat karena mengganggu diferensiasi dan pertumbuhan sel melalui penghambatan kerja suatu enzim. Akibatnya suatu organ mengalami ketidaksempurnaan dalam penyusunannya, sehingga akan terlahir dalam keadaan cacat.
4.   Lainnya
Hipervitaminosis A dapat menyebabkan kerusakan ultrastruktural pada membrane sel embrio hewan pengerat, suatu mekanisme yang dapat menerangkan tertogenitas vitamin A. Faktor fisika yang dapat menyebabkan cacat meliputi radiasi, hipotermia dan hipertermia, serta trauma mekanik.
Untuk menghindari terjadinya teratogenesis pada wanita yang sedang hamil, maka pada penggunaan obat perlu adanya pedoman khusus untuk ibu hamil dan menyusui. Diantaranya sebagai berikut :
Pedoman penggunaan obat pada ibu hamil :
  1. Pertimbangkan perawatan tanpa obat
  2. Obat hanya diresepkan jika manfaat yang diperoleh ibu lebih besar daripada risiko kepada janin
  3. Hindari penggunaan obat pada trimester pertama
  4. Apabila diperlukan, gunakan obat yang keamanannya terhadap ibu hamil telah diketahui dengan pasti, pada dosis efektif terendah, penggunaan sesingkat mungkin
  5. Obat harus digunakan pada dosis efektif terkecil dan jangka waktu sesingkat mungkin
  6. Hindari polifarmasi
  7. Pertimbangkan penyesuaian dosis dan pemantauan pengobatan pada beberapa obat, seperti misalnya fenitoin, litium.
Pedoman penggunaan obat pada ibu menyusui:
  1. Penggunaan obat yang tidak diperlukan harus dihindari
  2. Jika harus menggunakan obat, pertimbangkan manfaat/risiko pada ibu dan bayi
  3. Pilih rute pemberian dan pembagian obat yang menghasilkan kadar obat terkecil dalam ASI
  4. Jika diberikan obat pada ibu menyusui, maka bayi harus dipantau secara cermat.
  5. Hentikan sementara menyusui apabila:
    Jika obat diketahui memiliki efek berbahaya bagi bayi yang disusui
    Jika obat sangat poten, sehingga kadar yang sedikit dalam ASI dapat membahayakan bayi
    Jika ibu mengalami gangguan fungsi ginjal dan hati
  6. Hindari penggunaan obat baru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar