Senin, 25 April 2011

SABAR MODEL SALAF



Majalah Hilal Ahmar EDISI 41/VI/ DESEMBER 2010
RENUNGAN

SABAR MODEL SALAF
Dari Asy’ts bin Said diriwayatkan bahwa ia berkata,”Ibnu Aun berkata:”Seorang hamba tidak akan dikatakan betul-betul mencapai derajat orang yang ridha, sebelum keridhaannya pada saat kekurangan seperti keridhaan pada saat berkecukupan. Bagaimana kamu layak meminta kepada Allah untuk urusanmu, kalau kamu merasa marah dengan takdir-Nya yang tidak sesuai dengan kemauanmu. Padahal mungkin saja yang kamu inginkan itu, bila Allah takdirkan untuk menjadi milikmu, justru akan membinasakanmu. Demikian juga ketika kamu hanya ridha dengan takdir-Nya, bila sesuai dengan kemauanmu. Jika demikian kamu tidak akan disebut bijaksana dan tidak akan mencapai derajat orang yang ridha.”
Ghassaan bin Al-Mufaddhal Al-Ghullabi diriwayatkan bahwa ia berkata:”Sebagian sahabat kami telah menceritakan kepada kami, bahwa ada seorang laki-laki yang mendatangi Yunus bin Ubeid untuk mengadukan kesulitan dalam hidupnya,dan kondisinya yang terjepit. Ia merasa gundah dengan semua itu. Yunus menanggapinya dengan bertanya,”Apakah engkau suka bila penglihatanmu dibeli dengan harga seratus ribu  dirham?” Ia menjawab;”Tentu tidak.” “Bagaimana kalau pendengaranmu?” Ia menjawa;”Juga tidak”. “Bagaimana dengan lidahmu?” tanya beliau lagi. Ia menjawab,”Juga tidak.” Beliau bertanya lagi;”Bagaimana dengan otakmu?” “Juga tidak”, jawabnya. Kemudian beliau mengingatkan dirinya akan nikmat-nikmat Allah yang lainnya. Setelah itu Yunus menandaskan,”Aku melihat engkau memiliki beratus-ratus ribu dirham, tetapi kamu masih juga mengeluhkan kebutuhanmu?”
Dari Utsman bin Al-Hutsaim diriwayatkan bahwa ia berkata :”Ada seorang lelaki dari Bashrah yang berasal dari Bani Sa’ad. Ia termasuk salah satu dari komandan perang bawahan Ubain bin Ziyad. Tiba-tiba pada suatu hari ia terjatuh dari atap rumahnya sehingga kedua kakinya patah. Maka Abu Qilabah datang untuk menjenguknya, seraya berkata:”Aku berharap semoga engkau mendapatkan kebaikan.” Ia menjawab: “Wahai Abi Qilabah, kebaikan apa yang didapatkan dari dua kakiku yang patah semua?” Abu Qilabah berkata,”Apa yang Allah tutupi dari dosa-dosamu jumlahnya lebih banyak.” Setelah tiga hari berselang, tiba-tiba datang surat dari Ibnu Ziyad untuk keluar berperang melawan Husein. Ia berkata kepada utusan Ibnu Ziyad: “Apakah engkau tidak melihat apa yang menimpa diriku?” Tak lebih dari tujuh hari kemudian, ia mendengar kabar bahwa Husein bin Ali telah terbunuh. Maka lelaki itupun langsung berkata :”Sungguh benar apa yang dikatakan oleh Abu Qilabah. Semua ini menjadi kebaikan buat diriku (sehingga tidak ikut membunuh Husein bin Ali).”
Dari Asy-Sya’bi diriwayatkan bahwa ia berkata: “Syuraih berkata : “Sesungguhnya aku tertimpa musibah, sehingga aku bersyukur kepada Allah empat kali; aku bersyukur karena musibah itu yang lebih besar darinya tidak menimpaku, aku bersyukur Allah masih memberi kesabaran menghadapinya, aku bersyukur karena masih memberiku taufik untukmengucapkan istirja’ (Innaa lillahi wa innaa ilaihi raji’un) karena aku mengharapkan pahala, dan aku bersyukur karena musibah itu bukan pada agamaku.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar