Minggu, 24 April 2011

DEMI MASA

Majalah Hilal Ahmar EDISI 40/VI/ OKTOBER 2010
SEPOTONG KATA




DEMI MASA



Lantunan ayat al-Qur’an itu begitu merdu oleh imam masjid, berisi peringatan bagi manusia tentang masa/waktu. Surah ke 103, Al-‘Ashr (Masa), terdiri dari 3 ayat. Surah ini mudah dihapal oleh siapapun. Bahkan anak-anak kecil sudah hapal sejak belia. “Demi masa. Sesungguhnya, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih (mengerjakan kebajikan) serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.”

Hidup kita berjarak antara kelahiran dan kematian. Dan semua tidak tahu berapa lama waktunya. Wahai anak Adam, sesungguhnya kamu tidak lain hanyalah perjalanan waktu; setiap kali waktu berlalu, berarti hilang sebagian dirimu.

Janganlah benda dunia fana yang sedikit ini melenakan dirimu, demikian juga janganlah mengukur-ukur dirimu. Semua itu akan berlalu dengan cepat mengikis umurmu. Kejarlah ajalmu, jangan lagi katakan; “Besok dan besok”. Karena kamu tidak tahu, kapan kamu akan kembali menemui Rabb-mu.

Sebuah surat pernah dilayangkan oleh Hasan Al-Bashri Radhiallahu ‘anhu kepada Umar bin Abdul Aziz Radhiallahu ‘anhu :

“Saya akan menggambarkan kepada anda bahwa dunia ini adalah satu masa diantara dua masa yang lain. Satu masa yang telah lampau, satu masa yang akan datang, dan satu masa lagi saat dimana anda hidup sekarang ini. Adapun masa yang telah lampau dan yang akan datang, tidaklah memiliki kenikmatan dan juga tidak ada rasa sakit yang bisa dirasakan sekarang ini. Tinggallah dunia ini saat dimana anda hidup sekarang ini. Saat itulah yang kerap memperdaya anda, sehingga lupa dengan akhirat dan perjalanan yang bisa menghantarkan anda ke Neraka. Sesungguhnya hari ini bila anda mengerti, ibarat tamu yang mampir ke rumah anda dan akan pergi meninggalkan anda kembali. Apabila anda memberi penginapan yang baik dan menghormatinya, ia akan menjadi saksi atas diri anda, memuji anda dan berbuat benar untuk anda. Tapi bila anda memberi penginapan yang jelek, melayaninya dengan kasar, maka ia akan terus terbayang di pandangan matamu. Hari ini dan hari esok bagaikan dua saudara yang masing-masing bertamu kepadamu secara bergantian. Ketika yang pertama singgah, Anda bersikap jelek terhadapnya dan tidak memberi pelayanan baik antara Anda dan dia. Lalu di hari kemudian saudaranya yang akan berkata kepada Anda : “Sesungguhnya saudaraku telah Anda perlakukan dengan buruk. Sekarang datang sesudahya, bila Anda melayani saya dengan baik, niscaya Anda akan dapat membayar perlakuan buruk Anda terhadap saudara saya dan saya akan dapat memaafkan apa yang telah anda perbuat. Maka cukup anda memberi pelayanan kepada saya apabila saya singgah dan menemui Anda setelah kepergian saudara saya tadi. Dengan itu anda telah mendapat keuntungan sebagai gantinya bila Anda mau berfikir. Gapailah lagi apa yang telah Anda sia-sia kan. Kalau yang datang kemudian Anda perlakukan seperti sebelumnya, alangkah meruginya hidup Anda akibat pesaksian keduanya atas kejahatan Anda. Sisa umur Anda tidak akan berguna dan berharga lagi. Apabila Anda kumpulkan dunia seluruhnya, tidak akan dapat menggantikan meski hanya satu hari yang tersia-siakan. Maka janganlah Anda jual hari ini dan jangan Anda ganti hari ini dengan dunia tanpa faedah yang berharga. Janganlah sampai terjadi, bahwa orang yang sudah dikubur saja lebih menghargai apa yang ada dihadapan Anda dari Anda sendiri, padahal semua itu adalah milik Anda. Demi Allah, apabila orang yang telah dikebumikan itu ditanya : “Ini dunia beserta semua isinya dari awal hingga akhirnya, yang bisa engkau gunakan untuk anak cucu Anda setelah kematian Anda, agar mereka dapat berfoya-foya, yang keinginanmu hanyalah mereka; dan ini satu hari yang disediakan untuk Anda dan Anda dapat gunakan untuk beramal bagi diri Anda; mana yang Anda pilih? Tentu ia akan memilih hari tersebut. Tidak ada sesuatu yang diperbandingkan dengan satu hari itu, melainkan ia pasti memilih hari tersebut karena kesukaannya dan penghormatannya terhadap hari itu. Bahkan apabila hanya dicukupkan dengan satu jam, untuk diperbandingkan dengan berkali-kali lipat dengan apa yang telah kita paparkan tadi, pasti ia akan memilih satu jam itu, meskipun segala yang kita sebutkan dengan berbagai lipatannya diberikan pada orang lain. Bahkan, bila ia diberikan (pahala) satu kata yang ia ucapkan, untuk diperbandingkan dengan berlipat-lipat dari yang tersebut tadi, pasti ia akan memilih satu kata itu. Maka mulai hari ini, cermatilah hari-harimu untuk kemaslahatanmu, cermatilah meski hanya satu jam dan hormatilah meski hanya satu kata; waspadailah kehinaan yang datang di akhir kehidupanmu. Janganlah Anda merasa aman untuk tidak dibantah oleh ucapanmu sendiri. Semoga Allah memberikan rezeqi kepada kita dengan akhir kehidupan yang baik. Assalamu ‘Alaika wa Rahmatullahi wa barakatuh.

Waktu akan semakin berharga bila dijaga dengan baik, tapi ternyata waktu itu sesuatu yang paling mudah dilalaikan.

Ibnu Nafis, seorang guru besar kedokteran yang terkenal pada abad pertengahan menuturkan bahwa apabila beliau rahimahullah hendak mulai menyusun buku, beliau siapkan dulu pena-pena yang sudah diruncingkan lalu beliau menghadap ke arah dinding. Setelah itu beliau menulis secara spontanitas dari hafalannya. Beliau menulis ibarat air mengalir. Apabila penanya telah tumpul dan tidak jelas tulisannya, beliau campakkan untuk diganti yang lain, yakni agar waktu beliau tidak tersita untuk meruncingkan penanya kembali.

Suatu hari Ibnu Nafis masuk ke dalam kamar mandi yang berada di pintu Az-Zahumah. Ketika di pertengahan mandi, beliau beranjak ke ujung kamar mandi tempat melepaskan pakaian; beliau minta dibawakan pena dan kertas. Lalu beliau langsung menyusun makalah dalam soal denyut nadi (sirkulasi darah) hingga selesai. Setelah itu beliau ke kamar mandi dan meneruskan mandinya.

Ibnu Jauzi rahimahullah pernah menuturkan: “Saya telah melihat banyak orang yang berjalan-jalan bersama saya untuk acara kunjung mengunjungi sebagaimana yang menjadi kebiasaan masyarakat. Mereka biasanya mencari tempat duduk (di kediaman seseorang) dan memperbincangkan omongan orang yang tidak berguna. Kadang-kadang semuanya itu diselingi dengan menggunjing orang lain.”

Kebiasaan semacam itu banyak dilakukan oleh anggota masyarakat di jaman sekarang ini. Terkadang acara kunjung mengunjungi itu menjadi tuntutan yang digandrungi; seorang diripun pergi dipaksa-paksakan; khususnya pada hari raya Idul Fitri. Kita bisa melihat mereka saling tandang ke rumah temannya, tidak hanya mencukupkan diri dengan mengucapkan selamat dan sejenisnya, tapi mereka menyelinginya dengan membuang-buang waktu.

Abdullah bin Mas’ud pernah berkata :”Kalau aku sempat menghina seekor anjing sekalipun, aku akan takut kalau aku berubah menjadi anjing. Saya juga tidak senang melihat seseorang yang menganggur, tidak mengurus urusan dunia maupun akhirat.”

Sudah seharusnya kita selalu menginterospeksi diri kita sampai dalam setiap desahan nafas. Jangan pernah membiarkan waktu berlalu tanpa faedah. Isilah dengan menulis, belajar ataupun membaca.

Jangan biarkan diri kita membuang waktu meski hanya satu jam dalam hidup kita. Sampai-sampai jika lidah kita berhenti berdzikir dan berdiskusi, pandangan mata juga berhenti membaca, segera aktifkan fikiran kita kala beristirahat sambil berbaring. 

(snd)






SEPOTONG KATA
Majalah Hilal Ahmar EDISI 40/VI/ OKTOBER 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar