Jumat, 06 April 2012

16-renungan-TAWADHU’

TAWADHU’

Renungan | Edisi : 55/VII/Maret/2012
penulis : Suna



Dalam sebuah khutbahnya, Doktor Abdullah Azzam menjelaskan sebuah kenikmatan yang bernama tawadhu’. Suatu akhlak yang saat ini hilang dari perilaku kebanyakan umat Islam.
“Tidak seorangpun yang berlaku tawadhu’ karena Allah melainkan Allah akan meninggikan kedudukannya. Dan tiada seorangpun yang menginginkan ketinggian di dunia, melainkan Allah pasti akan menghinakan dan merendahkannya.”


Adapun peristiwa yang melatarbelakangi sabda Rasulullah saw di atas ialah: Suatu ketika unta Rasulullah saw yang bernama Al ‘Adhaba’ dapat disalip oleh unta seorang Badui. Padahal sebelum itu, tak pernah  sekalipun unta tersebut dapat disalip. Maka yang demikian itu menyebabkan para sahabat menjadi jengkel, lalu Rasulullah saw bersabda seperti hadits di atas.

Karena itu, berlakulah tawadhu’, niscaya Allah akan meninggikanmu. Jika engkau menghendaki ketinggian, maka Allah akan merendahkanmu. Hiduplah kamu diantara manusia secara bersahaja dan jangan menonjolkan dirimu di tengah-tengah mereka.
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai hamba yang menonjolkan dirinya.” (HR.Muslim).
Dalam hadits lain juga disebutkan; “Janganlah kamu bersikap sombong terhadap manusia dan jangan pula meremehkan mereka. Cukuplah seseorang dikatakan berdosa apabila dia menghina saudaranya sesama muslim.”

Boleh jadi orang yang kau remehkan dihadapanmu adalah singa perkasa yang sebanding dengan sepenuh bumi orang seperti kamu. Sebagaimana sabda Rasulullah saw; “Orang itu lebih baik dari sepenuh bumi orang semisal orang tadi”, ketika beliau bertanya kepada sahabat disampingnya tentang orang laki-laki yang lewat dihadapannya.

Ketika ada orang yang lewat dihadapannya, beliau bertanya kepada para sahabat yang berada disampingnya; “Apa pendapatmu tentang orang tadi.” Mereka menjawab,”Orang itu layak, apabila meminang diterima pinangannya. Apabila berkata didengar perkataannya. Apabila memerintah perintahnya ditaati.” Kemudian ada orang lain yang lewat. Bajunya lusuh, penampilannya tidak menarik perhatian. Lalu beliau bertanya: “Apa pendapatmu tentang orang itu?” Mereka menjawab,”Orang itu pantas jika berbicara tidak didengar perkataannya.”  Kemudian sesudah itu beliau bersabda: “Orang itu  lebih baik dari sepenuh bumi  orang yang seperti tadi.”

Hanya spesies manusia yang   perbandingannya bisa satu dibandingkan sepenuh bumi spesies manusia. (Suna)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar