Jumat, 06 April 2012

08-Info Obat-Serba-Serbi Antibiotik

Serba-Serbi Antibiotik

Info Obat | Edisi : 55/VII/Maret/2012
penulis : Angga Dimas Persada, S. Farm



Anda tentu sering mendengar tentang antibiotika bahkan pernah menggunakannya, tapi mungkin tidak banyak yang diketahui tentang antibiotika. Ya, mengenal obat yang kita minum adalah sangat penting, supaya obat bisa menjadi penyembuh, bukannya musuh.


Antibiotika adalah obat yang dapat membunuh kuman yang masuk ke tubuh kita. Kuman bisa masuk ke tubuh kita dengan berbagai cara, bisa melalui luka yang terbuka, lewat pernafasan, atau lewat makanan, dll., dan kita dikatakan mengalami infeksi. Gejala-gejala infeksi antara lain adalah demam, sakit, dan tempat yang terinfeksi mengalami bengkak/radang dan warnanya memerah.

Untuk mengobati infeksi, yang terpenting adalah membunuh kuman yang masuk, yaitu dengan antibiotika. Sebenarnya jika kuman telah terbasmi, maka gejala-gejala tadi juga akan menghilang dengan sendirinya. Tapi seringkali gejala-gejala tersebut cukup mengganggu, sehingga dokter kerap meresepkan obat lain yang tujuannya mengurangi gejala, misalnya obat turun panas untuk demamnya dan atau analgetika untuk mengurangi rasa sakit

Jangka waktu penggunaan obat antibiotika biasanya selama 3 – 7 hari, tergantung macam infeksi dan keparahannya. Dokter biasanya akan meresepkan untuk jangka waktu tersebut. Yang perlu diingat dalam penggunaan antibiotika adalah harus digunakan sampai habis, sesuai dengan kuur atau jangka waktu yang diharuskan. Mengapa ? Karena jika tidak habis sesuai dengan aturannya, maka bisa jadi kuman-kuman yang terbunuh baru kuman-kuman yang lemah, sedangkan yang kuat masih hidup. Kuman-kuman yang kuat tetap tinggal dan menjadi resisten terhadap antibiotika, dan tentu saja penyakit bisa jadi kambuh lagi, dan mungkin dibutuhkan antibiotika lain yang lebih kuat (dan seringkali lebih mahal). Jadi, meskipun baru digunakan sehari tapi gejala sudah hilang, antibiotika tetap harus dihabiskan. Sedangkan obat-obat untuk menghilangkan gejala, cukup digunakan jika perlu saja. Jika panas sudah turun, atau rasa sakit sudah hilang, obat-obat penurun panas dan analgetika tidak perlu diminum lagi.

Ada bermacam-macam antibiotika, dari generasi lama sampai generasi terbaru. Beberapa antibiotika generasi lama antara lain adalah golongan sulfa, penisilin (ampisilin, amoksisilin), tetrasiklin, eritromisin, kloramfenikol dan sefalosporin). Sedangkan generasi baru adalah golongan kuinolon seperti siprofloksasin, ofloksasin; golongan sepalosporin generasi ketiga seperti sefuroksim, sefaleksin, dan lain-lain. Mungkin anda tidak perlu mengingat nama-nama ini, karena antibiotika umumnya diperoleh dengan resep dokter. Tapi sebaiknya Anda mengetahui apakah obat yang Anda minum itu termasuk antibiotika atau tidak. Hal ini bisa ditanyakan pada dokter atau apoteker di apotek.

Selain masalah cara penggunaannya yang harus habis, Anda perlu mengamati apakah Anda termasuk yang alergi terhadap antibiotika atau tidak, terutama jika baru pertama kali menggunakan. Ada beberapa antibiotika yang dapat memicu reaksi alergi pada orang-orang tertentu yang hipersensitif. Yang paling sering adalah golongan sulfa dan penisilin. Reaksi alergi ini bisa berupa gatal-gatal, bengkak, bahkan bisa sampai pingsan. Jika Anda punya riwayat alergi terhadap penisilin atau sulfa, sampaikan ke dokter yang memeriksa Anda sehingga dokter dapat memilihkan antibiotika yang paling tepat untuk Anda.

Penjelasan di atas terlihat sederhana, namun hal itu perlu diperhatikan dengan baik mengingat, efek samping antibiotik banyak terjadi karena kesalah pahaman pasien ketika menggunakan antibiotik. Diatas telah disinggung sedikit resiko efek samping dari antibiotik, namun kami perlu memperjelas lagi bahaya efeksamping dari antibiotik sebagai berikut,

1. Memunculkan resistensi dari bakteri atau virus tertentu

Di dalam tubuh kita ada bakteri normal yang memiliki kekebalan tertentu terhadap antibiotik, ketika kita meminum antibiotik kekebalan bakteri normal tersebut diperbaharui secara otomatis oleh bakteri tersebut, kekebalan ini dapat menular ke bakteri atau virus yang menjadi agen penyakit, sehingga antibiotik tidak lagi mempan membasmi bakteri ataupun virus yang menyebabkan penyakit.

2. Menimbulkan alergi
 
Dokter yang cerdas akan bertanya kepada pasiennya ketika hendak memberi resep antibiotik, seputar riwayat apakah si pasien punya alergi terhadap antibiotik golongan tertentu, hal ini penting mengingat efek alergi terhadap hipersensitif terhadap antibiotik sangat berbahaya bahkan tidak jarang pasien harus dilarikan ke rumah sakit untuk dirawat karena kasus alergi terhadap antibiotik.

3. Gangguan jantung, ginjal dan sistem syaraf

Penggunaan antibiotik secara sembarang atau dosis yang tidak tepat akan mengganggu kerja jantung biasanya detak jantung semakin cepat, bahkan dapat juga mempengaruhi kerja ginjal dan syaraf.

Akhirnya kepada pembaca sekalian, mari tumbuhkan budaya kritis ketika berobat dan membeli obat, tanyakan pertanyaan-pertanyaan apapun seputar penyakit anda dan obat yang diberikan kepada anda, sehingga kita dapat meminimalisir resiko kesalahan dalam penggunaan obat. 

(Angga Dimas Persada, S. Farm)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar