Jumat, 06 April 2012

11-Sehat Mental-BAHAYA SYAHWAT

BAHAYA SYAHWAT

Sehat Mental | Edisi : 55/VII/Maret/2012
penulis : Redaksi


Ada berbagai sebab yang mendorong manusia untuk berbuat dosa dan bertindak melampaui batas. Empat sebab yang paling utama yakni; kelalaian, kebodohan, hawa nafsu dan syahwat.


Syahwat adalah kecenderungan jantung (qalbu) dan kecondongannya untuk melakukan apa yang diinginkannya. Dahulu, para sahabat, semoga Allah meridhai mereka semua, selalu mengawasi dan menjaga jantung  mereka dan membuang jauh-jauh syahwat mereka. Karena syahwat itu bermula dari hal-hal yang mubah, kemudian masuk ke dalam hal yang makruh, kemudian berakhir pada syirik dan kekafiran.

Bani Israil menjadi kafir karena syahwat mereka, disebabkan kedurhakaan mereka dan dosa-dosa kecil mereka. “Mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.” (Ali Imran 112).

Mereka  mulai lebih dahulu dengan perbuatan maksiyat, pelanggaran-pelanggaran kecil, kemudian akhirnya membunuh para nabi. “Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar.” (Ali Imran 112).
Dimulai dengan dosa-dosa kecil dan berakhir dengan perbuatan syirik dan kufur besar. Sebagaimana sabda Rasulullah saw : “Allah melaknat pencuri yang mencuri telur akhirnya tangan dia dipotong.” (HR. Bukhari).

Mencuri telur itu tidak sampai membuat tangan dipotong. Akan tetapi pencurian yang diawali dengan hal-hal yang kecil biasanya meningkat dan terus meningkat sampai akhirnya pencuri berani mencuri harta milik umat seluruhnya dan berani mengkhianati mereka.  Itu semua dilakukan karena dorongan syahwat yang ada dalam dirinya. Dia ingin melampiaskan hawa nafsunya dan memuaskan gejolak jantungnya. Apabila syahwat telah bersatu dengan kelalaian, maka keadaannya seperti yang dikatakan oleh Syaikh Ibnu Taimiyah: “Apabila syahwat berkumpul dengan kelalaian, maka keduanya menjadi sumber segala keburukan di dalam diri manusia. Dan apabila syubhat, syahwat, dan kelalaian bertemu, maka ketiganya menjadi sumber kejahatan.”
Seperti kata Ibnu Qayyim : “Sesungguhnya sumber segala kejahatan adalah syubhat dan syahwat. Syubhat tidak dapat diredam kecuali dengan yakin. Dan syahwat tidak dapat ditolak kecuali dengan sabar. Dengan perantaraan sabar dan yakin, engkau dapat mencapai tingkatan imam fiddin (pemimpin dalam urusan din).”

Syahwat paling besar ada tiga. Ketiga syahwat inilah yang paling besar menimbulkan kerusakan pada diri manusia, yaitu; syahwat terhadap kekuasaan, syahwat terhadap wanita, dan syahwat terhadap harta.

Bahaya paling besar yang mengancam diri manusia datang dari syahwatnya. Syahwat ingin berkuasa, sombong di muka bumi, takabur dan senang menarik perhatian. Betapa banyak orang yang dihinakan dan dibinasakan Allah karena kesombongannya. Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.

Dalam hadits shahih disebutkan :
“Tidak akan masuk surga seseorang yang dalam qalbunya terdapat seberat dzarrah dari kesombongan. Dan tidak akan masuk neraka, yakni untuk selamanya, seseorang yang dalam qalbunya terdapat sebesar dzarrah dari keimanan.” Lalu ada salah seorang sahabat yang bertanya:”Wahai Rasulullah, bagaimana dengan seorang lelaki yang suka memakai baju bagus dan bersepatu bagus. Apakah itu termasuk kesombongan?” Beliau menjawab: “Tidak, sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.”

Menolak kebenaran maksudnya adalah mengingkarinya. Sedangkan merendahkan manusia maksudnya menghina dan meremehkannya.
Keinginan berlaku sombong di muka bumi, selalu diikuti dua perkara diatas dan tidak mungkin terpisah daripadanya. Tidak mungkin kesombongan itu terpisah dari unsur ingkar kepada kebenaran.

“Dan mereka mengingkarinya karena kezhaliman dan kesombongan (mereka) padahal qalbu mereka meyakini (kebenarannya). Maka perhatikanlah betapa kesudahan bagi orang-orang yang berbuat kerusakan.” (An Naml 14).

Berbuat kerusakan di muka bumi kebanyakan bermula dan bersumber dari keinginan seseorang untuk berkuasa dan memerintah, suka menyombongkan diri dan senang menonjol. Kesemuanya bermula dari tingkatan yang paling rendah sampai kepada tingkatan yang paling tinggi. Dimana disana akan terbentuk ikatan dosa, sumber kejahatan dan kubangan fitnah.

Ibnu Mas’ud atau Khudzaifah ra mengatakan : “Sesungguhnya pada pintu masuk istana para sultan (penguasa) terdapat fitnah seperti tempat menderumnya unta.”
Mereka, yakni orang-orang salaf, memperingatkan umat supaya jangan mendatangi penguasa jika di dalam qalbu mereka tidak ada maksud untuk menasehati atau mencegah dari penyimpangannya, jika di dalam qalbu mereka tidak ada niat untuk menjauhi harta kekayaannya.


Jika engkau bermaksud untuk memasuki pintu istana dan mendatangi mereka, maka ada dua perkara yang harus engkau hindari dan jauhi; harta kekayaan mereka dan pemberian mereka. Sebab perkataanmu akan jatuh tidak bernilai dalam sekejap begitu dirham dari tangan sultan jatuh ketanganmu.

Sebagaimana perkataan Syaikh Sa’id Al Halbi rhm. Ketika Ibrahim Basya datang ke negeri Syam. Ketika itu Syaikh Sa’id dikelilingi para muridnya. Dia sedang memberikan pelajaran kepada mereka. Ibarhim Basya masuk masjid tempat pengajian tersebut, namun Syaikh Sa’id tidak mengacuhkannya bahkan dia tetap menjulurkan kakinya. Melihat sikap yang ditunjukkan Syaikh Sa’id tersebut, maka Ibrahim Basya keluar. Darahnya mendidih dan kemarahannya berkobar-kobar. Lalu dia mengambil kantung berisi uang dan memberikan kepada pelayannya serta berkata; “Taruhlan ini di pangkuan Syaikh itu!” Maka pelayan tadi datang dan meletakkan kantung tersebut di pangkuan Syaikh Sa’id. Namun oleh Syaikh, kantung tadi diangkat dan diberikan lagi kepadanya seraya mengatakan: “Katakan kepada tuanmu, bahwa orang yang menjulurkan kakinya tidak akan menjulurkan tangannya.”
Kantung semacam inilah yang membuat leher menekuk dan dahi menunduk. Kantung inilah yang membuat mulut tersumbat sehingga agama Allah dipetieskan.

Mereka para penguasa, melihat orang-orang yang mengambil harta mereka dengan pandangan sinis dan melecehkan, dengan nafsu mereka, dengan kegeraman qalbu mereka. Mereka berusaha memuaskan qalbu para ulama dengan cara memberi hadiah kepada mereka sehingga para ulama mendiamkan kebathilan mereka dan membiarkan kedzaliman mereka. Para penguasa tadi melihat mereka tak ubahnya seperti binatang ternak yang berkumpul manakala diiming-imingi dengan seikat rumput dan lari bercerai berai manakala digertak oleh pengawal mereka.

“Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-mainan dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia..” (Al An’am 70).

Bahaya paling besar yang dimungkinkan menyerang qalbu manusia adalah nafsu terhadap kekuasaan. Nafsu ini dimiliki qalbunya kaum muslimin maupun kaum musyrikin. Nafsu kekuasan merupakan nafsu yang paling berbahaya. Nafsu tersebut dapat memecah belah kesatuan ummat dan jama’ah. Berapa banyak sudah suatu kelompok yang telah bersatu padu karena Allah, namun kemudian bercerai berai karena ambisi salah seorang diantara mereka untuk memimpin dan ingin tampil di depan. Betapa banyak kelompok mulia yang dicerai beraikan oleh ambisi seseorang yang ingin menguasai dan memerintah mereka tanpa berpijak pada landasan kebenaran. Ini terjadi di kalangan umat Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar