Jumat, 06 April 2012

04-Sehat Utama-Probiotik, Si Kuman “Baik”

Probiotik, Si Kuman “Baik”

Sehat Utama | Edisi : 55/VII/Maret/2012
penulis : Angga Dimas Persada, S. Farm

Kata Probiotik sudah tidak asing di telinga kita, dari media cetak, elektronik berikut perniagaan nutrisi kesehatan dan farmasi telah sering menyebut istilah yang satu ini. Tak jarang istilah ini dilanjutkan dengan penjelasan manfaat-manfaat darinya. Namun ternyata banyak pula masyarakat yang belum mendapatkan info yang cukup seputar Probiotik.


Pada edisi ini kami akan membahas seputar istilah Probiotik berikut seluk-beluknya guna memberikan informasi kepada para pembaca sehingga dapat menempatkan istilah Probiotik pada posisinya yang tepat mengingat masih banyak pemahaman masyarakat terhadap Probiotik yang kurang berimbang, ada yang overestimate dan underestimate, bahkan salah kaprah dalam memasukkan golongan Probiotik, apakah ia termasuk obat (drugs) atau suplemen (healthfood) ?, Seyogianya kita harus menempatkan segala sesuatu sesuai tempatnya dan peruntukkan berikut menggolongkannya pada tempat yang pas sehingga tidak terjadi kesalahan-kesalahan penggunaan atau bahkan menghamburkan rizki mengkonsumsi sesuatu yang kita sendiri gamang terhadap manfaatnya.

Makna Dan Asal-Usul Probiotik

Probiotik berasal dari bahasa Yunani biotikos yang berarti untuk kehidupan. Adapun Probiotik secara istilah berarti bakteri hidup yang bila diberikan atau dikonsumsi dalam jumlah cukup dapat memberi efek menguntungkan bagi tubuh yaitu dengan menciptakan keseimbangan flora usus (bakteri dalam usus) sehingga dapat mencegah dan mengobati kondisi patologis (sakit) pada usus. (Ellen S, Gibson. Probiotics and Prebiotics, US Gastrostroenterology Review 2006 :1-4 ; Food Agriculture Organization of the UN (FAO), Expert Consultation (2001)

Ada yang berpendapat bahwa probiotik sebenarnya adalah berasal dari ganggang, bakteri probiotik pada dasarnya sudah ada di dalam tubuh manusia sejak lahir, bakteri tersebut sering disebut dengan flora normal  atau lebih khusus microfloradi usus. Fakta-fakta penelitian menunjukkan bahwa salyran cerna pada janin berkembang di dalam uteerus (rahim) dengan keadaan steril dan saat lahir saluran cerna bayi merupakan organ bebas kuman. Kolonisasi bakteri dimulai pada saat bayi mengadakan kontak dengan ibu dan lingkungannya. Hal ini menyebabkan tumbuhnya mikroflora (bakteri) yang khas dan terkendali dengan baik. Dua puluh lima persen bayi mendapatkan flora pada tinja dari ibu mereka yaitu Coliform sp., Lactobacillus sp. dan Enterococcus sp..

Cikal bakal teori probiotik pada mulanya mulai diteliti sejak tahun 1908 oleh seorang ahli mikrobiologi asal Rusia Elie Metchnikoff yang juga dikenal sebagai “Bapak Probiotik” yang melakukan observasi terhadap petani-petani di Bulgaria yang berumur panjang karena memiliki kebiasaan meminum susu asam (yogurt). Yogurt tersebut diketahui mengandung bakteri penghasil asam laktat, Lactobacillus bulgaricus. Tentunya sejarah juga mencatat kebiasaan meminum susu fermentasi (yogurt) dan juga yang sampai mengeras yaitu keju telah menjadi kebiasaan bangsa-bangsa Timur Tengah sejak Mesir kuno, bangsa Arab, Yunani dan juga imperium Romawi. (Clinical Practice Guideline, Clinical Efficacy of Probiotics : review of the evidence with focus on children. Journal Pediatr Gastroenterol Nurt 2006;43:550-7, Conly JM, Johnston BL.Coming full circle : From antibiotics to Probiotics and Perbiotics. Can J Infect Dis Med Microbiol 2004;15:161-3)

Setelah kematian Metchnikoff pada tahun 1916, pusat kegiatan pindah ke Amerika Serikat. Mereka para ilmuwan AS yang melanjutkan temuan Metchnikoff berkeyakinan bahwa bakteri yang berasal dari usus lebih mungkin menghasilkan efek yang diinginkan dalam usus, setelah sebelumnya seorang ilmuan Jerman Rettger 1920  menyatakan Bacillus bulgarius dari susu asam Methcnikoff tidak dapat hidup di usus. Pada tahun 1935 strain tertentu dari Lactobacillus acidophilus ditemukan menjadi sangat aktif ketika ditanamkan dalam saluran pencernaan manusia. Percobaan berikutnya dilakukan dengan menggunakan bakteri ini dan hasil yang menggembirakan diperoleh terutama pada efek membantu mmeredakan sembelit (susah buang air besar) kronis.
 
Penelitian terus berlanjut hingga tahun 1953 Kollath memperkenalkan untuk pertama kali istilah Probiotik yang pada tahun itu didefinisikan sebagai mikroba faktor turunan yang merangsang pertumbuhan mikroorganisme lainnya. Kemudian terus berkembang hingga tahun 1989 Roy Fuller seorang ahli mikrobiologi menyarankan definisi baru dari probiotik yaitu suatu suplemen makanan yang berisi mikroba hidup yang menguntungkan hewan inang (tempat probiotik dimasukkan) dengan meningkatkan keseimbangan mikroba ususnya. Hingga kini mikroba atau bakteri yang dinyatakan dapat bertindak sebagai probiotik hingga awal tahun 2000-an terdiri dari 18 spesies bakteri yaitu :
  1. Golongan Lactobacillus
    1. Lactobacillus acidophilus
    2. Lactobacillus rhamnosus
    3. Lactobacillus gassen
    4. Lactobacillus casei
    5. Lactobacillus reuteri
    6. Lactobacillus plantarum
    7. Lactobacillus bulgaricus
    8. Lactobacillus johnsoni
    9. Lactobacillus lactis
  2. Golongan Bifidobacteria
    1. Bifidobacterium bifidum
    2. Bifidobacterium longum
    3. Bifidobacterium breve
    4. Biifidobacterium infantis
    5. Bifidobacterium adolescentis
  3. Golongan Lain
    1. Escherichia coli
    2. Enterococcus fecalis
    3. Streptococcus thermophillus
    4. Saccharomyces boulardi
Selain istilah probiotik terdapat pula istilah prebiotik. Apa perbedaan kedua istilah ini ?. Prebiotik adalah karbohidrat dari jenis frukto-olisakarida yaitu molekul gula rantai pendek, yang mengandung fruktosa, prebiotik merupakan serat yang tidak bisa dicerna oleh tubuh dan menjadi makanan bagi probiotik. Asparagus, bawang putih, buah kaya serat dan sayur mayur kaya serat. (Ellen S, Gibson. Probiotics and Prebiotics, US Gastrostroenterology Review 2006 :1-4 ; Food Agriculture Organization of the UN (FAO), Expert Consultation (2001), Conly JM, Johnston BL.Coming full circle : From antibiotics to Probiotics and Perbiotics. Can J Infect Dis Med Microbiol 2004;15:161-3)

Probiotik, Obat atau Makanan ?

Pertanyaan diatas mungkin terlihat sederhana bagi mereka yang studi di bidang medis ataupun pangan, namun ternyata banyaknya sarjana-sarjana dalam medis dan pangan tidak cukup untuk mensosialisasikan pengelompokkan bahan-bahan yang menunjang kesehatan kedalam kelompok yang tepat ke semua lapisan masyarakat, bahkan terkadang mereka-mereka yang menyandang gelar supremasi akademik tinggi dalam bidang medis atau pangan justru memanfaatkan pengetahuannya untuk menyamarkan atau kalau boleh sarkasme sedikit yaitu ‘membohongi’ masyarakat seputar info-info yang akurat di dunia yang ia geluti.

Dunia medis atau lebih khususnya adalah dunia pengobatan didedikasikan sejak awal perkembangannya di masa lampau untuk memperbaiki kualitas hidup manusia dalam hal kesehatan sekaligus memelihara kelangsungan hidup manusia selama berinteraksi dengan elemen-elemen yang terdapat di lingkungannya.
Melalui pendekatan ini maka penanganan medis guna memelihara kesehatan terbagi menjadi 2 pendekatan utama yaitu :
  1. Preventive, yaitu proses pencegahan terjadinya keadaan sakit, ini dilakukan ketika kondisi seseorang dalam keadaan sehat dengan beberapa cara seperti memakan makanan bergizi (healthfood/feed suplemen) dan lain-lain.
  2. Curative , yaitu proses penyembuhan setelah terjadinya kondisi terserang penyakit pada seseorang, ini dilakukan ketika seseorang telah sakit, tentunya dengan pemberian obat (drugs).
Dalam konteks probiotik menurut sejarahnya dan manfaat asalnya dari sejak ditemukan maka kita dapat mengelompokkan bahwa probiotik lebih tepat disebut sebagai makanan suplemen (feed suplemen) atau makanan sehat (healthfood) yang mana dengan mengkonsumsinya setidaknya seseorang akan terbantu keseimbangan flora normalnya didalam saluran cerna yaitu usus. Pengelompokkan ini sesuai dengan definisi mutakhir dari Roy Fuller 1989. Kesimpulan ini terlepas dari penelitian-penelitian yang dilakukan dimana dilaporkan bahwa probiotik dapat menyembuhkan beberapa penyakit yang dapat berfungsi seperti obat. Untuk membahas penelitian-penelitian seputar probiotik berikutt info-info terkait yang manyatakan manfaat probiotik yang begitu banyak, insya Allah  kita akan membahasnya pada edisi mendatang lanjutan dari tulisan ini.

Pernyataan EFSA (European Food Safety Authority)

According to the Guardian, the food industry's probiotics sector was called in to question today by a new European ruling that its health claims are unsupported by sound science. The European Food Safety Authority (EFSA) posted its formal assessment of the merit of 808 health claims, including widely used assertions that probiotic products boost the immune system. The claims were submitted to the EFSA by the food industry and member states.

The EFSA's panel of independent scientists concluded that the evidence the industry had submitted to support its claims that various food additives could strengthen the body's defenses, improve immune function, and reduce gut problems were either so general as to be inadmissible, or could not be shown to have the claimed effect.


In a separate ruling, the panel examined a dossier of 12 studies submitted by Yakult for its proprietary strain of probiotic bacteria, Lactobacillus casei shirota. The panel found that all were inadequate to support the company's claim that its products maintained immune defenses against the common cold.


The gradual introduction of new EU regulations was finally agreed on in 2007 as a result of pressure from consumer groups. They wanted food companies to be prevented from using health claims to sell products unless they had proved them first, and unless the products were deemed healthy enough overall to warrant claims of benefits. Under the new rules, member states were asked to submit health claims from manufacturers, along with dossiers of scientific evidence, for independent assessment by the EFSA.


Britain's Food Standards Agency (FSA) collected more than 4,000 claims from the UK industry; across Europe, some 44,000 claims were submitted. EFSA scientists, who were taken by surprise by the volume of claims, whittled these down to 4,000 for detailed assessment.


The opinions published Oct. 19 were the latest in a series of rulings. The EFSA had already published five opinions on claims relating to probiotics, all negative, although a spokeswoman said EFSA scientists "avoid using the term probiotics," since it has no proper scientific meaning.


The new EFSA rulings represent a serious blow to the food industry, which has invested heavily in new, so-called functional foods such as probiotics. These typically sell for high margins, and enable manufacturers to differentiate their products from those of competitors in a crowded market. The EFSA did give some health claims favorable rulings, but they relate to vitamins and minerals for which the effects have long been known, such as the ability of iron to relieve anemia.


The industry has complained that EFSA is applying excessively rigorous scientific standards when assessing the new claims. It has asked for a series of meetings to discuss the criteria. Yakult issued a statement saying its rejected claim was just one aspect of its research. "The claim was supported by well-designed, double-blind, placebo-controlled human studies," it said. "In response to the EFSA opinion, the company wishes to discuss the evaluation process and this outcome with EFSA. With the benefit of further guidance, the company anticipates a positive EFSA opinion in due course."


(Otoritas keamanan pangan Eropa menyatakan, klaim minuman probiotik yang dapat menyehatkan saluran pencernaan dan sistem imun (sistem kekebalan) memiliki landasan ilmiah yang kurang kuat. Oleh karena itu, produsen minuman probiotik dilarang menggunakan kata probiotik lagi dalam penjualannya.

Secara resmi, otoritas keamanan pangan Eropa, EFSA, melakukan penelitian terhadap 800 klaim kesehatan minuman probiotik yang sering diiklankan produsen minuman probiotik. Laporan klaim kesehatan itu didaftarkan oleh industri makanan dan negara-negara anggota EFSA.

Dari penelitian independen yang dilakukan dewan panel ilmuwan EFSA disimpulkan bahwa minuman probiotik tidak terbukti memberikan manfaat kesehatan seperti yang selama ini dipercaya banyak orang, yakni menguatkan kekebalan tubuh, meningkatkan sistem imun, dan mengurangi masalah pencernaan.

Secara terpisah, dewan panel juga menguji 12 studi yang dilakukan oleh Yakult sebagai pemilik hak paten atas bakteri probiotik Lactobacillus casei shirota. Para peneliti menemukan, secara ilmiah tidak cukup bukti bahwa kandungan probiotik tersebut mampu meningkatkan sistem imun untuk melawan penyakit flu.
 
Saat ini, hampir 60 persen rumah tangga di Inggris Raya membeli minuman probiotik secara rutin. Namun, kelompok konsumen meminta pihak otoritas yang berwenang melakukan penelitian independen agar produsen makanan dan minuman tidak seenaknya memakai klaim kesehatan dalam memasarkan produknya.

Sejak tahun 2007, badan berwenang di Eropa melarang perusahaan makanan untuk menggunakan klaim kesehatan dalam memasarkan produknya kecuali sudah terbukti secara ilmiah. Peraturan yang baru juga mewajibkan negara-negara di Eropa memasukkan klaim kesehatan yang dibuat produsen makanan, termasuk juga dengan 12 bukti ilmiah untuk dipakai sebagai bahan riset independen EFSA.

Danone, pemimpin pasar dalam produk probiotik, memutuskan untuk menarik klaimnya bahwa dua produknya, Actimel dan Activia, meningkatkan kekebalan tubuh dan menyehatkan saluran pencernaan. Saat ini, Danone juga masih menunggu keputusan EFSA untuk pernyataan "susu fermentasi yang mengandung probiotik Lactobacillus casei menurunkan racun Clostridium difficile di usus penyebab diare akut".

Menanggapi pernyataan resmi EFSA tersebut, pihak industri mengatakan keberatan karena EFSA menggunakan standar ilmiah yang terlalu kaku dalam menguji klaim kesehatan tersebut. Mereka juga meminta pertemuan untuk membahas kriteria dan standar yang dipakai.

Sementara itu, Yakult berencana untuk membahas lebih lanjut hasil penelitian yang dilakukan oleh EFSA. Yakult mengatakan, klaim yang ditolak oleh EFSA hanyalah satu aspek dari penelitian yang dia lakukan.)
(Sumber :http://www.ift.org/public-policy-and-regulations/recent-news/2010/october/27c.aspx)

Pernyataan EFSA diatas setidaknya sementara ini menguatkan kesimpulan kami bahwa probiotik adalah healthfood sebagaimana definisi paling mutahir dari Roy Fulle,  sebelum kita bicara hasil-hasil penelitian dan info-info seputar manfaat probiotik yang begitu banyak bahkan ada yang mengklaim punya efek layaknya obat, kita berhenti dulu sampai pertanyaan resmi dari EFSA ini dulu.

Setelah kita membaca alinea demi alinea timbul banyak pertanyaan, bagaimana dengan opini yang berkembang bahwa probiotik itu banyak manfaatnya ? bahkan ada yang menganjurkan untuk mengkonsumsiny setiap hari. Apa benar probiotik bisa menyembuhkan penyakit ?. Sekali lagi untuk pembahasan ini kami akan membahasnya pada lanjutan pembahasan seputar probiotik pada edisi mendatang insya Allah.  

(Angga Dimas Persada, S. Farm)
 
(Bersambung)
Coming Soon...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar