Senin, 26 Agustus 2013

Anak Sehat | PEMBUNUH ANAK YANG TERLUPAKAN : PNEUMONIA

Sampai saat ini, Pneumonia merupakan penyakit infeksi menular yang masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak di negara berkembang.Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas) tahun 2007 melaporkan bahwa Pneumonia merupakan penyebab kedua kematian balita setelah diare, hal ini menunjukkan bahwa pneumonia merupaakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat utama yang berkontribusi terhadap tingginya angka kematian balita di Indonesia .

Pneumonia adalah inflammasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian besar disebabkan oleh mikrooorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain. Pada pneumonia yang disebabkan oleh kuman, menjadi pertanyaan penting adalah penyebab dari pneumonia (virus atau bakteri). Pneumonia seringkali dipercaya diawali oleh infeksi virus yang kemudian mengalami komplikasi infeksi bakteri. Secara klinis pada anak sulit membedakan pneumonia bacterial dengan pneumonia viral.

Pola bakteri  penyebab pneumonia biasanya berubah sesuai dengan distribusi umur pasien. Namun secara umum bakteri yang berperanan penting dalam pneumonia adalah : Streptococcus pneumonia, haemophyllus influenzae, Staphylococcus aureus, Streptococcus group B serta kuman atipik Chlamydia dan Mycoplasma. Walaupun pneumonia viral dapat ditatalaksanakan tanpa antibiotic, tapi umumnya sebagian besar pasien diberi antibiotic karena infeksi bakteri sekunder tidak dapat disingkirkan.

Di negara berkembang, pneumonia pada anak terutama disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang sering menyebabkan pneumonia adalah  Streptococcus pneumonia, Haemophyllus influenza type B (HiB) dan Staphylococcus aureus. Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri-bekteri ini dikenal sebagai pneumonia atipik. Pneumonia atipik terutama disebabkan Mycoplasma pneumonia dan Chlamydia pneumonia.

Sedangkan di negara maju, pneumonia pada anak terutama disebabkan oleh virus, disamping bakteri atau campuran bakteri dan virus. Virkki dkk melakukan penelitian pada pneumonia anak dan menemukan etiologi virus saja sebanyak 32%, campuran bakteri dan virus 30% dan bakteri saja 22%. 

Virus yang terbanyak ditemukan adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV), Rhinovirus, dan virus Parainfluenza. Bakteri yang terbanyak adalah Streptococcus pneumonia, Haemophyllus influenza type B, dan Mycoplasma Pneumoniae. Kelompok anak berusia 2 tahun ke atas mempunyai etiologi infeksi bakteri yang lebih banyak daripada anak berusia di bawah 2 tahun.

FAKTOR RISIKO

Factor dasar atau fundamental yang menyebabkan tingginya angka kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh pneumonia pada anak dan balita di negara berkembang adalah :
  1. Kemiskinan yang meluas
Kemiskinan yang luas berdampak besar dan menyebabkan derajat kesehatan rendah dan status sosio-ekologi menjadi buruk .
  1. Derajat kesehatan yang rendah
Akibat derajat kesehatan yang rendah maka penyakit infeksi termasuk penyakit kronis dan infeksi HIV mudah ditemukan. Banyaknya komorbid lain seperti malaria, campak, gizi kurang, defisiensi vitamin A, defisiensi zinc, tingginya prevalensi kolonisasi pathogen di nasofaring, tingginya kelahiran dengan berat badan lahir rendah, tidak ada atau tidak memberikan ASI dan imunisasi yang tidak adekuat memperburuk derajat kesehatan.
  1. Status sosio-ekologi yang buruk
Status sosio-ekologi yang tidak baik ditandai dengan buruknya lingkungan, daerah pemukiman kumuh dan padat, polusi dalam ruang akibat penggunaan bahan bakar rumah tangga dari kayu dan sekam padi dan polusi udara luar ruang. Ditambah lagi dengan tingkat pendidikan Ibu yang kurang memadai, serta adanya adat kebiasaan dan kepercayaan local yang salah.
  1. Pembiayaan kesehatan sangat kecil
Di negara berpenghasilan rendah, pembiayaan kesehatan sangat kurang. Sebagai gambaran kesenjangan pembiayaan kesehatan adalah sebagai berikut ; di seluruh dunia, 87% pembiayaan kesehatan dipakai hanya untuk 16% jumlah penduduk di negara berpenghasilan tinggi. Sisanya yaitu 13% pembiayaan dipakai untuk sebagian besar (84%) penduduk di negara berpenghasilan rendah.
Pembiayaan kesehatan yang tidak cukup menyebabkan fasilitas kesehatan seperti infrastruktur kesehatan untuk diagnostic dan terapeutik tidak adekuat dan tidak memadai, tenaga kesehatan yang terampil terbatas ditambah lagi dengan akses ke fasilitas kesehatan sangat kurang.
  1. Proporsi populasi anak lebih besar
Di negara berkembang yang umumnya berpenghasilan rendah proporsi populasi anak 37%, di negara berpenghasilan menengah 27% dan di negara berpenghasilan tinggi hanya 18% dari total jumlah penduduk. Besarnya proporsi populasi anak akan menambah tekanan pada pengendalian dan pencegahan pneumonia terutama pada aspek pembiayaan.
Seluruh factor dasar di atas tidak berdiri sendiri, melainkan berupa sebab akibat, saling terkait dan saling mempengaruhi yang terkait sebagai factor risiko pneumonia pada anak. Rudan et.al 2008 melaporkan 3 kelompok factor risiko yang mempengaruhi insidens pneumonia pada anak, factor risiko tersebut adalah ;
  1. Factor risiko yang selalu ada, meliputi gizi kurang, berat  badan lahir rendah, tidak ada / tidak memberikan ASI, polusi udara dalam ruang dan pemukiman padat.
  2. Factor risiko sangat mungkin
  3. Factor risiko yang masih mungkin
Factor risiko ini seharusnya diperhatikan secara serius dan perlu intervensi segera agar penurunan insidens pneumonia berdampak signifikan pada penurunan Angka Kematian Anak dan Balita.

MANIFESTASI KLINIS

Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan hingga sedang , sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil yang berat ,mengancam kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan perawatan di rumahsakit.
Beberapa factor yang mempengaruhi gambaran klinis pneumonia pada anak adalah imaturitas anatomic dan imunologik, mikroorganisme penyebab yang luas, gejala klinis yang kadang-kadang tidak khas terutama pada bayi, terbatasnya penggunaan prosedur diagnostic nvasif, etiologi non infeksi yang relative lebih ringan, dan factor pathogenesis. Di samping itu, kelompok usia pada anak merupakan factor penting yang menyebabkan karakteristik penyakit berbeda-beda, sehingga perlu dipertimbangkan dalam tindakan pneumonia.
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat ringannya infeksi tetapi secara umum adalah sebagai berikut ;
  1. Gejala infeksi umum
Yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare ; kadang-kadang ditemukan gejala infeksi ekstra pulmoner.
  1. Gejala gangguan respiratori
Yaitu batuk, sesak nafas, retraksi dada, takipneu, nafas cuping hidung, air hunger, merintih, dan cyanosis.
Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak perkusi, suara nafas melemah, dan rhonkhi. Akan tetapi pada neonates dan bayi kecil, gejala dan tanda pneumonia lebih beragam dan tidak terlalu jelas terlihat. Pada perkusi dan auskultasi paru, umumnya tidak ditemukan kelainan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis pneumonia adalah ;
  1. Pemeriksaan darah perifer lengkap
  2. Pemeriksaan C- Reactive protein (CRP)
  3.  Uji serologis
  4. Pemeriksaan mikrobiologis
  5. Pemeriksaan rontgen thorax
TATA LAKSANA
Sebagian besar pneumonia pada anak tak perlu dirawat inap. Tetapi indikasi perawatan terutama berdasarkan berat ringannya penyakit, misalnya toksis, distress pernafasan, tidak mau makan dan mium, atau ada penyakit dasar yang lain, komplikasi dan terutama mempertimbangkan usia pasien. Neonatus dan bayi kecil dengan kemungkinan klinis pneumonia harus dirawat inap.
Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan antibiotic yang sesuai serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi pemberian cairan intravena, terapi oksigen, koreksi terhadap gangguan keseimbangan asam basa, elektrolit, dan gula darah. Untuk nyeri dan demam dapat diberikan analgetik-antipiretik. Penyakit penyerta harus ditanggulangi dengan adekuat, komplikasi yang mungkin terjadi harus dipantau dan diatasi.
Penggunaan antibiotic yang tepat merupakan kunci utama keberhasilan pengobatan. Tetapi antibiotic harus segera diberikan pada anak dengan pneumonia yang diduga disebabkan oleh bakteri.
Identifikasi dini mikroorganisme penyebab tidak dapat dilukan karena tidak tersedianya uji mikrobiologis cepat. Oleh karena itu, antibiotic dipilih berdasarkan pengalaman empiris. Umumnya pemilihan antibiotic empiris didasarkan pada kemungkinan etiologi penyebab dengan mempertimbangkan usia dan keadaan klinis pasien serta factor epidemiologis.

KOMPLIKASI

Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema thoracis, perikarditis purulenta, pneumothorax, atau infeksi ekstra pulmoner seperti meningitis purulenta. Empiema thoracis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia bakteri.
Iltken F dkk melaporkan mengenai komplikasi miokarditis (tekanan sistolik ventrikel kanan meningkat), keratin kinase meningkat, dan gagal jantung (yang cukup tinggi pada seri pneumonia anak berusia 2-24 bulan). Oleh karena miokarditis merupakan keadaan yang fatal, maka dianjurkan untuk melakukan deteksi dengan  teknik non invasif seperti ; EKG, Echocardiography, dan pemeriksaan enzyme.

PENCEGAHAN

Upaya pencegahan meliputi :
  1. Imunisasi
Imunisasi terhadap pathogen yang bertanggungjawab terhadap pneumoni merupakan strategi pencegahan yang spesifik .
  1. Non imunisasi
Meliputi pencegahan non spesifik, yaitu mengatasi berbagai factor risiko seperti polusi udara dalam ruang, merokok, kebiasaan atau perilaku yang tidak bersih, perbaikan gizi dengan pola makan sehat, memberikan ASI. (dr. Meti Dewi Astuti)

Majalah Hilal Ahmar | 63/IX/FEB2013 | Anak Sehat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar