Jumat, 17 Februari 2012

HARAPAN


Sehat Mental
HARAPAN
Wahai kalian yang telah ridla Allah sebagai Rabb kalian, Islam sebagai dien kalian, dan Muhammad sebagai nabi dan rasul kalian. Ketahuilah bahwasanya Allah  ‘Azza wa Jalla telah menurunkan ayat dalam al-Qur’an al Karim :
“Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan berbagai macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, “Kapankah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” (QS. Al Baqarah 214).
Kabar gembira dari Rabbul Izzati, bahwa ketika cobaan memuncak beratnya, maka kelapangan pun semakin dekat datangnya. Ketika kesusahan semakin kuat menghimpit, maka pertolongan pun semakin dekat datangnya. Ketika kesulitan semakin menjepit, maka kemudahan pun akan datang.

 
“Kesulitan itu sekali-kali tiada akan dapat mengalahkan kemudahan.
Ketahuilah, bahwa bersama dengan kesabaran ada pertolongan.”
Rabbul Izzati menanamkan harapan ke dalam jantung hati kaum muslimin, dalam situasi genting dan kritis yang tengah mereka hadapi. Rabbul Alamin memperiringkan antara keadaan yang sulit dengan pertolongan dan kelapangan. Alangkah sagat gelapnya malam apabila waktu fajar telah dekat. Demikianlah Allah menggambarkan keadaan kaum muslimin saat itu, dimana mereka tengah dilanda kesempitan, penyakit, kemiskinan dan peperangan. Sampai-sampai keadaan yang sangat menjepit itu menyebabkan Rasulullah saw bertanya-tanya, “Kapan pertolongan Allah itu akan datang?” Maka Allah memberikan kabar gembira kepada mereka, “Sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.”
“Sehingga apabila para rasul itu tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka), dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, maka datanglah kepada para rasul itu pertolongan Kami.” (QS. Yusuf 110).
Situasi sempit, ketakutan, pengusiran, kelaparan, pembunuhan jiwa, penangkapan dan pelenyapan nyawa orang-orang shaleh dan pengemban risalah sering membawa kepada tepi jurang keputus asaan. Para rasul itu tidak berputus asa, tetapi merekalah (orang-orang kafir) sebenarnya yang berputus asa, oleh karena :
“Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir.” (QS. Yusuf 87).
Berperang  melawan musuh-musuh Allah menuntut suatu pengharapan besar terhadap Allah, dan menuntut adanya kelapangan dada dalam menunaikan kewajiban, sehingga tidak membuat surut langkah.
Oleh karenanya, tatkala Rasulullah saw melihat kaum kafir telah menekan sedemikian kuatnya terhadap kaum muslimin, dan melihat pohon dakwahnya hampir-hampir tidak berkembang, dan melihat musuh-musuh Allah berramai-ramai menyerbu Dienullah serta para sahabat kecintaannya, maka beliau memberikan kabar gembira kepada mereka untuk menanamkan harapan dan untuk memberikan rasa longgar dan lapang dalam dada mereka yang terjepit dan terhimpit oleh situasi dunia kala itu.
Ashabus Sunan meriwayatkan kisah kepada kita, bahwa pasukan Ahzab datang ke Madinah dengan kekuatan 10.000 orang prajurit, di bawah komando Abu Sufyan. Mereka mendapat kobaran semangat dan suntikan api permusuhan dari Sallam bin Abur Rabi’, serta yang lainnya seperti Huyay bin Akhtab (yang menjadi biang fitnah). Mereka menggiring pasukan Ahzab yang terdiri dari kabilah Quraisy, kabilah Ghathafan, kabilah Aslam dan kabilah Asyja’ untuk mengepung kota Madinah.
“Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat (yang telah dikaruniakan) kepadamu tatkala datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan. (yaitu) Ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu dan ketika  penglihatanmu terpana dan hatimu menyesak naik  ke tenggorokan dan kamu berprasangka yang bukan-bukan terhadap Allah. Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (jantung hatinya) dengan goncangan y ang dahsyat.” (QS. Al Ahzab 9-11).
Lalu Allah mengilhamkan kepada Rasul-Nya untuk menggali parit lewat saran Salman al Farisi. Mereka semua menggali parit sampai akhirnya sebagian sahabat terhalang oleh sebuah batu besar. Gancu mereka sama sekali tidak bisa menghancurkannya. Dan cangkul mereka tidak bisa menggali bagian bawahnya. Lalu mereka melaporkan hal tersebut kepada Rasulullah saw. Beliau datang dan dan memukul batu itu sekali sehingga berhamburanlah percikan api. Beliau bertakbir, dan bertakbirlah kaum muslimin bersamanya. Kemudian beliau memukul batu tersebut  untuk yang kedua kalinya, maka berhamburalah percikan api. Beliau bertakbir, dan disusul dengan pekikan takbir kaum muslimin dibelakangnya. Kemudian beliau memukul untuk yang ketiga kalinya, maka pecah berkeping-kepinglah batu tersebut dan berhamburan seperti tumpukan pasir yang beterbangan.
Rasulullah saw memberikan kabar gembira kepada mereka –dalam situasi yang mencekam dimana jantung hati orang-orang yang beriman digocangkan karenanya, jantung hati manusia pilihan, jantung hati Abu Bakar, Umar, Utsman dan sahabat-sahabat lainnya, digoncangkan dengan goncangan yang hebat, sehingga menyesak ke tenggorokan.  Beliau memberikan kabar gembira kepada mereka bahwasanya :
“..Pada percikan bunga api yang pertama, maka nampak bersinar dalam pandangan mataku istana Bashra dari Syam, dan Jibril memberitahukan kepadaku bahwa umatku akan mengalahkanya. Dan nampak bersinar dalam pandangan mataku pada percikan bunga api yang kedua istana Hirah dari Iraq dan Jibril memberitahukan kepadaku bahwa umatku akan mengalahkannya. Dan nampak bersinar dalam pandangan mataku pada pukulan yang ketiga istana Shan’a dari Yaman dan Jibril memberitahukan padaku bahwa umatku akan mengalahkannya.”
Orang-orang munafik mengekspos perkataan Nabi saw ini untuk menimbulkan keraguan di kalangan kaum muslimin. Mereka menyebarluaskan dan mengedarkan berita ini ke Madinah. Kata mereka (orang-orang munafik), “Muhammad menjanjikan kita istana Kisra dan Kaisar, padahal ancaman musuh itu telah membuat seseorang diantara kita hampir tidak bisa membuang hajat!”
“Dan ingatlah ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit di dalam jantung hatinya berkata, “Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kita melainkan tipu daya.” (QS. Al Ahzab 12).
Banu Haritsah meminta ijin pada beliau, dan kemudian mereka kembali ke ruamh-rumah mereka (tidak ikut berjuang). Demikian pula telah sampai kabar kepada Rasulullah saw bahwasanya Banu Quraidhah telah melanggar perjanjian yang telah mereka sepakati.
Apa yang dikatakan Rasulullah saw di hadapan kaum muslimin, padahal dadanya telah sesak dan keadaannya sangat terjepit? Beliau berkata,”Allahu Akbar, bergembiralah kalian wahai muslimin!” Beliau tidak ingin memutuskan harapan yang tersimpan dalam jantung hati mereka. Dan beliau tidak menghendaki perjalana yang ia pimpin terhenti, bahkan dalam situasi yang kritis sekalipun. Beliau tidak ingin pergi meninggalkan barisan kaum muslimin dan melemahkan kekuatan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar