Sabtu, 02 Oktober 2010

MEMBUKA BLOKADE (CATATAN PERJALANAN KE GAZA)

SEHAT UTAMA

MEMBUKA BLOKADE (CATATAN PERJALANAN KE GAZA)

Sehat utama kali ini berisi laporan perjalanan tim relawan Hilal Ahmar Society selama berada di Mesir dan Gaza Palestina. Untuk dimengerti, pada bulan Juli 2010, tim relawan Hilal Ahmar Society diajak oleh tim relawan Mer-c untuk mengunjungi Gaza dalam rangka mewujudkan pembangunan Rumah Sakit Indonesia Gaza Palestina. Kunjungan ini juga untuk membuka blockade yang selama ini terjadi. Banyak pernik-pernik perjalanan yang menarik untuk kita simak, supaya lebih memahami keadaan sebenarnya kaum muslimin di Gaza, sehingga upaya pembangunan Rumah Sakit Indonesia termasuk di dalamnya Bank Darah, bisa segera diwujudkan.

The Land of Rafah

Begitu berpisah dengan pak Bambang, pak Syafii segera melangkah memasuki gerbang pintu Rafah. Setelah berjalan melintasi taman sekitar 200 meter, beliau memasuki kantor imigrasi. Kantornya tergolong luas, sekitar 1000 meter persegi. Mula-mula beliau melewati X-Ray untuk dilakukan pemeriksaan seluruh isi tas. Pemeriksaan sangat ketat. Alat-alat elektronik seperti kabel, laptop, dan obat-obatan mendapatkan perhatian khusus dalam pemeriksaan. Usai pemeriksaan, pak Syafii mengisi form imigrasi Mesir dengan membayar 2 pound (sekitar Rp. 3.000) untuk biaya materei yang bergambar identitas Mesir. Form dibagi dalam dua warna, hijau untuk penduduk Mesir dan pink untuk warga asing.

Form harus diupayakan diisi dalam huruf Arab. Jika tidak bisa, petugas akan membantu untuk mengisikan. Selesai mengisi, selanjutnya form diselipkan di passport untuk diminta stempel exit dari petugas imigrasi. Perlu beberapa waktu untuk menunggu stempel karena menunggu antrian, proses scanning passport, dan konfirmasi KBRI. Setelah disetempel, pak Syafii ditanya beberapa hal terkait asal, maksud, dan tujuan perjalanan. Interogasi tidak memerlukan waktu lama karena semua sudah jelas. Pak Syafii membayar fiscal sebesar 105 pound.

Berikutnya pak Syafii keluar dari kantor Imigrasi Mesir menuju kantor Imigrasi Gaza dengan bus yang telah disediakan. Kedua kantor hanya dibatasi oleh tembok untuk Mesir dan kawat berduri untuk Palestina. Jarak antara keduanya hanya sekitar 10 meter. Ada dua bus yang selalu melayani dengan tax 15 pound. Meski dekat, semua harus melalui bus dan tidak boleh berjalan sendiri-sendiri. Bus akan selalu berjalan bersama; jika yang satu berangkat maka yang satu pergi. Dari bus imigrasi Mesir, jika menegok ke arah kanan, akan melihat panser berbendera Israel. Karena jika berjalan terus akan memasuki wilayah yang dikuasai Israel.

The Dream Land : Gaza Strip

Memasuki imigrasi Gaza, ada dua jalur; pertama jalur umum dan kedua jalur khusus misalnya tamu. Pak Syafii termasuk mengikuti jalur khusus tamu. Sambutan pemerintah Palestina sangat hangat. Mereka tak lupa menyampaikan ucapan,”ahlan wa sahlan, dan ahyaakallah..” Kepala Security bahkan menyambut dengan taanuq. Disediakan juga minuman teh manis. Ketika pak Syafii akan menjalankan shalat dzuhur-asar, dua polisi mengawal; satu membawa senjata dan yang satu tidak. Sebagaimana prosedur standar, pemeriksaan dilakukan dengan X-Ray. Tidak dilakukan pemeriksaan isi tas. Seluruh penjaga keamanan dari petugas otoritas Palestina versi Hammas. Setelah memperoleh stempel entry, kemudian menukarka mata uang dolar ke mata uang sikel Israel. Selanjutnya naik bus menuju pintu keluar. Turun dari bus disambut kepala security yang sebelumnya sudah dikontak oleh Mer-c. sambil menunggu taksi, pak Syafii diajak masuk ke ruang kerjanya.

Sebelumnya, kami selalu melakukan koordinasi dengan tim Mer-c yang sudah berada di Gaza. Kami minta agar pak Syafii dijemput dan mereka siap. Hanya sayang, siang itu mereka ada acara dengan Perdana Menteri Ismael Haniya. Dr. Joserizal meminta seluruh tim untuk ikut. Akhirnya, Mer-c menugaskan orang lokal untuk menjemput. Namanya, Aisy anak pemilik flat yang disewa Mer-c dengan sopir taksi bernama Muhammad. Keduanya diarahkan bahwa tamu yang akan dijemput menggunakan uniform Mer-c. ketika taksi datang, mobil segera meluncur ke arah Gaza melintasi jalur yang berdekatan dengan perbatasan Israel. Oleh sopir taksi, pak Syafii diberi tahu untuk tidak menunjuk-nunjuk ke wilayah yang dikuasai Israel dan tidak menyebut-nyebut kata Israel. Sepanjang jalan diputarkan tilawah juz amma.
Banyak terdengar suara genset karena lampu sering mati. Genset rata-rata berkekuatan minimal 5.000 KPA. Perjalanan kurang dari 25 menit dan sampailah di Omar Mochtar Street, tempat kantor Mer-c. Flat sederhana tanpa AC itu terdiri dari 2 kamar tidur, 2 kamar mandi, 1 ruang tamu dan 1 dapur. Biaya sewa/bulan sebesar 900 sikel. Pak Syafii kemudian istirahat sejenak. “Alhamdulillah sudah di mess Mer-c. Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar, pak Syafii sudah berada di Gaza bersama teman-teman Mer-c, mohon doa semoga mendapat ridho Allah SWT.”

Jadwal Kegiatan
  1. Pertemuan  dengan Menlu (19/07/2010, jam 9.00 PM)

Setelah istirahat sejenak, pak Syafii dijemput oleh tim Mer-c dengan menggunakan ambulance. Mobil tersebut adalah fasilitas yang dipinjamkan oleh PM Ismael Haniya untuk Mer-c selama menjalankan misi di Gaza. Tim berjalan menuju Kantor Deputy Luar Negeri Dr. Ahmad Yusuf. Kantor itu berlokasi di pinggir pantai Gaza yang indah, di sebuah ruko berlantai 12. seluruh tim Mer-c termasuk wartawan turut serta.

Menlu menanyakan soal ummat Islam di Indonesia dan dr. Joserizal menjawab bahwa bangsa Indonesia sangat konsen membela perjuangan kemerdekaan rakyat Palestina. Menlu menyampaikan ucapan terimakasih atas support beliau. Menlu menyayangkan tidak adanya hubungan yang intensif antara pemerintah Indonesia dengan mereka. Beliau berharap harusnya hubungan tidak mesti melihat aspek legal-formal kenegaraan belaka, tapi bisa juga dari pendekatan ideology atau aqidah sebagai sesama muslim. Bisa bersifat person to person, pribadi-pribadi. Hal demikian banyak dilakukan oleh tokoh-tokoh Malaysia seperti Mahatir Muhammad dan Ahmad Farid.

Yang menarik, ada beberapa tokoh-tokoh Islam Indonesia yang disebut dan dikenal oleh Menlu seperti Abu Bakar Baasyir, Amrozi dan Imam Samudra. Menlu menanyakan kepada rombongan apakah kalian mengenal mereka? Dr. Joserizal menjawab  bahwa Mer-c sebagai tim medis saat beliau di penjara. Selanjutnya Menlu menceritakan bahwa dirinya adalah termasuk orang awal yang berjihad ke Afghanistan bersama Abdullah Azzam, jauh sebelum Usamah datang ke sana. Saat itu beliau baru berumur 20-an tahun dan ditugaskan oleh Syeikh Ahmad Yassin yang tak lain adalah gurunya untuk berjihad. Beliau termasuk ikut merintis Hammas.

Menlu meminta dan  membuka peluang agar ada orang Indonesia yang konsentrasi melakukan studi tentang Palestina. Orang Malaysia sudah ada yang melakukan yakni Dr. Ahmad Farid. Bentuk kongkritnya antara lain dengan mengirimkan mahasiswa untuk sekolah program S1 dan S2 studi Palestina di Universitas Palestina. Universitas ini termasuk terbesar disini, memiliki fakultas Syariah, Usuludin, Politik, Trading (bukan ekonomi), IT, Tehnik Arsitek, dan Art (sastra). Tawaran juga berlaku bagi bangsa Indonesia untuk menjadi dosen di Universitas Palestina. Dosen luar negeri yang sudah mengajar disini antara lain dari Malaysia, Korea, Jepang, dan Kanada. Indonesia malah belum ada.

Selanjutnya Mer-c menyampaikan soal rencana pembangunan Rumah Sakit Indonesia dan Menlu sangat mendukung. Setelah itu rombongan dijamu makan malam bersama Menlu. Menu yang dihidangkan khas Palestina, misalnya isy fuul, daging kambing dan ayam. Yang agak ironis menurut pak Syafii adalah tersedianya minuman bernama coca-cola. Beberapa relawan tidak mengambil minuman itu meski yang lainnya meminumnya. Sepanjang pertemuan, penerangan menggunakan lampu genset karena listrik sedang mati. Yang membuat Menlu heran adalah berhasilnya pak Syafii masuk dengan tanpa bisa berbahasa Arab atau Inggris.
  1. Pertemuan dengan PU (Selasa, 20/07/2010, jam 10.00 AM)

Rombongan Mer-c melakukan pertemuan dengan Menteri PU Yousef M. Mansi. Pertemuan dilakukan di kantor dinasnya, sebuah bekas mall di Gaza City. Rombongan Mer-c komplit dan diterima menteri dan asistennya; 3 laki-laki dan 1 wanita bercadar. Agenda pertemuannya membicarakan secara tehnis rencana pembangunan RS Indonesia. Karena sang menteri basisnya adalah tehnik sipil, maka dia sangat menguasai struktur, desain, dan logistic bangunan. Dia membaca dengan cermat rancangan yang dibawa tim Mer-c.

Ir. Faried meminta kepada PU supaya mendapat support kontraktor. Menlu berjanji akan memberikan referensi lima perusahaan kontraktor terbaik di Gaza. Pihak Mer-c menanyakan soal kesiapan material pembangunan fisik dan staff menteri memberikan penjelasan soal kesiapannya. Antara lain dijelaskan bahwa ada pola daur ulang dari bangunan yang rubuh, misalnya dari unsur  besi, bata, dan lain-lain. Untuk semen cukup tersedia dengan mengelola alam sekitar seperti pasir yang dicampur bahan tertentu hingga berfungsi sebagai perekat/semen. Untuk keperluan struktur, dr. Joserizal menyampaikan usulan dari Menkes setempat soal perlunya basement di Rumah Sakit Indonesia itu. Dan secara tehnis tidak ada masalah menurut Menteri PU. Mer-c juga menanyakan soal kepastian ijin atau akte tanah, dan semua masih dalam proses.

Menteri PU minta ijin karena dipanggil PM. Selanjutnya pembicaraan dilanjutkan oleh rombongan Mer-c dengan asisten bercadar. Wanita yang basisnya juga tehnik sipil itu banyak memberi penjelasan soal struktur bangunan di Gaza, master plan rekontruksi kota Gaza, rekontruksi rumah hunian penduduk, pembangunan jalan-jalan, dan fasilitas umum lainnya. Selanjutnya dr. Joserizal dan ir. Faried pulang ke Indonesia dan diantar oleh staf Menteri bernama Mahmud El-Madho dengan kendaraan Limousine. Di Rafah keduanya bertemu dengan pak Bambang, anggota tim relawan yang masih belum dapat ijin masuk.
  1. Mengunjungi RS Asy-Syifa unit Tranfusi Darah atau Bank Darah (Rabu, 22/07/2010, jam 04.00 PM)

Sore hari ba’da ashar, pak Syafii ke RS Asy-Syifa untuk donor darah bersama tim ACT. Perlu kami sampaikan bahwa tim ACT masuk Gaza selasa siang, 22/07/2010 dan ikut berkantor di Mer-c. sore hari ACT ditemukan oleh staf Menlu dengan Menteri Pendidikan atas bantuan dr. Joserizal saat jumpa di perbatasan. Karena saat itu dr. Joserizal keluar dan diantar staf Menlu, ACT saat itu masuk. RS Asy-Syifa adalah semacam rumah sakit pusat di Gaza. luas bangunan sekitar 3000-an meter persegi berlantai dua. Fasilitas cukup lengkap tapi tidak tertata. Bahkan terkesan agak kumuh. Lokasinya ada di Ahmad Abdul Aziz Street. RS Asy-Syifa juga dijadikan pangkalan taksi oleh penduduk Gaza, sebab halamannya luas dan letaknya strategis di tengah kota. Jarak dari mess Mer-c hanya sekitar 200 meter.

Dua relawan ACT dan pak Syafii yang hendak melakukan donor darah ditolak karena sudah ada 10 kantong darah. Ketiganya diminta mencoba pekan depan. Menurut penilaian pak Syafii, hal itu disebabkan karena ketidaktersediaan tempat penyimpanan darah yang memadai, disamping itu kantor juga sudah hendak tutup.

Berdasarkan pengamatan pak Syafii, unit Tranfusi Darah atau Bank Darah di RS Asy-Syifa tergolong kecil dan kurang memadai. Di tempat itu tersedia 3 bed donor darah, meja panjang sejenis meja dapur di Indonesia yang dilapisi keramik. Di tempat itulah diletakkan alat-alat tranfusi darah. Beberapa alat standar tersedia seperti alat Penguji golongan darah, penguji kandungan darah, pengaduk darah. Peralatan-peralatan medis tergolong baru. SDM yang mengelola terdiri dari 4 orang. Satu wanita berkerudung putih sebagai kepala merangkap administrasi, 2 laki-laki sebagai petugas transfusi laki-laki, 1 wanita sebagai petugas laboratorium merangkap petugas tranfusi untuk perempuan. Pak Syafii tidak sempat menanyakan nama-nama mereka karena sedang sibuk bekerja.

Selain alat-alat di atas, Unit Tranfusi Darah atau Bank Darah di RS Asy-Syifa didukung oleh dua unit mobile blood bank. Mobilnya berjenis station wagon, 1 unit bermerk Toyota HIACE dan 1 unit Hyunday. Menurut pak Syafii mobil ini jenis ini lebih pas untuk kondisi kota Gaza karena jalannya sempit (kapasitas 2 mobil) dan berpasir. Jika dalam bentuk container, akan ada problem kecepatan mobilitas karena kurang tersedia space untuk berbelok. Jika container adalah sebuah unit semi permanen yang dipasang, maka kurang mengikuti semangat pembangunan kota Gaza yang dirancang permanent.

Selain itu, karakter mobile blood bank yang dibuat harus bersuspensi lembut, karena kegiatan transfusi darah, dalam kondisi perang, kadang-kadang dilakukan di atas mobil. Jika mobil kurang nyaman, akan mengganggu kegiatan. Seluruh mobil di sini berkemudi kiri. Menurut feeling pak Syafii, luas wilayah Gaza yang terdiri dari empat kota setingkat Kabupaten belum cukup dikover oleh 2 unit mobile blood bank. Meski demikian, pak Syafii belum sempat melakukan kunjungan ke RS lain yang konon lebih maju yakni RS Uni Eropa dikarenakan ada beban-beban ideologis. Artinya, bisa jadi di Gaza, ada unit mobile blood bank yang lain.

Untuk jenis transfusi  darah yang bersifat permanent, menurut pak Syafii harus dipikirkan serius soal listrik. Karena problem utama di sini adalah listrik sering padam. Di RS Asy-Syifa, genset dapat diandalkan dalam proses tindakan operasi bedah, karena khawatir listrik padam di saat operasi bedah. Mungkin perlu difikirkan tenaga matahari untuk sumber daya penyimpanan darah.
  1. Mengunjungi Sekolah Darul Arqam putra dan putri (Rabu, 22/07/2010. jam 06.00 PM)

Berawal dari ajakan teman-teman ACT untuk mengunjungi sekolah-sekolah yang dibombardir Israel, pak Syafii meluncur ke Sekolah Darul Arqam diantarkan oleh Mahmud, staf menlu. Sekolah ini didirikan oleh Ahmad Yassin. Dalam perang 2009 lalu, sekolah ini ditembaki oelh tank-tank Israel. Israel menuduh bahwa menurut pemantauan satelit, di basement sekolah ini ada tank pejuang Hammas. Padahal faktanya tidak ada. Di basement hanya ada laboratorium sekolah dan perpustakaan. Dalam kejadian itu, 23 siswa tewas dan 5 orang guru tertimbun reruntuhan. Jumlah murid ada 400 putra dan 220 putri.

Dalam perjalanan, Mr. Mahmud timbul rasa simpati kepada pak Syafii setelah beliau membuka diri sebagai pebisnis alat-alat peraga dan laboratorium sekolah. dalam kunjungan ini, rombongan bertemu dengan ketua yayasan Syeikh Muhammad, seorang kakek bertongkat. Menurutnya, beliau adalah pengganti Syeikh Ahmad Yassin. Rombongan juga ditemui oleh Mudir bernama Syeikh Mahmud. Rombongan meninjau kelas demi kelas dari bawah hingga atas termasuk melihat bekas-bekas tembok yang ditembaki Israel dari udara.

Mereka mengumpulkan misil-misil sisa tembakan Israel di ruang bawah tanah dan dipajang di meja. Mereka juga mengumpulkan foto-foto korban dan dipaang didinding. Semua bisa diakses di internet, misalnya alriyadh.com, abunawaf.com, Aljazeera.net, filbalad.com, nawafithna.com.

Rombongan selanjutnya meninjau laboratorium computer. Rombongan dijamu minuman mineral dan makan kue cake isi kacang. Dalam pertemuan ini, Syeikh Muhammad menyampaikan terimakasih atas kepedulian Muslim Indonesia selama ini. Sekolah ini bekerjasama dengan pemerintah Turki dan terlihat bendera kebangsaan Turki disana. Ada satu bangunan besar yang dibantu atas donasi LSM Turki, bernama IHH. Satu sekolah ini memiliki 2 menara mesjid. Satu menara terkena roket Israel hingga miring.
Ada bangunan yang memiliki 3 lantai dan berisi 12 kelas yang hancur total karena serangan Israel. Saat ini, gedung tersebut dalam proses pembangunan kembali. Diperkirakan memerlukan dana sekitar 300.000 dolar Amerika atau sekitar 3 milyar rupiah. Sampai hari ini baru selesai tiang bangunan. Ini yang menjadi target awal penyelesaian kebutuhan sekolah. selanjutnya, baru fasilitas laboratorium khususnya computer.

Rombongan bergerak meninjau sekolah putri yang berjarak sekitar 1000 meter. Tak ada kerusakan yang berarti di sekolah ini, hanya beberapa tembok terlihat berlubang akibat tembakan. Didiga Israel kurang mengetahui sekolah ini. Bangunan asrama putri terkesan mewah dan juga atas bantuan Turki. Sekolah di Gaza tidak berpola pesantren. Ada bus sekolah yang melakukan antar jemput. Semua gratis. Setelah acara foto-foto, rombongan dijamu makan malam di restoran Palestina. Menunya Isyfuul, to’miyyah, kacang dan roti. Rombongan pulang ke mess dan kemudian tidur. Saat itu mess mati lampu.
  1. Kunjungan ke University College of Applied Science (Kamis, 23/07/2010)

Universitas ini terletak di tengah kota Gaza. bangunannya megah dan fasilitasnya lengkap. Jaraknya  sekitar 1 km dari mess Mer-c. Sesuai namanya, universitas ini memiliki jurusan tehnologi tepat guna, misalnya IT (khususnya bidang filem kartun dengan icon “zaitoon”), keperawatan, kebidanan, tehnik sipil, dan lain-lain. Jumlah mahasiswa ada 400 orang. Fasilitas semacam lab computer, lab multimedia, lab keperawatan, lab kebidanan, dan perpustakaan tergolong maju. Ada jug lab sekaligus tempat praktik berupa klinik gigi, klinik mata, klinik umum, klinik kandungan dan klinik anak. Mahasiswanya tidak hanya dari Palestina tapi ada dari Belgia, London, Kanada, Korea, Jepang dan Malaysia. Sekolah ini dimaksudkan untuk menyiapkan SDM yang mumpuni guna mengisi pos-pos lapangan kerja di Gaza.
  1. Mengunjungi The Islamic University of Gaza (Kamis, 23/07/2010)

Berdiri tahun 1978 dengan gedung berupa lima tenda. Tahun 1987 meningkat dari tenda menjadi semacam gudang, 1997 dari gudang menjadi gedung megah dengan luas tanah 85.000 meter persegi atas donasi ummat. Universitas ini bisa disebut termegah di Gaza dan memiliki banyak jurusan antara lain Syariah wal Qanun, IT, Tehnik Sipil dan Arsitek, Ekonomi, Education, Medical, dan Science, serta memiliki channel televisi. Pihak Unversitas mengharap adanya mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang sekolah di sini. “Kalau selama ini mereka belajar ke Azhar Kairo, kenapa sebagian tidak ke sini, toh di sini ada jurusan Syariah Qanun?” Protes Dr. Kamaludin K Sha’ath, Rektor Universitas. Harapan-harapan yang lain merindukan adanya kunjungan dari universitas-universitas terkemuka di Indonesia untuk tujuan kolaborasi antar universitas, sharing ide pengembangan riset, pengembangan laboratorium, support student terutama pengiriman dosen (apapun bidang ilmunya). Selain bahwa kunjungan itu sendiri bisa meningkatkan moral segenap civitas academica di Universitas Gaza.
  1. Mengunjungi Menteri Sosial (Kamis 23/07/2010)

Mensos menjelaskan ada 41.000 problem sosial di Gaza seperti transportasi, perbatasan Rafah, kebutuhan pokok, listrik, dan lain-lain. Di Rafah misalnya, ada ribuan orang Gaza yang kesulitan untuk melintasi perbatasan. Mensos berharap bahwa “Indonesia Centre” bisa membantu dalam program hospital, sekolah, air bersih dan pertanian. Menurutnya banyak NGO atau LSM non muslim yang ingin membantu Gaza, tetapi mereka hanya mau dengan muslim country. “Lasnaa bi hirr (kami tidak mau menjadi kucing)” ujarnya. Sayangnya, hingga kini tidak ada satu Negara muslim pun yang mau bekerja sama, contohnya Negara Arab. Padahal selain secara geografis dekat, mereka memiliki kemampuan untk mengatsi problem sosial itu. Selama ini yang banyak membantu adalah NGO semisal IHH Turki, LSM dari Kuwait, dan As Solah (LSM lokal).
(Laporan pak Syafii dan mas Bambang dari Mesir dan Gaza Palestina)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar