Malam minggu (11-5-2013), Komite Koordinasi Lokal di Suriah menyatakan bahwa 75 meninggal dunia; 13 syahid dilaporkan di Damaskus, 8 di Hama, 7 di Aleppo, 18 di Idlib, 12 di Daraa, 1 di Lattakia, 2 di Deir Ezzor, , 14 di Homs.
Komite juga mendokumentasikan ada 359 titik pengeboman di berbagai kota di Suriah. Pengeboman dengan pesawat tempur terjadi di 34 titik di berbagai wilayah. Serangan artileri terjadi di 121 titik dan serangan mortar terhitung 105 titik, sementara serangan roket terhitung 97 titik di berbagai wilayah di Suriah. Serangan surface to surface missil terjadi di Ezaz dan sebuah misil SCUD ditembakkan dari Quteifeh ke Suriah bagian utara. (sumber Local Coordination Committees in Syria/www.lccsyria.org).
Sedangkan database dari Syrian Revolution Martyr Database menyebutkan bahwa sampai tanggal 2 Mei 2013 dalam 777 hari pergolakan tercatat jumlah yang syahid mencapai 65.834 orang. (www.syrianshuhada.com).
Ada dua pihak terkait data diatas. Pertama yang percaya, kemudian kedua yang menolak. Atas dasar apa pilihan masing-masing pihak? Jika alasannya hanya kesalahan administrasi pencatatan tentu saja gampang mencari titik temunya. Namun jika alasannya karena ideologis, maka sangat sulit mengkompromikan. Karena keduanya dalam sikap berhadapan dalam permusuhan.
Namun, bagaimana dengan korban yang tiap hari berguguran? Laksana daun kering jatuh dari pohonnya. Laporan dari lembaga kemanusiaan sudah sampai tahap mengkhawatirkan terkait dengan apa yang menimpa rakyat Suriah. Dari kesehatan fisik tercatat kesulitan stok obat dan alat-alat kesehatan, kedua minimnya tenaga dokter dan kesehatan lainnya, ketiga tidak beroperasinya sejumlah rumah sakit karena keamanan. Dari kesehatan mental gangguan mental pada anak-anak karena hampir dua tahun hidup didalam situasi perang/konflik atau bencana karena manusia. Tinggal di kamp pengungsi atau bertahan hidup di rumah-rumah yang sebagian sudah tidak layak pakai bahkan hidup di gua-gua. Demikian juga gangguan mental pada wanita yang tertekan dalam suasana pergolakan. Dari logistik makanan, badan pangan sedunia sudah melaporkan krisis pangan yang terjadi pada pengungsi dan rakyat Suriah.
Dari hari ke hari, jumlah Muslim Suriah berkurang karena meninggal dunia. Rata-rata sekitar 100 orang. Setiap hari terjadi pengeboman dari udara, serangan artileri, mortar, roket dan misil, serta kontak senjata.
Orang Islam laksana satu tubuh. Bagi dokter, yang mempelajari tubuh secara anatomi dan fisiologi akan faham bagaimana tubuh itu tersusun dan bekerja. Organ tubuh kita saat ini sedang terjadi mutilasi. Apakah organ tubuh lainnya hanya diam berpangku tangan?
Atau karena merasa bukan satu tubuh? Kalau itu alasannya, marilah berterus terang. Berpangku tangan memang hanya bagi yang tubuhnya berbeda. (suna).
Komite juga mendokumentasikan ada 359 titik pengeboman di berbagai kota di Suriah. Pengeboman dengan pesawat tempur terjadi di 34 titik di berbagai wilayah. Serangan artileri terjadi di 121 titik dan serangan mortar terhitung 105 titik, sementara serangan roket terhitung 97 titik di berbagai wilayah di Suriah. Serangan surface to surface missil terjadi di Ezaz dan sebuah misil SCUD ditembakkan dari Quteifeh ke Suriah bagian utara. (sumber Local Coordination Committees in Syria/www.lccsyria.org).
Sedangkan database dari Syrian Revolution Martyr Database menyebutkan bahwa sampai tanggal 2 Mei 2013 dalam 777 hari pergolakan tercatat jumlah yang syahid mencapai 65.834 orang. (www.syrianshuhada.com).
Ada dua pihak terkait data diatas. Pertama yang percaya, kemudian kedua yang menolak. Atas dasar apa pilihan masing-masing pihak? Jika alasannya hanya kesalahan administrasi pencatatan tentu saja gampang mencari titik temunya. Namun jika alasannya karena ideologis, maka sangat sulit mengkompromikan. Karena keduanya dalam sikap berhadapan dalam permusuhan.
Namun, bagaimana dengan korban yang tiap hari berguguran? Laksana daun kering jatuh dari pohonnya. Laporan dari lembaga kemanusiaan sudah sampai tahap mengkhawatirkan terkait dengan apa yang menimpa rakyat Suriah. Dari kesehatan fisik tercatat kesulitan stok obat dan alat-alat kesehatan, kedua minimnya tenaga dokter dan kesehatan lainnya, ketiga tidak beroperasinya sejumlah rumah sakit karena keamanan. Dari kesehatan mental gangguan mental pada anak-anak karena hampir dua tahun hidup didalam situasi perang/konflik atau bencana karena manusia. Tinggal di kamp pengungsi atau bertahan hidup di rumah-rumah yang sebagian sudah tidak layak pakai bahkan hidup di gua-gua. Demikian juga gangguan mental pada wanita yang tertekan dalam suasana pergolakan. Dari logistik makanan, badan pangan sedunia sudah melaporkan krisis pangan yang terjadi pada pengungsi dan rakyat Suriah.
Dari hari ke hari, jumlah Muslim Suriah berkurang karena meninggal dunia. Rata-rata sekitar 100 orang. Setiap hari terjadi pengeboman dari udara, serangan artileri, mortar, roket dan misil, serta kontak senjata.
Orang Islam laksana satu tubuh. Bagi dokter, yang mempelajari tubuh secara anatomi dan fisiologi akan faham bagaimana tubuh itu tersusun dan bekerja. Organ tubuh kita saat ini sedang terjadi mutilasi. Apakah organ tubuh lainnya hanya diam berpangku tangan?
Atau karena merasa bukan satu tubuh? Kalau itu alasannya, marilah berterus terang. Berpangku tangan memang hanya bagi yang tubuhnya berbeda. (suna).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar