Makanan warna-warni yang terdiri dari sayur dan buah sangat penting
bagi kesehatan. Semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh tersedia sehingga
kekebalan tubuh terbentuk dan mampu menangkal bermacam-macam penyakit.
Kebutuhan zat gizi tubuh dapat dipenuhi dengan pola makan yang
beragam. Sebab, tidak ada satu pun makanan tunggal yang mengandung
semua zat gizi dalam jumlah cukup. Semakin beragam bahan pangan yang
dikonsumsi, semakin lengkap perolehan zat gizinya untuk mewujudkan
kesehatan yang optimal.
Secara sederhana, jumlah bahan pangan yang sebaiknya dikonsumsi
dapat digambarkan sebagai piramida makanan. Piramida makanan ini banyak
diacu oleh berbagai negara untuk mewujudkan kesehatan penduduknya.
Bagian bawah piramida tersusun dari bahan-bahan pangan sumber
karbohidrat (roti, nasi, sereal, pasta, dan lain-lain) yang dianjurkan
dikonsumsi sebanyak 6-11 porsi per hari. Bagian tengah piramida terdiri
atas 2-4 porsi buah-buahan; 3-5 porsi sayur-sayuran; 2-3 porsi susu
dan produk olahannya; serta 2-3 porsi daging, unggas, ikan, telur, dan
kacang-kacangan. Sementara bagian atas (ujung) piramida hanya terdiri
dari sedikit lemak, minyak, dan gula (pemanis).
Dari piramida tampak jelas konsumsi sayuran dan buah-buahan
merupakan hal yang sangat penting agar kesehatan penduduk terjamin.
Sedemikian pentingnya sayur dan buah, World Health Organization (WHO)
dan para ahli gizi di Amerika Serikat menganjurkan agar kita paling
sedikit mengonsumsi lima porsi sayuran dan buah-buahan setiap hari.
Satu porsi buah-buahan setara dengan 150 gram, sedangkan satu porsi
sayuran setara 75 gram sayuran mentah.
Indonesia masih kurang
Sebuah survei yang
dilakukan tahun 2004 menunjukkan, hanya sekitar 15 persen penduduk
Indonesia yang mengonsumsi sayuran dan buah-buahan lebih dari lima porsi
per harinya. Jadi, sebanyak 85 persen penduduk Indonesia kurang
sayuran dan buah-buahan. Ini sungguh ironis karena sebagai negara
tropis, Indonesia merupakan surga sayuran dan buah-buahan.
Rendahnya konsumsi sayuran dan buah-buahan patut disayangkan karena
kedua komoditas itu merupakan sumber aneka vitamin, aneka mineral,
serat pangan (dietary fiber), serta aneka senyawa fitokimia.
Vitamin yang banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan yakni
vitamin C dan vitamin B kompleks. Beberapa sayuran dan buah-buahan juga
merupakan sumber vitamin A, D, dan E yang sangat potensial. Karotenoid
(prekursor vitamin A), vitamin C, dan vitamin E merupakan antioksidan
alami yang berguna untuk melawan radikal bebas, penyebab penuaan dini
dan berbagai jenis kanker.
Mineral yang banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan adalah zat
besi (Fe), zinc (Zn), copper (Cu), mangan (Mn), kalsium (Ca), dan
fosfor (P). Beberapa dari mineral tersebut, seperti Cu, Zn, dan Mn,
juga merupakan mineral antioksidan.
Dibandingkan dengan sumber serat pangan (dietary fiber)
lainnya, sayuran dan buah-buahan adalah sumber paling baik dan utama.
Serat pangan bermanfaat untuk mencegah berbagai penyakit degeneratif,
seperti kanker usus besar (kanker kolon), divertikulosis,
aterosklerosis, gangguan jantung, diabetes melitus, hipertensi, dan
penyakit batu ginjal.
Berawal dari pola vegetarian
Salah satu ungkapan yang perlu dibudayakan dalam pola makan sehari-hari adalah "let's paint your plate with color!" Ungkapan tersebut dapat kita terjemahkan sebagai "makanlah sepiring hidangan yang berwarna-warni".
Untuk kesehatan optimal, para ahli gizi menganjurkan konsumsi
makanan beragam warna. Piring harus terlihat seperti pelangi.
Mengonsumsi buah dan sayuran berwarna lima porsi atau lebih adalah
bagian penting dari pola hidup sehat.
Ungkapan lain yang juga perlu direnungkan, "Eat your colors every day to stay healthy and fit",
yang menunjukkan betapa pentingnya konsumsi makanan warna-warni
sehari-hari untuk meraih kesehatan dan kebugaran tubuh. Konsep makanan
warna-warni telah lama dikenalkan di Jepang.
Berkembangnya agama Buddha di Jepang mendorong masyarakat hidup
dengan pola makan ala vegetarian. Pola makan tersebut mendorong semakin
berkembangnya makanan asal nabati, serta timbulnya kebiasaan makan
sayuran dan buah-buahan.
Dalam pola hidup vegetarian secara Buddha, masyarakat Jepang saat
itu mengembangkan konsep lima warna dan enam rasa utama dalam
makanannya sehari-hari. Kelima macam warna tersebut adalah: HIJAU,
MERAH, KUNING, PUTIH, dan UNGU, sedangkan keenam rasa utama adalah:
pahit, asam, manis, pedas, asin, dan gurih. Budaya tersebut hingga kini
masih tersisa dalam masyarakat Jepang modern.
Ajaran Buddha itulah yang mendasari mengapa makanan di Jepang
umumnya disajikan dengan padu-padan warna menarik, rasa berbeda-beda,
serta penyajian sangat apik.
Dalam seni kuliner Jepang,
cara penyajian makanan merupakan hal yang paling penting, bahkan lebih
penting dari rasa makanan itu sendiri. Dalam penyajian, terdapat
kombinasi yang harmonis antara warna, bentuk, dan tekstur. Masyarakat
Jepang menyukai paduan warna tertentu dalam makanan. Hal ini, misalnya,
dapat dilihat pada sanshoku soba, yaitu produk semacam mi dengan tiga
warna (coklat, putih, dan hijau) yang disajikan secara harmonis dalam
sebuah nampan.
Makanan lain yang disajikan dalam tiga warna: pikel (asinan sayur)
dengan kombinasi warna ungu (terung), putih (lobak), dan hijau (sawi).Sandwich pun umumnya dijual dengan tiga macam sayuran berbeda warna.
Selama ini masyarakat Indonesia menganggap sayuran hijau adalah yang
terbaik untuk kesehatan. Dalam konsep makanan warna-warni, kita
dianjurkan mengonsumsi sayuran dari berbagai warna, seperti hijau,
biru, ungu, merah, kuning, putih, dan coklat.
Warna-warni itu berasal dari pigmen, suatu senyawa fitokimia yang
terdapat pada berbagai tumbuhan. Senyawa alami tersebut tidak hanya
melindungi tumbuhan, tetapi juga melindungi manusia dari berbagai
penyakit, seperti kanker, penuaan, penyakit jantung, dan gangguan
penglihatan.
Perlindungan optimal, gugah selera makan
Buah dan sayuran berwarna mengandung ratusan senyawa fitokimia yang
berbeda satu sama lain. Dengan mengonsumsi bahan pangan dari semua
kelompok warna, kita akan mendapatkan perlindungan optimal dari
penyakit dan gangguan kesehatan lainnya.
Senyawa fitokimia bekerja secara alami dengan metode yang tidak bisa
ditiru oleh suplemen pangan. Menurut Dr Lorelei DiSogra dari National
Cancer Institute, "Dengan mengonsumsi buah dan sayuran dari tiap
kelompok warna, kita akan mendapat manfaat dari rangkaian unik
fitokimia, serta vitamin, mineral, dan serat penting yang terdapat
dalam setiap kelompok warna tersebut."
National Cancer Institute menganjurkan konsumsi paling sedikit lima
kelompok bahan pangan berwarna setiap hari, yaitu merah, putih, biru
atau ungu, kuning, dan hijau. Setiap warna menunjukkan keberadaan
senyawa fitokimia tertentu yang berkhasiat untuk mencegah berbagai
penyakit.
Makanan warna-warni adalah konsep penyajian makanan yang
mengombinasikan berbagai macam bahan pangan berdasarkan warnanya. Warna
yang dimaksud di sini warna alami, bukan dari bahan pewarna sintetis.
Tuhan pasti memiliki maksud tertentu dalam menciptakan bahan pangan
yang berwarna-warni tersebut.
Sepiring makanan berwarna-warni bukan saja menggugah selera,
melainkan juga memberikan manfaat kesehatan sangat berlimpah. Perbedaan
warna pada setiap bahan pangan menunjukkan kandungan zat gizi dan
senyawa fitokimia berbeda.
Semakin banyak variasi warna makanan yang kita konsumsi, makin
lengkap zat gizi yang didapatkan. Itu sebabnya, makanan berwarna-warni
mutlak diperlukan. Warna juga dapat menandakan rasa dari suatu bahan
pangan. Bila warna suatu bahan pangan menyimpang dari warna yang
umumnya berlaku, bahan tersebut dipastikan tidak enak rasanya.
Melihat cabai yang berwarna merah tua pasti terbayang rasa pedasnya
di mulut, melebihi rasa pedas pada cabai hijau. Merah pada cabai memang
identik dengan pedas, tetapi merah pada tomat menandakan tomat itu
pasti segar dan terasa juicy di mulut. Melihat warna pisang kuning cerah, terbayang rasa manisnya.
Warna pada makanan juga menggugah selera. Jika kita mengunjungi restoran Padang, salah satu daya tariknya adalah warna merah cabai yang hampir terdapat pada semua menunya.
Bila berkunjung ke restoran Sunda, tidak lengkap rasanya tanpa sayuran hijau mentahnya (lalap). Bila berkunjung ke restoran Chinese food,
salah satu menu favorit adalah cap cay yang merupakan kombinasi
sayuran dari berbagai warna. Dalam seni tata saji, warna merupakan
faktor penting yang harus diperhatikan. Padu-padan warna-warni yang
apik merupakan salah satu faktor yang akan menjadi nilai jual hidangan.
Kombinasi warna yang buruk dapat merusak selera makan secara
keseluruhan.
Warna identik dengan pigmen
Warna bahan pangan
berasal dari sejumlah pigmen tertentu. Pigmen yang paling kuat akan
memberikan warna dominan. Pigmen merupakan komponen kimia yang terdapat
pada bahan pangan, yang bila disinari cahaya putih akan memberikan
sensasi warna tertentu yang mampu ditangkap mata.
Para arkeolog memperkirakan pigmen berperan penting dalam kehidupan
manusia sejak 400.000 tahun sebelum Masehi. Pada waktu itu, pigmen
banyak digunakan oleh para wanita sebagai bahan hiasan untuk
mempercantik diri. Selain itu, pigmen juga banyak digunakan untuk
melukis.
Mengapa pigmen menghasilkan warna yang berbeda-beda? Hal tersebut
disebabkan kemampuan ikatan kimia pigmen untuk menyeleksi gelombang
cahaya yang harus diserap dan yang harus dipantulkan. Suatu bahan
pangan yang memiliki kemampuan memantulkan warna merah, jika disinari
warna putih, warna selain merah akan diserap. Sementara itu, warna
merah akan dipantulkan ke mata kita sehingga bahan tersebut terlihat
berwarna merah.
Hal yang sama juga akan terjadi jika buah pisang yang memiliki
pigmen pemantul warna kuning ataupun sayur-sayuran yang memiliki pigmen
pemantul warna hijau disinari cahaya putih.
Warna putih mempunyai spektrum warna yang sangat luas sehingga bila
difokuskan kepada pigmen, sinar putih dapat diurai menjadi warna yang
diserap dan warna yang dipantulkan.
(Sumber: KOMPAS.com — Prof DR Made Astawan Dosen Departemen Teknologi Pangan dan Gizi IPB)
Wulan Hastari Riskanita, S.Gz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar