Rabu, 07 Maret 2012

Sepotong Kata


MERUBAH MIMPI MENJADI KENYATAAN

Pagi itu, masjid Agung Solo dipenuhi anak-anak muda yang  memiliki semangat untuk mendengarkan diskusi bedah buku yang bertajuk “Jalan Jihad Sang Dokter” tulisan Joserizal Jurnalis , seorang dokter spesialis bedah tulang, pendiri Mer-C. Pembicara di acara tersebuat yang pertama penulisnya sendiri dr. Joserizal Jurnalis dan kedua adalah saya sendiri. Selain bedah buku, acara tersebut juga mengagendakan penggalangan dana untuk pembangunan rumah sakit Indonesia di Gaza Palestina.

Sebuah kisah nyata berdasarkan penuturan sang dokter kepada seorang wartawan sebuah media yang dikemas dalam sebuah buku. Bertutur tentang perjalanan sang dokter dalam       menerjuni kancah bantuan medis bersifat yang darurat. Buku ini lebih focus bercerita tentang Gaza.


Sebagai seorang yang pernah menjadi relawan medis Mer-C dan sering berdiskusi dengan sang dokter, saya melihat ada beberapa hal tentang buku ini. Ada kesan buku ini dipadatkan. Sehingga hal yang menjadi titik balik sang dokter untuk mengabdikan dirinya menjadi seorang relawan medis tidak terungkap dengan detail. Kisah konflik di Maluku hanya merekam sepenggal kisah di Tual sebuah daerah di Maluku Tenggara. Padahal kisah di Galela di Maluku Utara sekarang dan di Ambon sendiri menjadi wilayah yang sangat bermakna bagi beliau. Sentuhan dengan para mujahid dan kelompok mujahid terjadi di sini. Dan dari pertautan itulah sang dokter banyak menerima inspirasi tentang jihad. Namun kami memahami kalau sang dokter memiliki pertimbangan tertentu untuk tidak mendetailkan kejadian di sana.

Kisah di Afghnaistan, wilayah yang terus didera bencana karena buatan manusia yang bernama perang atau konflik bersenjata, sejak saya masih di sekolah menengah sampai sekarang perang di sana belum usai. Di sanalah pertama kalinya sang dokter masuk dalam kancah jihad global. Persentuhan dengan komunitas jihad global yang bernama Taliban dan mujahid internasional tidak terekam dengan detail.

Bahkan kisah di Aceh, berkenaan dengan komunitas Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ketika masih melakukan kegiatan bersenjata, juga tidak dijelaskan. Padahal saat itu ada hal penting berkaitan misi kemanusiaan Mer-c dengan keluarga panglima perang GAM. Dan juga pertolongan darurat sang dokter dengan kisah kelabu Desember 2004, Tsunami Aceh.

Pandangan-pandangan sang dokter tentang ukhuwah, keadilan, kemanusiaan, jihad dan sasarannya, juga tidak bisa di baca dalam buku ini. Sang dokter dalam diskusi-diskusi pribadi banyak bercerita tentang ide-ide segar dan asli tentang hal tersebut. Sebuah upaya sang dokter untuk merajut kepingan bagian Islam yang terbelah. Ide besarnya tentang ukhuwah sering dibalas dengan ashabiyah oleh kelompok lain.

Kita sepakat bahwa seorang dokter spesialis  menempati kasta tinggi dalam status sosial menurut pandangan masyarakat di Indonesia. Jumlahnya bisa dihitung di setiap kota. Karenanya ketika ada seorang dokter yang memilih jalur ‘nyleneh’ menjadi relawan kapanpun bencana atau konflik terjadi menjadi sebuah fenomena tersendiri. Bersedianya sang dokter disertai keberaniaannya  untuk terlibat dalam situasi yang tidak nyaman, penuh marabahaya, kesulitan, dan kehilangan sumber pendapatan dari praktik dokternya menjadi inspirasi bagi dokter yang lain. Namun, banyak juga kalangan dokter lain yang melontarkan sikap sinis terhadap apa yang dilakukan sang dokter. Selalu saja ada pro dan kontra. Yang jelas, tidak perlu takut celaan orang yang mencela, itu pesan Nabi kita.

Nah, ketika mengabadikan kejadian konflik di Gaza. Penulis banyak sekali menuangkan apa yang terjadi di sana. Ide besar membantu rakyat Gaza di wujudkan dalam bentuk pembangunan rumah sakit.

Ide ‘gila’ tentang pembangunan sebuah rumah sakit di wilayah yang sedang diblokade tentu saja merupakan misi yang sulit diwujudkan. Ketika ide ini dilontarkan pada tahun 2009, berbagai kalangan menyambut dengan antusias. Namun ide yang sangat ‘abstrak’ ini akhirnya ditinggalkan satu persatu oleh kelompok yang secara adminsitratif mendukung. Hingga tinggal Mer-c dan segelintir kelompok kemanusiaan lain yang masih setia menyokong ide ini.

Sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2010, praktis ide ini mampet karena tim Mer-c tidak dibolehkan masuk Gaza. Karena insiden penyerangan kapal Mavi Marmara dalam Misi Freedom Flotilla, tim Mer-c atas ijin Allah bisa masuk ke Jalur Gaza. Disinilah tim Mer-c menanam orangnya untuk tinggal dalam jangka panjang untuk merealisasikan mimpi mendirikan rumah sakit.

Setelah kami dari Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI) mendapat amanah dari Mer-c untuk membantu dalam pembangunan unit bank darah rumah sakit Indonesia di Gaza, kami melakukan serangkaian kampanye untuk mensosialisasikan ide tersebut dan penggalangan dana. Sejak bulan Agustus 2010 sampai dengan bulan Mei 2011, kami melakukan kampanye Menembus Blokade Gaza. Dari Solo, Jakarta, Lampung, Bandung, Surabaya, Cirebon, Yogyakarta, dan Semarang.

Kampanye ‘Menembus Blokade Gaza’ dan sosialisasi pembangunan rumah sakit saat itu merupakan hal yang aneh. Untuk bahan pangan saja susah masuk, kok ini mau membangun rumah sakit. Apalagi dicecar pertanyaan tentang kapan rumah sakit dibangun? Kenapa tidak membangun di tanah air saja? Kalau setelah jadi dihancurkan Israel bagaimana? Jihad macam apa yang anda lakukan? Apakah pembangunan rumah sakit akan merubah keadaan di sana? Dan banyak pertanyaan lain yang harus kami jawab dengan tindakan dan bukan kata-kata.

Proses mewujudkan ide besar selalu penuh rintangan. Memahamkan orang untuk mengerti ide ini saja perlu waktu dan kesabaran. Apalagi kepastian yang selalu dituntut oleh kebanyakan orang menjadi pekerjaan rumah tersendiri. Dalam proses selalu bersifat tidak pasti, karena kepastian adalah milik Allah Ta’ala semata. Kami hanya percaya jika kita menolong agama Allah (Dien Allah), maka Allah akan menolong kita.

Mei 2011, pembangunan rumah sakit atas rahmat Allah, dimulai. Bisa dibayangkan wajah-wajah para relawan yang langsung terlibat dalam proses ini. Gembira campur haru. Para insiyur dan relawan  lain yang berada di Gaza menitikkan air mata, melihat dimulainya pembangunan rumah sakit. Sudah setahun para relawan menunggu di Jalur Gaza.

Ide mengajak kebaikan selalu berbuah kebaikan. Ajaklah kebaikan kamu akan mendapat balasan yang seimbang. Melakukan perbuatan baik, memudahkan orang lain, menghilangkan kesulitan orang lain, Allah akan menghilangkan satu kesusahan di hari Kiamat.

“Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, “Rasulullah saw bersabda : “Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk (kebaikan), maka baginya pahala seperti orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan, maka baginya dosa (siksa) seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun.”  (HR. Muslim).

“Dari Abu Hurairah ra, dari  Nabi saw Beliau bersabda ; “Barangsiapa menghilangkan satu kesusahan dari sekian kesusahan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan dari sekian kesusahan di hari kiamat. Barangsiapa yang memudahkan orang  yang kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat…” (HR. Muslim).

Diperkirakan pembangunan struktur rumah sakit akan selesai bulan Februari 2012. Kemudian akan diteruskan dengan pembangunan tahap II yaitu pembangunan arsitektur dan mechanical electrical. Kesulitan di tahap kedua adalah dana. Dana yang dulu pernah dijanjikan oleh pemerintah dicabut dialihkan untuk yang lain. Semuanya milik Allah. Bukan milik manusia entah apapun pangkat dan jabatannya. Dan selalu kita akan diminta pertanggungjawaban atas janji kita. Yang jelas pesan Nabi kita, orang yang suka mengingkari janji adalah seorang munafik.

Dana yang kurang ini harus dicari pemecahannya. Mencari dana ke masyarakat muslim, yang baik, shalih, jujur dan tidak ingkar janji. Satu rupiah, seribu rupiah, sepuluh ribu rupiah, duapuluh ribu rupiah, seratus ribu rupiah,  berjuta-juta rupiah dan miliaran rupiah akan terkumpul atas ijin Allah semata.

Sekarang pembangunan sudah dimulai. Tidak abstrak lagi. Sudah nyata. Ini harus selesai untuk membantu menghilangkan kesulitan rakyat Gaza. Karenanya partisipasi seluruh masyarakat Indonesia yang mau peduli terus senantiasa kami nantikan. (dr. Sunardi )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar