Sabtu, 05 Juni 2010

ENGGAN BERTERIMA KASIH

Majalah Hilal Ahmar EDISI 35/VI/ MEI 2010
ENGGAN BERTERIMA KASIH


RENUNGAN

ENGGAN BERTERIMA KASIH


              Dalam kehidupan bermasyarakat atau berjamaah, pastilah akan terjadi interaksi antar sesama anggota. Hubungan ini bisa saling menguntungkan atau saling merugikan. Yang menguntungkan ketika ada yang butuh bantuan, yang lain menolong. Yang satu butuh nasihat yang lain memberi. Ada yang butuh ilmu yang lain mengajari. Yang satu punya modal yang lain bisa bekerja. Dan banyak contoh lainnya.
              Hubungan ini bisa langgeng jika masing-masing pihak mampu saling berterima kasih. Terima kasih bukan sekedar kata pendek, tetapi penuh dengan kebaikan. Dan sayangnya, banyak yang mempunyai sifat enggan berterima kasih. Bukan kata terima kasih yang keluar dari mulutnya tetapi malah celaan dan cacian, bahkan hinaan.
              “Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu.” (Luqman 14).
“Tidak akan bersyukur kepada Allah orang yang tidak mensyukuri –kebaikan manusia.” (HR. Abu Daud, shahih).
Sebagian salaf berkata,”Kufur nikmat termasuk dalam dosa besar dan mensyukurinya dengan cara membalasnya atau berdoa untuknya.”
“Siapa diperlakukan dengan baik lalu berkata, “jazakallahu khairan” (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan), maka ia telah bersungguh-sungguh dalam memuji.” (HR. Tirmidzi).
Apabila seseorang berbuat baik kepadamu dengan memberikan harta atau bantuan, atau ilmu atau kedudukan atau kebaikan yang lain, sesungguhnya Nabi menyuruhmu untuk membalasnya dengan sabdanya:
“Setiap orang yang berbuat baik kepadamu maka balaslah kebaikannya.” (HR. Abu Daud).
Balasan yang diberikan haruslah balasan yang baik dan sesuai. Diantara manusia ada yang balasannya dengan memberi seperti yang ia beri, dan sebagian lain balasannya ialah dengan berdoa untuknya dan ia tidak senang engkau membalasnya sesuai dengan yang ia berikan.
Balasan doa biasanya sesuai untuk orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi, kemuliaan di tengah-tengah kaumnya, serta memiliki harta yang banyak.
“Jika kalian tidak memiliki sesuatu untuk membalas kebaikannya, maka berdoalah hingga kalian terlihat telah membalasnya.” (HR. Abu Daud)
Bukan merupakan akhlak mujahid, jika melaknat, mencaci, mencela, mengolok-olok kepada orang yang telah memberi bantuan kepadanya. (dr. Sunardi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar