PENYAKIT-PENYAKIT DEFISIENSI GIZI di INDONESIA
Penyakit-penyakit gizi di Indonesia terutama tergolong ke dalam penyakit defisiensi . Kementrian Kesehatan Republik Indonesia mengenal empat jenis penyakit defisiensi gizi yang dianggap sudah mencapai kegawatan nasional karena kerugian yang mungkin ditimbulkannya terhadap pembangunan secara nasional , yaitu :
1. Penyakit Kekurangan Kalori Protein ( KKP )
2. Penyakit Defisiensi Vitamin A
3. Penyakit Defisiensi Yodium
4. Penyakit Anemia Defisiensi Zat Besi ( Fe )
Pengenalan keempat penyakit defisiensi tingkat nasional ini terjadi secara bertahap . Pada permulaan tahun 1950 , baru penyakit KKP dan Defisiensi Vitamin A yang dikenal mempunyai kegawatan tingkat nasional , kemudian pada dasawarsa berikutnya lagi dilebarkan mencakup Defisiensi besi . Hal ini terjadi karena penelitian dan para ahli gizi berangsur-angsur bertambah dan mencurahkan perhatiannya lebih banyak kepada penyakit-penyakit tersebut .
Dari keempat jenis penyakit defisiensi dengan taraf nasional itu , KKP dan Defisiensi vitamin A sudah banyak ditangani , sedangkan Defisiensi Yodium baru ditanggulangi sejak sekitar tahun 1980 .
A. PENYAKIT DEFISIENSI KKP
Penyakit Kekurangan Kalori dan Protein ( KKP ) diberi nama internasional Calory Protein Malnutrition ( CPM ) dan kemudian diganti dengan Protein Energy Malnutrition ( PEM ) . Penyakit ini mulai banyak diselidiki di Afrika , di benua tersebut dikenal dengan nama local Kwashiokor yang berarti penyakit rambut merah . Di tempat tersebut masyarakat menganggap kwashiokor sebagai kondisi yang biasa terdapat pada anak kecil yang sudah mendapat adik lagi .
Di Indonesia pun pendapat ini terdapat di kalangan para ibu dan masyarakat yang kurang mampu ekonominya . Kondisi anak dengan gejala-gejala KKP ini dianggap kondisi biasa bagi yang sudah mendapat adik lagi . Terminologi yang dipergunakan oleh masyarakat kita ialah kondisi “kesundulan” artinya terdorong lagi oleh kepala adiknya yang telah muncul dilahirkan .
Salah satu gejala dari penderita KKP ialah pembesaran hati yang terlihat oleh Ibu-Ibu sebagai pembuncitan perut . Anak yang menderita penyakit tersebut sering pula terkena infestasi cacing dan mengeluarkan cacing dari anusnya . Kedua gejala pembuncitan perut dan keluar cacing ini diasosiasikan dalam pendapat bahwa anak yang buncit perutnya itu karena menderita cacingan . Maka masyarakat di Indonesia terutama para ibunya berpendapat bahwa anak yang buncit perutnya itu bukan karena menderita KKP tetapi karena menderita cacingan .
Pengertian penyakit KKP baru dikenal kemudian oleh para ahli kesehatan dan gizi dan diajarkan kepada para ibu dan masyarakatnya . Sekarang sudah diterima bahwa anak yang perutnya buncit itu kemungkinan besar disebabkan oleh karena mendeerita penyakit KKP .
Di dalam klinis sekarang dibedakan gambaran penyakit kwashiorkor , marasmus dam marasmickwashiokor . Dalam pandangan ahli gizi , semua gambaran klinik tersebut termasuk berbagai variasi bentuk KKP . Kwashiokor adalah penyakit KKP dengan kekurangan protein sebagai penyebab dominan , marasmus merupakan gambaran KKP dengan defisiensi energy yang ekstrem dan marasmickwashiokor merupakan kombinasi defisiensi kalori dan protein pada berbagai variasi .
Tentang sebab yang menguasai timbulnya KKP ada ahli yang menyatakan bahwa defisiensi energy yang berperanan penting , tetapi ada pula yang mengemukakan defisiensi protein yang paling dominan . Mungkin kedua pendapat ini benar . tergantung pada kondisinya yang jelas bahwa KKP mengandung defisiensi kedua komponen tersebut dengan tekanan yang bervariasi pada defisiensi protein maupun defisiensi energy .
Penyebab langsung dari KKP adalah defisiensi kalori maupun protein dengan berbagai tekanan sehingga terjadi spectrum gejala-gejala dengan berbagai nuansa dan melahirkan klasifikasi klinik yang telah disebutkan di atas . Penyebab tak langsung dari KKP sangat banyak , sehingga penyakit ini disebut juga sebagai penyakit dengan causa multifaktorial . Pada lapis terdalam , sebab langsung dari KKP ialah konsumsi kurang dan sebab tak langsungnya hambatan absorpsi dan hambatan utilisasi zat-zat gizi berbagai hal , misalnya karena penyakit . KKP karena sebab primer ( langsung ) disebut KKP primer dan yang disebabkan factor tak langsung disebut KKP sekunder . Penyakit infeksi dan infestasi cacing dapat memberikan hambatan absorpsi dan hambatan utilisasi zat gizi yang menjadi dasar timbulnya penyakit KKP .
Sebab-sebab tak langsung pada lapis kedua ( lapis luar ) ada beberapa yang dominan , ialah ekonomi negara yang kurang , pendidikan umum dan pendidikan gizi yang rendah , produksi pangan yang tidak mencukupi kebutuhan , kondisi hygiene yang kurang baik dan jumlah anak-anak yang terlalu banyak . Sebab antara adalah pekerjaan yang rendah , penghasilan yang kurang pasca panen , system perdagangan dan distribusi yang tidak lancer serta tidak merata . Juga penyakit infeksi dan infestasi cacing merupakan sebab antara yang cukup penting bagi timbulnya penyakit KKP .
(bersambung , insya ALLOH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar