PENYAKIT DEFISIENSI GIZI ( PART III)
Dalam dua edisi terakhir , kita sudah membahas penyakit KKP (Kurang Kalori Protein) dan defisiensi vitamin A . Dua penyakit defisiensi gizi yang belum dibahas adalah penyakit defisiensi Yodium dan anemia defisiensi zat besi. Dimana keempat penyakit defisiensi gizi tersebut dianggap sudah mencapai kegawatan nasional karena kerugian yang mungkin ditimbulkannya terhadap pembangunan bangsa Indonesia secara nasional .
PENYAKIT DEFISIENSI YODIUM ( IODINE DEFICIENCY DISEASE = IDD )
Salah satu manifestasi gambaran penyakit kekurangan gizi yodium yang menonjol adalah pembesaran kelenjar gondok ( Glandula Thyroidea ), yang lebih dikenal sebagai penyakit gondok oleh orang awam atau nama ilmiahnya Struma simplek dan karena terdapat endemic di wilayah-wilayah tertentu yang kekurangan yodium , disebut juga endemic goiter. Dulu dianggap bahwa endemic itu identik dengan defisiensi yodium , ternyata kemudian bahwa defisiensi yodium memberikan juga berbagai gambaran klinik lain,sehingga defisiensi Yodium sekarang diberi pengertian lebih luas , mencakup berbagai gambaran klinik lainnya yang disangka ada hubungan dengan kondisi kekurangan zat gizi yodium itu , sehingga disebut Iodine Deficiency Diseases (IDD).
Yodium merupakan komponen structural dari hormone Thyroxin yang dihasilkan oleh kelenjar gondok . Pada defisiensi yodium ,pembentukan hormone thyroxin terhambat sehingga tidak mencukupi kebutuhan . Maka kelenjar thyroid berusaha mengadakan kompensasi dengan menambah jaringan kelenjar sehingga terjadi hypertrophi kelenjar gondok yang disebut struma simplek dan karena terjadi di daerah tertentu secara endemic disebut juga gondok endemic (endemic goitre). Baik dicatat bahwa struma tidak hanya terjadi karena defisiensi yodium tetapi dapat pula terjadi karena sebab lain , misalnya karena infeksi atau carcinoma .
Iodine deficiency diseases meliputi :
a) Gondok endemic
b) Hambatan pertumbuhan fisik dan mental yang disebut cretinism
c) Hambatan neuromotor
d) Kondisi tuli disertai bisu (deaf mutism)
A. Gondok endemik (Goitre endemic)
Jika konsumsi yodium rata-rata penduduk suatu daerah sebesar 25ug seorang sehari atau kurang , akan terdapat frekuensi goitre yang cukup tinggi dan terdapat juga penderita cretinism yaitu yang menderita hambatan pertumbuhan serta pengembangan fisik maupun mental . Tetapi bila rata-rata konsumsi yodium itu rata-rata 25-60ug seorang sehari , akan terdapat kasus goitre tetapi tidak banyak terlihat kasus cretinism .
Gondok endemic sendiri bukan merupakan penyakit yang mematikan secara akut dan dramatis , seperti halnya dengan defisiensi vitamin A . Tetapi akibat penderitaan beban bagi keluarga dan masyarakat umum merupakan hal yang harus menjadi dasar pertimbangan dilakukannya upaya yang sungguh-sungguh untuk menghadapi dan meniadakan kondisi ini . Selain karrena kerugian sosial dan ekonomi yang harus ditanggung oleh masyarakat sangat besar , kondisi IDD ini akan sangat menghambat budidaya dan pembangunan di dalam masyarakat karena hambatan physic dan mental dari sebagian besar jumlah anggota masyarakatnya .
Pada kondisi IDD tingkat ringan , hambatan untuk penderita terutama dari sudut kosmetik , tetapi bila gondoknya cukup besar , dapat memberikan berbagai tekanan mekanis kepada organ-organ lain di sekitarnya , seperti mendesak trachea dan oesophagus , sehingga memberikan kesulitan bernafas dan menelan , dapat pula menjepit saluran darah dan menekan syaraf yang terdapat di sekitar leher .
B. Cretinism
Pada keadaan IDD endemic yang berat , kerugian keluarga dan masyarakat terutama karena adanya penderita cretinism yang disertai hambatan mental intelektual . Cretinism adalah akibat kondisi hypothyroidi neonatal , bahkan sebetulnya sudah dimulai sejak phase intrauterine. Gambaran klinik cretinism terjadi karena hambatan pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun mental. Penderita bertuduh pendek (cebol) dan menderita berbagai tingkat hambatan mental , dimana tingkat perkembangan menyal itu tertinggal terhadap mental. Penderita berumur 15 tahun dapat mempunyai perkembangan mental seperti umur dua tahun . Penderita demikian tidak dapat mengikuti kemajuan sosial dari masyarakatnya, sehingga harus diurus dan dijaga, menjadikan beban permanen dari keluarga dan masyarakatnya.
Cretinism terjadi karena defisiensi yodium pada saat intrauterine dilanjutkan postnatal secara kronis. Jadi proses pathogenesis cretinism terjadi pada fetus ketika masih di dalam rahim ibu yang sedang hamil .
Cretinism terjadi juga di daerah dimana tidak terdapat IDD secara endemic , disebut cretinisme sporadic, sedangkan yang terdapat di daerah IDD disebut cretinism endemic. Pada cretinism sporadic maupun endemic , sebab utamanya adalah sama yaitu defisiensi hormone thyroxin , tetapi kausa terjadinya defisiensi hormone ini berbeda. Kalau defisiensi thyroxin pada kondisi cretinism endemic terjadi karena defisiensi yodium , maka pada cretinism sporadic terjadi ketidaksanggupan kelenjar gondok untuk membuat hormone karena sebab-sebab lain .
Cretinism sporadic dijumpai soliter di dalam masyarakat , sedangkan cretinism endemic, dijumpai dalam jumlah banyak dan terdapat di wilayah yang menderita IDD karena kekurangan yodium dalam makana dan air minumnya .
Gambaran Klinik Cretinism
Terdapat dua gejala kompleks dari cretinism , yaitu ;
1. Kerusakan pada susunan syaraf pusat , yang dasar sebabnya tidak diketahui , meliputi ; retardasi mental , tuli perseptif , gangguan neuromotor (terutama kelemahan otot pangkal lengan dan paha , sedangkan otot-otot ujung jari masih baik tenaga maupun daya koordinasinya .)
2. Kondisi hypothyroidi , dimana produksi hormone thyroxin tidak mencukupi kebutuhan tubuh , maka terjadi :
a) Hambatan pertumbuhan tinggi dan berat badan
b) Pada tingkat berat terdapat kondisi myxoedema , yaitu gejala oedema pada tungkai dan muka yang tampak sembab . Di sini sifat oedema tidak memberikan cekungan yang berlangsung lama pada tekanan (non pitting oedema) ; muka terlihat sembab dan juga di sekitar mata . Pada tingkat yang ringan , myxoedema tidak terdapat , hanya ada hambatan pertumbuhan serta hambatan ossifikasi. Pada pemeriksaan laboratorik menunjukkan kondisi hypothyroxin , yaitu kekurangan kadar hormone thyroxin dalam darah .
Gambaran klinik cretinism ini baru akan jelas bila bayi telah berumur 12 bulan atau lebih . Jika anak diberi makanan PASI ( Pengganti Air Susu Ibu ) sejak dilahirkan , gejala-gejala cretinism akan tampak lebih dini lagi (pada umur 3 bulan atau kurang) . Pada yang mendapat ASI , gejala-gejala akan terlihat lebih lambat karena hormone thyroxin dari ibunya dapat masuk ASI dan membantu bayi tersebut memenuhi kekurangan hormone yang diproduksi bayi itu sendiri .
Gambaran klinik cretinism didahului oleh sifat lethargia ; anak seperti lemas dan mengantuk berkepanjangan , pertumbuhan kurang maju dan menderita konstipasi . Gejala selanjutnya ialah muka yang sembab dan ekspresi muka member kesan ‘bodoh’ ; mata sipit dengan celah mata horizontal , tidak naik kea rah lateral seperti pada penderita mongoloid . Lidah seperti kebesaran dan menjulur ke luar dari lubang mulut ; rambut yang kasar dan kering ; terdapat timbunan jaringan lemak di daerah fossa supraclavicularis dan sekitar pangkal leher , sehingga memberikan kesan leher yang pendek ; perut terlihat membuncit dengan hernia umbilicalis ; ekstremitas pendek dan gemuk serta kulit kering dan suhu badan rendah; tidak lupa adanya non pitting oedema . Kalau sudah menjadi besar , anak tampak cebol . ( bersambung , Insya ALLOH) .( dr. Meti Dewi Astuti)
informasi pada artikelnya sangat bermanfaat.. thanks
BalasHapushttp://tokoonlineobat.com/obat-penyakit-gondok-alami/