Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh!
Segala puji bagi Allah Rabb alam semesta. Shalawat dan salam sejahtera semoga terlimpah pada junjungan kita, Muhammad saw, keluarga, sahabat dan umat Islam di seluruh dunia.
Bulan Februari kemarin kami baru membaca sebuah laporan bencana dunia, World Disaster Report 2010, yang diterbitkan oleh International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies, dengan judul Focus on urban risk. Menceritakan kilas bencana tahun 2010 dan memusatkan perhatian pada resiko bencana urban/perkotaan.
Bulan Maret 2011, bencana gempa bumi disertai tsunami menerjang Jepang, mengenai kota Sendai. Masya Allah. Innalillahi wa inna Ilaihi raji’un. Korban berjatuhan, infrastruktur kota hancur total. Bencana terhebat di Jepang setelah perang dunia kedua. Sebuah reaktor nuklir mengalami kebocoran dan bahaya radiasi mengancam Jepang. Lengkap sudah bencana yang menimpa masyarakat urban Jepang.
Membayangkan bencana di tengah perkotaan yang padat penduduknya bukan sesuatu yang menyenangkan. Namun, memprediksi menanggulangi bencana ketika menerjang perkotaan yang padat penduduknya merupakan suatu keharusan. Jika tidak, maka semuanya selalu terlambat.
Awal tahun 2010, bencana gempa di Haiti dengan skala 8,8 richter. Dan awal tahun 2011, gempa di Jepang dengan skala 8,9 richter disertai tsunami. What next?
Bencana demi bencana silih berganti. Berpindah dari suatu negara ke negara lainnya. Indonesia, sebagai sebuah negara yang berada di sabuk bencana, hampir setiap tahun terjadi bencana. Akhir tahun ini, meletusnya gunung Merapi diikuti banjir lahar dingin. Kemudian meletusnya gunung Bromo yang belum reda sampai sekarang. Ditambah kemungkinan meningkatnya aktifitas gunung api lainnya seperti Tambora, Krakatau, dan Toba.
Sudah harus mulai di siapkan penanggulangan bencana di wilayah urban kota. Supaya kita semua waspada. Menghindari kepiluan.
Tetap sehat, tetap waspada menghadapi bencana!
Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh!
Sunardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar