PENYAKIT MENULAR YANG BISA DICEGAH
DENGAN VAKSIN
DENGAN VAKSIN
Penyakit di dunia saat ini bisa dikategorikan ke dalam berbagai golongan. Ada penyakit infeksi, penyakit metabolisme, kanker, trauma,benda asing dan lain-lain. Penyakit infeksi menjadi penting karena berpotensi menjadi penyakit menular. Penyakit infeksi adalah penyakit yang secara klinis, jelas akibat adanya agen mikroba pathogen (penyebab penyakit) atau lebih sering disebut kuman, seperti virus, bakteri, jamur, protozoa, parasit multiseluler , dan protein yang menyimpang yang dikenal sebagai prion.
Penyakit-penyakit infeksi biasanya memenuhi syarat sebagai penyakit menular berkaitan dengan kemampuan penyebaran dari satu orang atau spesies ke orang lain atau spesies lain. Penyebaran penyakit infeksi terjadi melalui satu atau lebih jalur yang berbeda termasuk kontak fisik dengan penderita. Agen penyebab penyakit infeksi juga dapat ditularkan melalui cairan, makanan, cairan tubuh, objek yang telah terkontaminasi, penyebaran lewat udara, atau penyebaran melalui vector (carrier, khususnya hewan yang menularkan agen penyakit dari satu makhluk ke makhluk yang lain).
Penyakit infeksi merupakan akibat saling mempengaruhi antara agen penyebab penyakit dengan pertahanan tuan rumah yang terinfeksi. Penampakan dan derajat beratnya penyakit tergantung kemampuan agen penyebab penyakit merusak tuan rumah dan kemampuan tuan rumah melawan agen penyebab penyakit. Mikroorganisme penyebab penyakit atau mikroba, diklasifikasikan sebagai agen penyebab penyakit primer (primary pathogens) atau sebagai agen penyebab penyakit opportunistic (opportunistic pathogen) sesuai dengan status pertahanan tuan rumah. Disini terdapat keseimbangan antara agen penyebab penyakit, tubuh manusia dan lingkungan. Ketiga-tiganya saling berkaitan.
Agen penyebab penyakit primer menyebabkan penyakit sebagai akibat adanya agen penyakit tersebut atau aktivitasnya pada tuan rumah yang sehat dan normal dan sifat keganasan agen penyebab penyakit, sebagai konsekuensi yang mereka butuhkan untuk memperbanyak diri dan menyebar.
Organisme yang menyebabkan penyakit infeksi pada tuan rumah yang mengalami kemunduran pertahanan diklasifikasikan sebagai agen penyebab penyakit opportunistic.
Penyakit opportunistic disebabkan oleh mikroba yang biasanya ada di tuan rumah, seperti bakteri atau jamur di sistem saluran pencernaan atau sistem saluran pernapasan bagian atas dan bisa juga akibat dari mikroba yang diperoleh atau didapat dari tuan rumah yang lain atau dari lingkungan sebagai akibat traumatic (sebagai contoh infeksi luka pembedahan atau patah tulang yang komplikasi). Penyakit opportunistic memerlukan perbaikan sistem pertahanan tuan rumah, sistem pertahanan tuan rumah bisa menurun karena, akibat genetika, terpapar obat antimikroba atau zat immunosuppressive (seperti keracunan atau kemoterapi kanker), terpapar radiasi ion, atau penyakit dengan aktivitas immunosuppressive ( seperti campak, malaria atau HIV). Agen penyebab penyakit primer juga menyebabkan penyakit yang lebih berat pada tuan rumah yang mengalami penurunan sistem pertahanan disbanding yang normal.
Penyakit infeksi ditularkan melalui berbagai sumber. Penularan terjadi melalui berbagai mekanisme yang berbeda. Melalui udara lewat butiran air yang dikeluarkan mulut, melalui makanan yang kita santap setiap hari dan minuman yang kita teguk setiap haus, bahkan melalui hubungan seksual. Penyakit pernapasan dan meningitis (radang selaput otak) biasanya ditularkan melalui kontak dengan droplet/air ludah yang disebarkan melalui bersin, batuk, berbicara atau bahkan bernyanyi. Penyakit saluran pencernaan sering ditularkan melalui minuman air atau makan makanan yang terkontaminasi. Penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual ditularkan melalui cairan tubuh, karena akibat aktivitas seksual. Beberapa agen penyebab penyakit akan menyebar akibat kontak dengan objek benda mati yang telah terkontaminasi seperti koin yang beredar dari stau orang ke orang lain, sementara penyakit lain langsung masuk ke dalam kulit.
Penyebaran penyakit infeksi juga melibatkan vector atau carrier, biasanya hewan yang menularkan penyebab infeksi dari satu tuan rumah ke tuan rumah yang lain. Vector bisa mekanis atau biologis. Vector mekanis mengambil bakteri dari luar tubuh dan menyebarkannya secara pasif. Seperti contoh lalat yang hinggap di kotoran binatang, kakinya terkontaminasi dengan bakteri dari feses, dan kemudian hinggap di makanan yang kita konsumsi. Agen penyebab penyakit tidak pernah memasuki tubuh lalat.
Sebaliknya, vector biologis membawa agen penyebab penyakit ke dalam tubuhnya dan menyebarkannya ke tuan rumah yang baru dengan aktivitas aktif, biasanya dengan menggigit. Vector biologis sering bertanggungjawab untuk penyakit yang ditularkan lewat darah seperti malaria, peradangan pada otak karena virus, penyakit tidur Afrika dan lain sebagainya. Vector biologis biasanya walaupun tidak eksklusif, jenis artrhropoda. Seperti nyamuk, kutu, dan caplak. Strategi yang paling sering dipakai adalah dengan membunuh vector penyebab penyakit.
Kita acapkali meremehkan penyakit infeksi. Diare yang sering terjadi di sekeliling kita masih merupakan sepuluh besar penyebab kematian di dunia. Campak atau gabagen yang terjadi pada anak atau keponakan kita ternyata juga menjadi sepuluh besar penyebab kematian di dunia ini. Menurut Badan Kesehatan Dunia, pada tahun 2002, kematian akibat penyakit infeksi adalah 14,7 juta orang, sekitar 25,9 % kematian di dunia. Penyakit infeksi yang menyebabkan kematian menurut urutan dari yang tertinggi adalah Infeksi Saluran Pernapasan Bawah, HIV/AIDS, Penyakit Diare, Tuberkulose (TBC), Malaria, Campak, Pertusis, Tetanus, Meningitis, Syphilis, dan Hepatitis B. Dari sebelas penyakit ini, enam diantaranya bisa dicegah dengan pemberian vaksin, yaitu Tuberkulose (TBC), Campak, Pertusis, Tetanus, Meningitis dan Hepatitis B.
POLIO
Ketika mendengar kata polio, ingatan orang Indonesia adalah PIN. Pekan Imunisasi Nasional ini merupakan upaya pemberantasan penyakit polio dengan gerakan masal pemberian vaksin oral polio. Gambaran anak kecil yang sedang digendong sedang ditetesi vaksin polio menjadi tanda yang mudah dikenali masyarakat. Bahkan diikutsertakannya para artis, pejabat negara dan politikus menjadi daya tarik sendiri bagi rakyat. Angka cakupan vaksinasi polio cukup baik, meskipun terdapat perlawanan dari sekelompok masyarakat untuk menolak anaknya divaksinasi. Polio masih dikenal dengan baik di Indonesia karena kasus dan sisa komplikasi penyakit polio masih terjadi dan bisa dilihat serta dialami oleh anak-anak di Indonesia. Lumpuh layu, merupakan cacat yang diderita penderita infeksi polio. Dan secara ekonomi, hal ini merupakan beban bagi keluarga yang bersangkutan serta penderitanya sendiri.
Polio atau poliomyelitis atau infantile paralysis merupakan penyakit infeksi virus akut yang menular dari orang ke orang lain, terutama lewat jalur mulut dan kotoran.
Dampak dari polio telah diketahui sejak jaman prasejarah. Lukisan kuno di Mesir menggambarkan seorang muda yang sehat dengan kaki layu dan seorang anak berjalan memakai tongkat.
Penjelasan klinis pertama kali dilakukan seorang dokter Inggris Michael Underwood pada tahun 1789, ketika dia menyatakan polio sebagai sebuah kelemahan di kaki. Hasil karya dokter Jakob Heine di tahun 1840 dan Karl Oskar Medin di tahun 1890 membuat penyakit ini disebut penyakit Heine Medin. Penyakit ini kemudian di kenal sebagai infantile paralysis karena berdasarkan kecenderungan menyerang anak-anak.
Sebelum abad ke 20, infeksi polio jarang mengenai bayi sebelum usia 6 bulan, banyak kasus terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 4 tahun. Epidemi polio mulai terjadi di Eropa dan Amerika Serikat sekitar tahun 1900. Wabah menjadi pandemic di Eropa, Amerika Utara, Australia dan New Zealand selama pertengahan awal abad ke 20. Pada tahun 1950 merupakan puncak insiden polio di Amerika Serikat. Pada waktu itu terdapat 58.000 kasus yang dilaporkan pada tahun itu, 3.145 meninggal dunia dan 21.269 sisanya mengalamai gangguan lumpuh layu.
Wabah polio tidak hanya merubah kehidupan orang yang selamat dari penyakit itu, tetapi juga menyebabkan perubahan budaya masyarakat di sekitarnya, kampanye untuk mengatasi penyakit ini dan pengumpulan dana dilakukan untuk melakukan perubahan yang revolusioner di dunia kedokteran modern dan bidang terapi rehabilitasi.
Badan Kesehatan Dunia memperkirakan terdapat 10 sampai 20 juta orang yang selamat dari serangan polio. Pada tahun 1977, terdapat 254.000 orang tinggal di Amerika Serikat yang mengalami lumpuh layu akibat polio. Di Jerman 40.000 orang yang menderita berbagai derajat lumpuh layu akibat polio, Jepang 30.000, Perancis 24.000, Australia 16.000, di Kanada 12.000 dan di Inggris 12.000.
Dengan penggunaan vaksin polio pada tahun 1950-an, kasus kejadian poliomyelitis berkurang secara dramatis di banyak Negara industri. Dukungan global untuk pemberantasan polio di mulai pada tahun 1988, dipimpin oleh Badan Kesehatan Dunia. Upaya ini telah mengurangi angka diagnosa kasus tahunan sampai 99% dari angka taksiran kasus 350.000 kasus pada tahun 1988 menjadi 2000 kasus di tahun 2006. Amerika telah bebas polio pada tahun 1994. Eropa telah menyatakan bebas polio pada tahun 2002. Pada tahun 2006, polio masih merupakan penyakit endemis hanya di empat Negara yaitu, Nigeria, India, Pakistan dan Afghanistan.
Penyebab
Poliomyelitis disebabkan oleh infeksi anggota genus Enterovirus yang dikenal sebagai poliovirus (PV). Kelompok virus ini lebih menyukai tinggal di system pencernaan, Poliovirus hanya menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada manusia saja.
Seseorang yang terkena paparan virus baik melalui infeksi atau imunisasi dengan vaksin polio, akan mengalami kekebalan. Pada kekebalan individu, antibody IgA melawan poliovirus yang terdapat di tonsil/tenggorokan dan system saluran pencernaan dan mampu menghalangi replikasi virus/berkembangbiaknya virus. Antibody IgM dan IgG melawan poliovirus dengan mencegah penyebaran virus ke syaraf motorik dari system syaraf pusat.
Penularan
Poliomyelitis sangat menular dan mudah menyebar dari satu orang ke orang lain. Di daerah endemis, virus polio dapat menyerang semua populasi. Pada masa inkubasi kuman, waktu antara pertama kali terpapar virus sampai munculnya gejala yang pertama, biasanya 6-20 hari, dengan jarak maksimum 3-35 hari. Partikel virus dikeluarkan di dalam feses selama beberapa minggu mengikuti infeksi permulaan. Penyakit ini ditularkan terutama melalui jalur fecal-oral, kotoran dan mulut, dengan memakan makanan dan air yang telah terkontaminasi virus. Kadang-kadang ditularkan lewat jalur mulut ke mulut.bentuk penularan khusus pada daerah dengan hygien dan sanitasi yang baik. Polio sangat menular antara 7-10 hari sebelum dan 7-10 hari setelah munculnya gejala, tetapi penularan masih bisa terjadi sepanjang virus masih terdapat di ludah dan feses.
Faktor yang meningkatkan resiko infeksi polio atau berdampak terhadap beratnya penyakit termasuk kekurangan kekebalan, malnutrisi/kurang gizi, tonsillectomy/pengambilan tonsil atau amandel, aktivitas pisik segera setelah serangan lumpuh layu, luka pada otot sklelet/rangka karena suntikan vaksin atau agen terapi, dan kehamilan. Meskipun virus dapat melewati plasenta selama kehamilan, janin tidak terlihat terkena infeksi baik karena ibunya terinfeksi virus atau memperoleh vaksinasi polio.
Komplikasi
Lumpuh layuh merupakan komplikasi dari infeksi polio, selain kaku sendi dan gangguan gerakan. Kaki yang satu lebih pendek dari yang lain juga merupakan kondisi yang perlu diperhatikan. Osteoporesis dan kemungkinan patah tulang mungkin akan terjadi. Komplikasi berkelanjutan dari lamanya tidak beraktivitas adalah problem paru-paru, ginjal, jantung termausk edema paru, pneumonia (radang paru), infeksi saluran kemih, batu ginjal, ileus paralytic (obstruksi/penyumbatan usus akibat kontraktur menetap bagian usus) , dan myocarditis (radang pada dinding otot jantung)
Pengobatan
Tidak terdapat obat untuk infeksi polio. Pengobatan modern memusatkan pada memulihkan gejala, mempercepat pemulihan, dan mencegah komplikasi. Pengobatan suportif termasuk antibiotic untuk mencegah infeksi pada otot yang lemah, analgesic untuk mengurangi nyeri, latihan yang memadai, dan makanan yang bergizi. Perawatan polio memerlukan rehabilitasi jangka panjang termasuk terapi fisik, penahan atau kruk, sepatu untuk koreksi, dan kadang-kadang operasi orthopedic.
Pencegahan
Vaksin pertama polio dikembangkan oleh Jonas Salk pada tahun 1952, dari Universitas Pittsburgh, dan diperkenalkan di dunia pada 12 April 1955. Vaksin Salk, atau inactivated poliovirus vaccine (IPV) berdasarkan pertumbuhan poliovirus di dalam kultur jaringan ginjal kera (vero cell line), yang secara kimia dinonaktifkan dengan formalin. Setelah dua dosis IPV yang diberikan secara injeksi, 90% lebih orang akan mendapat kekebalan terhadap tiga jenis serotype poliovirus.
Sesudah itu, Albert Sabin mengembangkan vaksin polio oral (OPV= oral polio vaccine) menggunakan virus hidup yang dilemahkan (attenuated), yang dihasilkan dari lintasan berulang virus melalui sel non human pada suhu di bawah fisiologis. Percobaan vaksin Sabin dimulai pada tahun 1957dan mempunyai lisensi pada tahun 1962. Vaksin Sabin berkembang biak secara baik dalam usus, tempat utama infeksi poliovirus liar. Dosis tunggal vaksin polio oral akan menghasilkan kekebalan ketiga jenis serotype poliovirus mendekati 50%. Tiga dosis vaksin polio oral menghasilkan kekebalan pada ketiga jenis serotype poliovirus lebih dari 95%.
Karena vaksin polio oral murah, gampang diberikan dan menghasilkan kekebalan yang baik di usus (yang mencegah infeksi virus polio liar di daerah endemis) menyebabkan vaksin ini sebagai vaksin pilihan untuk mengkontrol infeksi polio di banyak negara. Pada kasus yang jarang terjadi, 1 kasus per 750.000 penerima vaksin, virus attenued yang terdapat di dalam vaksin polio oral akan kembali menjadi bentuk yang bisa menyebabkan lumpuh layuh.
Pemberantasan
Setelah penggunaan vaksin polio secara luas pada pertengahan 1950, angka kejadian poliomyelitis menurun secara dramatis pada banyak negara-negara industri. Pemberantasan global poliomyelitis di mulai pada tahun 1988. Usaha ini telah mengurangi angka kasus diagnosa tahunan sampai 99%; dari perkiraan 350.000 kasus pada tahun 1988 menjadi lebih kurang dari 2000 kasus pada tahun 2006. Amerika telah mengumumkan bebas polio pada tahun 1994. pada tahun 2000 polio telah diumumkan bebas di 36 negara-negara Pasifik Barat, termasuk Cina dan Australia. Eropa telah mengumumkan bebas polio pada tahun 2002. Pada tahun 2006, polio masih menjadi infeksi endemis di empat Negara, Nigeria, India, Pakistan dan Afghanistan.
CAMPAK
Campak masih merupakan penyakit anak-anak di Indonesia yang menyebabkan kematian. Kejadian campak masih terjadi terutama pada anak yang belum berusia 9 bulan (usia jadwal pemberian vaksinasi campak) atau usia di atas 9 bulan bagi anak-anak yang tidak divaksinasi campak. Campak merupakan penyakit kuno yang sampai sekarang masih muncul meskipun sudah dilakukan vaksinasi campak, karena angka cakupan vaksinasi campak masih belum baik. Serta banyaknya penolakan vaksinasi campak karena khawatir efek samping yang oleh sebagian orang dianggap berbahaya.
Campak, measles, morbili atau gabagen adalah penyakit yang disebabkan oleh virus khususnya paramyxovirus dari genus Morbilivirus. Campak disebarkan melalui pernapasan (kontak dengan cairan hidung dan mulut dari seseorang yang terkena infeksi, baik secara langsung maupun melalui udara), dan sangat menular, 99% orang yang tanpa kekebalan tinggal serumah dengan orang yang terkena infeksi akan terkena serangan campak.
Masa inkubasi kuman (masa masuknya kuman ke dalam tubuh sampai menimbulkan gejala penyakit) biasanya berlangsung 4-12 hari. Orang yang terinfeksi masih menularkan penyakitnya dari penampakan gejala pertama sampai 3-5 hari setelah bercak-bercak muncul.
Laporan penyakit campak telah tercatat paling tidak sejak 600 tahun sebelum masehi. Akan tetapi ilmuwan pertama yang membedakan perbedaan penyakit campak dengan penyakit cacar adalah dokter Islam abad pertengahan dokter Ibnu Razi (Rhazes) 860-932 M yang menerbitkan sebuah buku berjudul “The Book of Smallpox and Measles” dalam bahasa Arab Kitab fi al jadari wa al hasbah.
Selama 150 tahun terakhir ini, campak diperkirakan telah membunuh kurang lebih 200 juta orang di seluruh dunia. Pada tahun 1954, virus penyebab penyakit diisolasi dari seorang anak laki-laki berusia 11 tahun dari Amerika Serikat, dan kembangbiakkan di kultur jaringan embrio ayam. Sampai sekarang, 21 strain virus campak telah diidentifikasi, vaksin yang telah berlisensi untuk mencegah penyakit campak mulai bisa diperoleh pada tahun 1963.
Gejala
Gejala klasik campak adalah demam selama paling tidak tiga hari, batuk, hidung meler, dan conjunctivitis (radang mata atau beleken). Demam mungkin mencapai 40 derajat Celcius. Koplik’s spots atau bintik koplik sering terlihat di dalam mulut merupakan tanda diagnostic untuk campak tetapi jarang terlihat, karena bintik itu bersifat sementara dan akan tidak terlihat setelah beberapa saat muncul.
Karakteristik bercak campak secara klasik diterangkan sebagai berikut mengenai seluruh tubuh, maculopapular (bintik pada kulit yang bisa dibedakan dengan wana dari sekelilingnya, kecil, berbatas tegas dan padat), kemerah-merahan yang mulai beberapa hari setelah terjadinya demam. Dimulai di kepala sebelum menyebar menutupi seluruh tubuh, sering menyebabkan gatal. Bercak dikatakan berwarna karena berubah warna dari merak menjadi coklat gelap, sebelum bercak menghilang.
Diagnosa dan pengobatan
Diagnosa klinis campak ditegakkan dengan adanya riwayat demam minimal tiga hari bersamaan dengan adanya batuk, hidung meler, dan radang mata. Pengamatan bintik Koplik juga bisa digunakan untuk menegakan diagnosa campak. Adanya kontak dengan penderita campak menjadi bukti kuat diganosa campak.
Tidak ada pengobatan khusus atau terapi antivirus untuk campak. Banyak pasien akan kembali membaik setelah istirahat dan makan bergizi.
Penularan
Campak merupakan penyakit menular yang disebarkan terutama melalui saluran pernapasan. Virus ditularkan dalamn secret/cairan pernapasan dan dapat berpindah dari satu orang ke orang yang lain melalui butir pernapasan/aerosol droplet berisi partikel virus, seperti yang dihasilkan ketika pasien batuk. Ketika penularan terjadi, virus akan masuk ke dalam tubuh dan berkembang biak dalam system saluran lympha, saluran kencing, selaput mata, pembuluh darah dan system saraf pusat.
Komplikasi
Komplikasi pada campak sering terjadi, seperti diare, pneumonia (radang paru-paru), dan encephalitis/radang otak, ulserasi kornea/luka pada kornea mata.
Angka kematian penyakit campak di negara berkembang mendekati satu kematian per seribu kasus. Di negara miskin yang banyak mengalami kurang gizi dan rendahnya perawatan kesehatan, angka kematian berkisar 10%.
Kesehatan Masyarakat
Campak merupakan penyakit infeksi menular yang penting, meskipun angka komplikasi tidak begitu tinggi, penyakitnya sendiri sangat menular. Jika angka cakupan imunisasi turun, angka yang terkena penularan pada orang yang tidak mendapat imunisasi akan meningkat dan risiko penularan campak akan meningkat.
Masyarakat yang tidak diimunisasi menjadi mudah tertular penyakit ini. Setelah angka cakupan imunisasi turun di Nigeria pada awal 2000 berkaitan dengan adanya penolakan dengan alasan agama dan politik, angka kasus campak meningkat dan ratusan anak-anak meninggal karena penyakit campak. Pada tahun 2005 campak menular di Indiana pada anak-anak yang orang tuanya menolak divaksinasi.
MENINGITIS
Di Indonesia, calon jamaah haji mengenal vaksin meningitis ketika mau berangkat ke Tanah Haram, Mekkah. Setiap calon jamaah haji diwajibkan vaksinasi meningitis guna mencegah terkena penyakit meningitis. Banyak yang tidak tahu alasannya. Sebagian kecil bahkan menentangnya.
Wilayah Afrika terutama di daerah sub Sahara disebut sebagai sabuk meningitis. Sedangkan di Arab Saudi merupakan daerah epidemic meningitis (epidemic artinya penyakit itu menyerang banyak orang di wilayah tersebut secara bersamaan, dan menyebar secara luas).
Di sub Sahara Afrika dan sekitarnya, epidemic luas penyakit meningitis meningokokus menyerang pada musim kering, dengan angka kejadian adalah 500 kasus per 100.000 orang di wilayah tersebut. Kasusnya didominasi karena meningokokus. Penyakit meningitis terjadi di daerah dimana orang banyak tinggal bersama, seperti di asrama tentara/barak tentara (khususnya ketika mobilisasi), asrama kampus dan ketika ibadah haji.
Terdapat perbedaan yang bermakna pada distribusi lokal penyebab meningitis bakteri. Seperti contoh, N.meningitides kelompok B dan C menyebabkan penyakit meningitis di Eropa, sementara kelompok A meningococci lebih sering menyerang di Cina dan jamaah Haji. Di sabuk meningitis, Afrika, kelompok A dan C sering menjadi wabah. Kelompok W135 meningococci juga telah menyebabkan epidemic di Afrika dan selama pelaksanaan Haji.
Hipocrates telah menyadari adanya meningitis, tetapi yang mengetahui adanya meningitis adalah dokter Islam, Ibnu Sinna. Tetapi baru pada tahun 1768 seorang dokter Edinburgh, Sir Robert Whytt membuat laporan ilmiah tentang tuberculous meningitis. Sehingga epidemic meningitis merupakan penyakit yang masih baru. Catatan pertama tentang wabah meningitis terjadi di Genoa pada tahun 1805. beberapa epidemic di eropa dan Amerika Serikat dijelaskan terjadi setelah itu, dan laporan pertama di epidemic Afrika terjadi pada tahun 1840. Epidemic Afrika menjadi lebih sering terjadi pada abad ke 20 dimulai dari epidemic mayor yang menyerang Nigeria dan Ghana pada tahun 1905-1908.
Laporan pertama penyebab meningitis karena bakteri di buat oleh dokter Austria, Anton Weichselbaum pada tahun 1887. Kematian karena meningitis sangat tinggi lebih dari 90%. Pada tahun 1906 diproduksi antiserum, yang dikembangkan lebih lanjut oleh Simon Flexner dan segera menurunkan angka kematian karena penyakit meningitis. Pada tahun 1944, penemuan penicillin, dilaporkan efektif untuk penyakit meningitis.
Definisi
Meningitis adalah kondisi medis yang disebabkan radang pada lapisan pelindung yang menutupi otak dan medulla spinalis, yang disebut meninge. Radang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau mikroorganisme lainnya, kanker, obat-obat tertentu, dan penyakit lain. Meningitis sering merupakan kondisi yang mengancam jiwa karena radang di sekitar otak dan medulla spinalis.
Tanda dan gejala
Pada orang dewasa, nyeri kepala yang berat merupakan gejala paling sering pada meningitis (87%) diikuti kaku kuduk (83%). Trias klasik dari diagnosa ini adalah kaku kuduk, demam tinggi yang mendadak dan perubahan status mental. Tanda lainnya yang dihubungkan dengan meningitis adalah photopobia (ketidakmampuan mentoleransi cahaya), phonopobia (ketidakmampuan mentoleransi suara bising), mudah marah dan delirium (gangguan mental yang ditandai oleh halusinasi, inkoheren/tidak nyambung, ilusi, dan delusi). Pada bayi berumur kurang dari 6 bulan, pembesaran ubun-ubun mungkin akan terjadi. Tangis yang merintih merupakan gejala yang terjadi pada neonatus/bayi. Gambaran lain yang membedakan dengan penyakit berat lainnya yang menyerang anak-anak adalah nyeri di kaki, kaki dan tangan terasa dingin, dan warna kulit yang tidak normal.
Banyak penderita meningitis tidak memiliki sebab infeksi yang pasti. Pada proporsi kecil, terdapat infeksi sebelumnya di leher dan kepala, seperti infeksi telinga tengah, atau trauma di tempurung kepala dimana bakteri yang berasal dari rongga hidung masuk ke dalam selaput meninge.
Orang dengan meningitis akan berkembang menjadi komplikasi pada awal tahapan penyakitnya. Sehingga memerlukan pengobatan khusus dan kadang-kadang mengindikasikan penyakit yang berat dan kemungkinan sembuh yang buruk. Infeksi meningitis mencetuskan sepsis, sebuah kumpulan gejala karena radang sistemik dengan tanda turunnya tekanan darah, denyut jantung yang cepat, suhu tubuh yang tinggi atau suhu tubuh rendah yang tidak normal dan nafas cepat. Tekanan darah yang sangat rendah akan menyebabkan suplay darah ke organ tidak cukup. Akan terjadi pengaktifan pembekuan darah sehingga menghalangi aliran darah ke organ dan akan meningkatkan resiko perdarahan.
Radang pada selaput otak akan menyebabkan ketidaknormalan syaraf cranial yang mensuplay daerah kepala dan leher yang bertanggungjawab dalam mengkontrol gerakan mata, otot wajah, dan pendengaran serta fungsi yang lainnya.
Penyebab
Infeksi. Meningitis biasanya disebabkan oleh infeksi mikroorganisma. Penyebab paling banyak adalah virus (enterovirus, herpes simplex virus 2, gondongen/mumps, dan HIV), diikuti oleh bakteri, jamur atau parasit.
Non infeksi. Meningitis terjadi sebagai akibat sejumlah kasus non infeksi seperti penyebaran kanker ke selaput otak, dan obat-obat tertentu (terutama obat anti nyeri non steroid, antibiotic dan imunglobulin intravena), gangguan jaringan pengikat seperti systemic lupus erythematosus, dan bentuk tertentu vasculitis (radang pada dinding pembuluh darah). Migraen jarang menyebabkan meningitis.
Diagnosa
Tes paling penting untuk menegakkan diagnosa adalah analisa cairan cerebrospinal melalui lumbal pungsi. Tes darah dilakukan sebagai tanda peradangan adalah C-reactive protein. Pada beberapa kasus dilakukan CT scan dan MRI scan ketika lumbal pungsi merupakan kontra indikasi.
Pengobatan
Meningitis merupakan kondisi yang berpotensi mengancam jiwa jika tidak segera diobati. Pengobatan dengan antibiotik spektrum luas sebaiknya tidak ditunda sambil menunggu tes konfirmasi dilakukan. Jika penyakit meningitis diduga pada pelayanan kesehatan dasar, guideline yang direkomendasikan adalah pemberian benzylpenicillin sebelum dibawa ke rumah sakit. Oksigen segera diberikan disertai pemberian terapi cairan intravena.
Antibiotik segera diberikan, bahkan sebelum diperoleh hasil akhir lumbal pungsi. Pilihan antibiotik tergantung jenis bakteri terbanyak yang menyebabkan meningitis di wilayah tersebut. Antibiotik yang sering diberikan adalah generasi ketiga cephalosporin seperti cefotaxime atau ceftriaxone.
Meningitis karena virus memerlukan terapi suportif. Obat antivirus yang sering dipakai adalah acyclovir. Sedangkan meningitis karena jamur, diobati dengan obat anti jamur seperti amphotericin B dan flucytosine.
Prognosa
Pada anak-anak kemungkinan berat cacat yang terjadi karena kerusakan pada system syaraf pusat. Keadaan ini termasuk kehilangan pendengaran, epilepsy/ayan, pembengkakan otak, hydrocephalus/pembesaran kepala, thrombosis vena cerebral/pembentukan trhombus yangmengakibatkan kematian jaringan otak, perdarahan intra cerebral dan cerebral palsy/kelompok gangguan motorik yang menetap,terjadi pada anak-anak kecil, akibat dari rusaknya otak. Ketulian merupakan komplikasi paling serius pada anak-anak.
Pada orang dewasa, komplikasi syaraf pusat termasuk kematian jaringan otak, pembengkakan otak, hydrocephalus, perdarahan intra serebral, komplikasi sistemik yang didominasi septic shock/kegagalan system sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang cukup pada organ-organ vital., syndroma gagal napas, dan disseminated intravascular coagulation (DIC)/kelainan yang ditandai dengan pengurangan elemen-elemen yang terlibat dalam koagulasi darah akibat pemakaiannya pada pembekuan darah yang tersebar luas dalam pembuluh darah.
Pencegahan
Vaksinasi dengan vaksin yangmengandung ACW135Y untuk empat strain merupakan syarat mendapatkan visa untuk menjalankan ibadah haji. Di negara dimana vaksin kelompok meningokokus C diperkenalkan, kasus yang disebabkan oleh agen penyakit ini menurun secara drastis. (snd)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar