Asia Caravan to Gazza Solidarity (Part 2)
Kota Pelabuhan Lattakia
(Sabtu, 25/12/2010) Setelah 5 hari menunggu di Damaskus akhirnya pagi ini Asia Caravan to Gaza maju satu langkah ke Lattakia kota pelabuhan di utara Syria. Konvoi jumpa pers sejenak dihadiri oleh Yusuf Abbas perwakilan dari Komite Publik Syria Untuk Palestina, pada kesempatan ini karavan mengucapkan terima kasih kepada pemerintah kota Syria juga Komite Publik Syria Untuk Palestina yang telah mefasilitasi akomodasi karavan selama di Damaskus.
Konvoi berangkat ke Lattakia menggunakan 3 bus yang mengangkut seluruh peserta karavan, tepat pukul.12.00 konvoi singgah di SPBU wilayah Homs untuk sholat, saat sedang beristirahat para peserta konvoi hampir serentak melihat ke langit, ternyata ada misil peluru kendali terlihat terbang diatas kami, kemungkinan misil itu ditembakkan israel, namun kita tidak tahu diarahkan ke daerah mana, jika dihubungkan dengan berita beberapa hari belakangan perihal israel beberapa kali membombardir Gaza maka bisa jadi misil itu ditujukan ke Gaza, daerah Homs berada memang di sebelah timur berdekatan dengan wilayah yang diduduki israel. Perjalanan dilanjutkan sekitar pukul. 16.30 kita tiba alun-alun (dalam bahasa arab biasa disebut Madinah) kota Lattakia disambut oleh Gubernur Lattakia Khalil Mashadiyah, pejabat militer Lattakia, siswa-siswi yang meramaikan dengan drumband, NGO lokal dan masyarakat umum, sekitar setengah jam jumpa pers di alun-alun adzan Maghrib berkumandang, kami melanjutkan perjalanan hingga tiba di penginapan berjarak hanya 50 meter dari pelabuhan Lattakia.
Ultimatum Erdogan Untuk israel
(Ahad 26/12/2010) Hari pertama di Lattakia, gubernur Khalid Mashadiyah mendatangi penginapan kami untuk makan siang bersama peserta konvoi, beliau menyampaikan pesan-pesan, diantaranya, pemerintah Syria secara umum mendukung konvoi ini dan siap melayani keperluan konvoi selama di Lattakia.
Satu lagi yang paling penting pada siang itu informasi dari delegasi Turki yaitu Perdana Mentri Erdogan mengeluarkan pernyataan bahwa apabila israel mengganggu konvoi Asia to Gaza Soliidarity, maka Turki tidak segan-segan akan menyerang israel. Info penting juga datang dari pemerintah Mesir bahwa sejauh ini mereka siap kooperatif dengan konvoi ini hanya mereka meminta jangan ada opini negatif yang disebarkan ke publik oleh konvoi seputar pemerinttah Mesir, mereka meminta secara dari Mesir peserta konvoi menunggu sejenak.
Persyaratan Mesir
(Selasa 28/12/2010) Info baru dari Mesir bahwa mereka secara lisan menyampaikan akan memberi izin konvoi masuk Gaza melalui El Arish-Rafah dengan beberapa syarat yaitu hanya 100 orang yang boleh masuk, delegasi Iran tidak boleh ada yang masuk, dilarang membawa generator listrik dan mainan anak-anak.
Terjadi perdebatan alot dalam tubuh Komite Asia to Gaza Solidarity Caravan terkait persoalan Iran, ada 4 isu sentral yang dibawa oleh konvoi ini yaitu kemerdekaan untuk Palestina, boykot israel, mematahkan blokade terhadap Gaza dan persatuan masyarakat Asia. Isu terakhir menjadi perdebatan karena sebagian anggota konvoi mempertahankan semangat solidaritas terhada Iran, jika Iran kita tinggal maka semangat solidaritas Asia tidak terwujud menurut mereka. Hari ini belum ada keputusan dalam menyikapi Iran.
Mukhoyyam Al A’idin
(Rabu 29/12/2010) Konvoi berkunjung ke salah satu tempat pengungsian bernama Mukhoyyam Al A’idin di pinggir pantai Lattakia. Mukhoyyam Al A’idin berada sejak tahun 1984 dihuni oleh mayoritas pengungsi dari Haifa, jumlah total pengungsi sekitar 10000 jiwa, namun pengungsian adalah salah satu pengungsian yang tidak diakui oleh UNRWA.
Kami disambut oleh lembaga pengurus Mukhoyyam Al A'idin di sebuah aula, diawali pembacaan Al Qur'an oleh Syaikh Muhammad Abu Thuha dari HAMAS, kemudian pidato berturut-turut dari Marwan Abbas guru bahasa arab di sekolah khusus untuk warga Palestina, Kamil Dasuni tokoh dari Haifa, beliau mengatakan “Palestina adalah milik kami, milik bangsa arab dan Islam, bukan hanya Gaza , semoga bersatunya warga Asia ini bisa membebaskan seluruh Palestina kami”. Di Mukhoyyam ini bergabung elegasi dari Yordania, mereka memberikan sambutan diwakili oleh DR.Muhammad Said Bakr dari Rabithatul Muhandis Al Urduniy.
Delegasi Iran hari itu, mengeluarkan pernyataan bahwa mereka mmendukung konvoi untuk terus masuk Gaza walaupun tanpa mereka.
Penanaman “Syajaratul Muqowwama”
(Kamis 30/12/2010) Pada pukul.10.00 pemerintah Lattakia mengundang perwakilan konvoi bersama para mahasiswa dari Universitas Lattakia menanam 5000 pohon yang mereka namakan “Syajaratul Muqowwama”, pohon yang ditanam adalah pohon Gor penghasil bahan baku minyak wangi, hasil dari pohon ini akan diberikan kepada Palestina.
Siang harinya konvoi ke pellabuhan Lattakia untuk mempersiapkan barang bantuan yang akan diangkut oleh kapal MV SALAM dari Lattakia ke El Arish. Bantuan senilai hampir 2 juta dollar AS terdiri dari 4 van ambulance (satu dari sumbangan masyarakat Indonesia), 12 kontainer bantuan berupa obat-obatan, alat tulis, alat kesehatan, kertas dan bahan makanan berikut 2 generator listrik bertenaga surya dan mainan anak yang tidak diizinkan oleh Mesir untuk masuk ke Gaza. Kapal akan dikawal 8 perwakilan dari konvoi yaitu Aslam Khan (India), Syahin (India), Ajid Sahi (India), Brigadir (India), Omar Koeci Sakaguci (Jepang), Noorazli (Malaysia), Muhammad Husen (Indonesia), Hakim Alizade (Azerbaijan).
Pemberangkatan Kapal Bantuan MV SALAM
(Sabtu 1/1/2011) Sejak pukul.09.00 pagi para peserta konvoi telah berangkat ke pelabuhan untuk melepas 8 orang perwakilan yang akan mengawal kapal bantuan MV SALAM. Acara pelepasan itu dihadiri oleh Gubernur Lattakia dan sejumlah wartawan.
Seluruh peserta konvoi membuat barisan 2 shaf berhadapan membentuk lorong yang akan dilalui oleh 8 orang relawan yang akan naik kapal dipimpin oleh Sahin, sebelum naik ke atas kapal Ajid Sahi menyampaikan pernyataan Mahatma Ghandi, “Keberanian itu adalah bagaimana engkau siap menghadapi kematian”, kemudianmelanjutkan, “Saya yakin semua orang dalam konvoi ingin naik kapal, semua orang dalam konvoi tidak takut terhadap israel”. Tentunya keberanian itu sudah tidak diragukan lagi bagi relawan Muslim yang naik kapal, mereka semua sudah meninggalkan wasiat dan siap mmenghadapi kematian apabila kapal ini akan mengulang kisah Mavi Marmara jilid 2.
Menuju El Arish
(Ahad 2/1/2011) Mesir telah mengeluarkan izin untuk masuk ke Gaza, konvoi sejak pukul.06.00 pagi bersiap menuju Bandara Damaskus untuk kemudian diterbangkan dengan pesawat yang dicarter ke Bandara Militer El Arish, penerbangan direncanakan pukul.13.00. Sebelum berangkat terjadi insiden meledaknya salah satu bus yang akan ditumpangi oleh paserta konvoi, tercium bau karbit dari kolong bus setelah terdengar 2 kali ledakan, tidak ada yang mengetahui sebab ledakan itu, kemudian muncul spekulasi bahwa itu adalah percobaan sabotase dari Mossad, alasan ini cukup kuat karena 2 hari sebelum rencana pemberangkatan ini salah satu situs israel memberitakan pernyataan pemerintah mereka bahwa israel telah memantau kegiatan konvoi di Lattakia. Hampir 5 jam perjalanan kita akhirnya tiba di Bandara Internasional Damaskus, waktu menunjukkan pukul.11.45.
Kami menunggu di bandara, akhirnya kami terbang hingga tiba di El Arish pukul.16.30. Bandara yang kami datangi di El Arish nampaknya telah lama tidak terpakai, dan hanya ada beberapa polisi Mesir yang menyambut konvoi.
Menembus Blokade Gaza
(Ahad 2/1/2011) Beberapa jam konvoi beristirahat di El Arish, tersiar kabar bahwa Mesir tidak mengizinkan konvoi masuk Gaza malam ini karena pintu perbatasan telah ditutup sejak pukul.16.00 waktu setempat. Seluruh peserta konvoi diminta bermalam di hotel dengan biaya 50 dollar AS per orang baru kemudian besok pagi kita akan diantar masuk ke Gaza. Terjadi silang pendapat antar peserta konvoi, sebagian berpendapat menuruti permintaan Mesir sementara sebagian berpendapat untuk melakukan protes keras dan memaksa Mesir membuka perbatasan mmengingat mereka punya otoritas penuh untuk dapat membuka perbatasan jika memang Mesir memiliki itikad baik terhadap Asia to Gaza Solidarity Caravan. Pendapat kedua menjadi pilihan, seluruh peserta konvoi melakukan protes keras di bandara El Arish sampai Mesir mengizinkan konvoi masuk ke Gaza malam itu juga.
Setelah lebih dari 5 jam bertahan di bandar El Arish akhirnya Mesir mengizinkan konvoi masuk Gaza pada malam itu. Pukul 22.00 kami diiantar ke perbatasan Rafah, 1 jam perjalanan hingga tiba di Rafah, proses pemeriksaan berjalan hampir 2 jam, pukul. 23.54 konvoi benar-benar tiba di Gaza disambut perwakilan pemerintah HAMAS yang telah menunggu kami sejak sore hari. Namun kapal bantuan masih tertinggal di El Arishdan dilarang merapat ke pelabuhan oleh pemerintah Mesir. Nampaknya ini merupakan balasan mereka atas protes keras konvoi untuk memasuki Gaza.
Bertemu Keluarga Para Tawanan
(Senin 3/1/2011) Konvoi mengunjungi Kementrian Pembebasan Tawanan,berjumpa dengan keluarga para tawanan. Sampai hari ini ratusan warga Palestina menjadi tawanan Israel tanpa tahu sampai kapan mereka akan dibebaskan, termasuk para wanita, dalam kesempatan ini kami diputarkan film dokumenter tentang seorang akhwat bernama Ummu Yusuf yang melahirkan anaknya Yusuf dan membesarkan anaknya di penjara.
Museum Thufa Saksi Keberanian Syuhada HAMAS
Berkunjung ke Museum Thufa, yang memperlihatkan kekejaman Israel dan perjuangan rakyat Gaza. Di tempat ini diperlihatkan foto-foto perang, para syuhada serta barang-barang peninggalan para syuhada.
Dari museum ini terlihat rakyat Gaza sangat bangga dengan pengorbanan mereka dalam membela tanah kaum Muslimin dan menjaga kehormatan Islam.
Mukhoyyam Buroiz
Mengunjungi Camp Pengungsi Buroyz yang dihuni 4000 pengungsi Gaza. Gaza adalah salah satu wilayah yang masih bisa dihuni warga Palestina sehingga wilayah ini dihuni oleh banyak pengungsi dari berbagai wilayah Palestina yang telah direbut israel. Di pengungsian ini tinggal seorang tokoh HAMAS Isa Al Bathran yang rumahnya di bom israel sehingga beliau dan keluarganya syahid. Pemandangan yang menarik ketika konvoi bersama warga pengungsi berkumpul di sebuah lapangan untuk mengadakan acara orasi bebas adalah setiap masuk waktu sholat acara langsung dihentikan dan salah satu orang mengumandangkan adzan,seluruh yang hadir langsung melaksanakan sholat bersama, luar biasa sebuah kebiasaan yang baik utnuk menjaga sholat di awal waktu.
Berjumpa Dengan Ismmail Haniya
(Selasa 4/1/2011) Jumpa Perdana Mentri Ismail Haniya, dalam pidatonya beliau berpesan kepada masyarakat internasional untuk terus melakukan upaya-upaya menembus blokade karena dengan semakin tingginya frekuensi aksi-aksi solidaritas menembus blokade akan menyebabkan semakin lemahnya blokade israel terhadap Gaza serta meningkatkan perhatian dunia terhadap kekejian israel terhadap Palestina.
Khusus untuk Asia to Gaza Solidarity Caravan, beliau mengatakan konvoi ini memiliki keistimewaan bagi masyarrakat Gaza disebabkan beberapa alasan, pertama, konvoi ini datang dari negara-negara Asia yang secara tradisional bersahabat dan mendukung perjuangan bangsa Palestina. Itulah mengapa konvoi ini memiliki arti penting bagi Palestina. Itulah mengapa kami terus mengikuti perjalanan konvoi sedari awal dan menantikan kedatangan mereka.
Kedua, para peserta konvoi ini berasal dari beragam latar belakang. Ada aktivis kemanusiaan, aktivis serikat buruh, aktivis serikat tani, anggota parlemen, penulis, dan wartawan. Mereka juga datang dari beragam usia, dari bayi yang belum berumur satu tahun hingga orang tua yang sudah berusia lebih daripada 70 tahun. Ketiga, konvoi ini telah menempuh jarak dan waktu yang panjang untuk mencapai Gaza dan ada bersama kami. Mereka telah menempuh ribuan kilometer perjalanan darat, laut, dan udara. Mereka telah melakukan perjalanan selama lebih daripada satu bulan.
Berkunjung ke Kediaman Mentri Kesehatan Pemerintah HAMAS
(Selasa 4/1/2011) Jumpa Mentri Kesehatan dan Olah Raga Gaza, Dr. Basim Na’im. Dalam kesempatan ini HASI (Hilal Ahmar Society Indonesia mengutarakan rennca pembangunan Bank Darah di Gaza.
DR.Basim Na’im menanggapi rencana ini secara positif, beliau menyatakan
- Secara umum Kementrian Kesehatan mendukung rencana ini.
- Di Gaza tidak ada UU khusus yang mengatur monopoli urusan darah kepada lembaga tertentu seperti PMI di Indonesia. Regulasi secara umum terkait SOP mengikuti standar WHO.
- LSM yang bergerak dibidang ini cukup berkoordinasi dengan Kementrian Kesehatan, untuk urusan intern Bank Darah bisa mengurus secara otonom.
- Kementrian Kesehatan siap membantu untuk pembangunan Bank Darah termasuk pengadaan alat-alat yang diperlukan.
Survey Lahan Rumah Sakit dan Bank Darah Indonesia Gaza
(Selasa 4/1/2011) Survey lahan yang akan dibangun Rumah Sakit Indonesia dan Bank Darah, Bayt Lahiya, Gaza Utara.
Alasan pemilihan tempat, diantaranya
- Bayt Lahiya adalah wilayah yang paling parah terkena serangan israel. Serangan israel 2009, menewaskan lebih dari 400 orang warga, 315 rumah, pasar, jalan-jalan rusak.
- Belum ada RS khusus trrauma di Bayt Lahiya, termasuk billa terjadi perang kebutuhan suplai darah bagi korban menjadi masalah yang sangat urgen.
Ketika tim HASI berkunjung ke lahan ini, ada warga yang mengabarkan kepada kami untuk segera menjauh dari wilayah ini karena kemungkinan israel aan mengirimkan roketnya ke wiilayah ini mengingat baru saja salah satu faksi perlawanan melontarkan roket ke israel dari wilayah ini. Perkiraan itu benar malam hari sekitar pukul.23.00 ketika kami berada di Rafah dalam rangka menjemput 8 relawan yang berhasil masuk Gaza walaupun bantuan yang masuk ke Gaza baru 3 ambulance saja, setelah mereka tertahan di pelabuhan El Arish lebih dari 48 jam, saat itu israel menjatuhkan 2 roket masing-masing di Rafah dan wilayah Bayt Lahiya.
Berkunjung Ke Banka Darah RS Asy Syifa
(Rabu 5/1/2011) Kunjungan ini dalam rangka studi banding HASI berkaitan dengan regulasi Bank Darah di Gaza.
Dari kunjungan ini HASI mendapatkan data sebagai berikut,
- Bank Darah Asy Syifa berperan sebagai central Bank Darah milik pemerintah Gaza, sehingga juga harus memenuhi kebutuhan darah di RS-RS lain.
- Per bulan mereka hanya bisa menggumpulkan 200 unit darah, laboraturium kurang luas.
- Kasus yang mereka tangani kebanyakan adalah trauma ketika perang dan pasca perang, kebutuhan darah bisa melonjak sampai 1000 unit sehingga mereka tidak bisa mencukupi kebutuhan darah.
- Mereka mengingatkan bahwa kami masih dalam kondisi perang, sewaktu-waktu serangan dahsyat bisa terjadi, untuk itu masih perlu ditambah keberadaan Bank Darah di Gaza.
- Selama ini mereka hanya mengandalkan donor yang datang ke tempat mereka.
Berkunjung ke CBBS (Central Blood Bank Society) Gaza
(Rabu 5/1/2011) Sama halnya dengan kunjungan ke Bank Darah RS Asy Syifa, kedatangan HSI ke CBBS dalam rangka studi banding seputar regulasi Bank Darah di Gaza. Dalam kkesempatan ini salah satu relawan HASI bermaksud melakukan donor darah di tempat itu, namun mereka menilai Hemoglobin (Hb) yang dimiliki belum mencukupi yaitu tercatat dalam hasil pemeriksaan sebesar 14,3 sementara standar mereka minimal pendonor harus memiliki Hb 15, hal ini berbeda dengan standar di Indonesia dimana Hb 14 itu sudah cukup bagus untuk melakukan donor.
Dalam kunjungan ini HASI mendapati data sebagai berikut,
- CBBS adalah lembaga non pemerintah yang konsern mengurusi persoalan darah di Gaza bekerjasama dengan WHO.
- Menghasilkan 700 unit darah/bulan, sementara kebutuhan RS-RS yang harus mereka suplai mencapai 2000 unit/bulan.
- Mereka siap berkolaborasi dengan Bank Darah yang akan dibangun di RS Indonesia Gaza.
- Dalam kesempatan ini mereka memberikan regulasi standar alur distribusi pengelolaan Bank Darah berikut koordinasi dengan MOH.
Survey Rumah Sakit Di Jabaliya
(Rabu 5/1/2011) Dalam kesempatan ini HASI berjumpa dengan LSM Zakat yang berkonsentrasi untuk membangun RS di wilayah Jabaliya khusus untuk perang.
Wilayah Jabaliya terletak di utara Gaza sekitar 2 km dari Bayt Lahiya (termasuk daerah yang parah terkena dampak perang), meski berjarak cukup dekat dengan Bayt Lahiya yang memiliki RS, namun apabila terjadi perang israel memblokade jalan dari Jabaliya ke Bayt Lahiya sehingga banyak korban perang tidak bisa dirawat di RS, untuk itu mereka berharap untuk mendapat dukungan dalam membangun RS pertama di Jabaliya.
Berjumpa Pengurus Anak Yatim di Gaza
(Rabu 5/1/2011) LSM Salam berkonsentrasi menyantuni lebih dari 2000 anak-anak yatim di Gaza termasuk anak-anak para syuhada di Gaza. Mereka bekerjasama dengan berbagai LSM diluar Gaza untuk terus membiayai anak-anak yatim di Gaza.
Mereka mendapat dana dari suatu Lembaga Kemanusiaan dari Jerman, namun pasca tragedi Mavi Marmara Lembaga Kemanusiaan dari Jerman tersebut dibubarkan dan mereka hingga hari ini kesulitan dalam memperoleh bantuan dana untuk menyantuni anak-anak yatim di Gaza.
Hari Terakhir Di Gaza
(Kamis 9/1/2011) Sebelum menuju perbatasan konvoi berkunjung ke IUG (Islamic University Gaza) untuk menghadiri seminar bertajuk Internasional Law and The Future of Palestine. Dalam kesempatan itu, kita berjumpa dengan rektor kampus Prof.DR. Kamalian Shath. Beberapa fakultas terdapat di Universitas terbesar di Gaza ini diantaranya, fakultas Syari’ah, fakultas hadits, fakultas tehnik, fakultas kedokteran, fakultas Sains dengan sarana dan prasarana yang memadai sebagai sebuah Universitas bertaraf internasional.
Dalam brosur yang dibagikan terlihat nama-nama dosen yang mengajar, ternyata bukan hanya dosen lokal melainkan dosen-dosen dari luar negri pun ada seperti dari Jerman dan Malaysia, kampus ini juga menerima Mahasiawa dari luuar negri. Satu hal menarik yang terlihat di kampus ini adalah adanya pemisahan area antara laki-laki dan wanita selama di dalam area kampus.
Keluar Dari Gaza Menuju Kairo
(Kamis 6/1/2011) Sore hari konvoi tiba di perbatasan Rafah setelah berkunjung ke Islamic University Gaza, dalam waktu bersamaan bantuan kemanusiaan yang dibawa oleh konvoi baru dapat memasuki Gaza. Bantuan yang bisa masuk hanya 8 truk kontainer berisi obat-obatan, alat kesehatan sementara 4 truk kontainer lainnya berisi buku-buku dan bahan makanan dilarang masuk oleh Mesir tanpa allasan yang jelas.
Konvoi tiba di Rafah bagian Mesir pukul. 17.30, seluruh peserta tertahan disana hingga pukul. 22.00 baru diberangkatkan ke Kairo. Sebelum keberangkatan terjadi kericuhan dimana bus yang disediakan hanya 2 dan tidak cukup menampung seluruh peserta konvoi padahal konvoi telah membayar sewa untuk 3 bus, selain itu polisi Mesir menahan semua passpor peserta konvoi padahal visa telah dibayar, akhirnya konvoi tetap berangkat dengan 2 bus. Ketika tiba di Ismailiyah bus terpisah, salah satu bus yang ditumpangi relawan HASI mengalami kecelakaan menabrak pembatas jalan tol, penyebabnya belum diketahui 2 orang luka agak serius, peserta konvoi dibiarkan di tepi jalan selama 2 jam lebih tanpa kejelasan, hal aneh terjadi ketika kecelakaan itu adalah ambulance tiba-tiba datang begitu cepat kurang dari 5 menit pasca kecelakaan padahal itu terjadi pukul.02.00 dini hari sementara setelah itu peserta lain dibiarkan tanpa kejelasan.
Muncul beberapa spekulasi bahwa ini ada hubungannya dengan sabotase karena bus terlihat rusak parah diantaranya penghubung ban depan lepas kemungkinan bus memang sudah dalam kondisi tidak sehat karena disengaja, hal yang mendukung analisa ini adalah berkaitan dengan ambulance yang tiba-tiba muncul begitu cepat seperti telah direncanakan.
Tiba di Indonesia
(Jumat 7/1/2011) Konvoi mulai berpisah di Bandara Internasional Kairo, masing-masing kembali ke negaranya termasuk delegasi Indonesia, semua peserta konvoi “dikarantina” di bandara sejak pagi hingga akan menaiki pesawat, passpor mereka ditahan dan baru diberikan manakala mereka akan masuk ke pesawat terbang, hal ini dilakukan Mesir tanpa alasan intinya mereka tidak mengizinkan peserta konvoi untuk keluar bandara dan memastikan semuanya kembali ke negaranya tanpa menetap sesaat pun di Mesir kecuali menunggu penerbangan. Pukul. 18.55 delegasi Indonesia berangkat, passpor baru dibagikan dan delegasi Indonesia transit di Dubai dan kemudian melanjutkan penerbangan ke Jakarta.
(Sabtu 8/1/2011) Pukul. 15.45 delegasi Indonesia tiba di Bandara Soekarno-Hatta, disambut oleh keluarga dan rekan-rekan dari Voice of Palestine (VoP), HASI (Hilal Ahmar Society Indonesia) dan MER-C. Suasana cukup hangat masing-mmasing delegasi menerima ucapan selamat dari keluarga dan rekan-rekan yang hadir. Alhamdulillah semoga ini bukan kunjungan terakhir ke Gaza, Palestina.(Angga)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar