Majalah Hilal Ahmar EDISI 40/VI/ OKTOBER 2010 |
SEHAT KHUSUS |
RABUN SAAT MELIHAT BENDA JAUH
DAN SAAT MEMBACA
( KELAINAN REFRAKSI PADA MATA )
Mata adalah salah satu dari indera tubuh manusia yang berfungsi untuk penglihatan. Meskipun fungsinya bagi kehidupan manusia sangat penting, namun sering kali kurang terperhatikan, sehingga banyak penyakit yang menyerang mata tidak diobati dengan baik dan menyebabkan gangguan penglihatan sampai kebutaan.
Gangguan penglihatan yang paling sering dialami adalah rabun, dapat berupa rabun melihat benda jauh, rabun melihat benda pada jarak dekat,
rabun ketika sedang membaca yang biasanya dialami mereka yang berusia di atas 40 tahun atau campuran dari rabun melihat benda jauh dan rabun ketika sedang membaca.
Semua jenis rabun mata pada intinya merupakan gangguan memfokuskan bayangan benda yang dilihat atau kelainan refraksi(Ametropia).
Kelainan refraksi(Ametropia) adalah penyimpangan sinar-sinar sejajar yang dipantulkan dari benda yang kita lihat, dimana sinar-sinar tersebut dibiaskan oleh lensa mata dalam keadaan rileks tidak tepat pada retina. Kelainan refraksi dapat diatasi dengan menggunakan kaca mata atau lensa kontak.
Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada retina. Secara umum, terjadi ketidak seimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan tidak terletak pada satu titik fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan terjadinya kelainan kelengkungan kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang sumbu bola mata.
Ametropia adalah suatu keadaan mata dengan kelainan refraksi sehingga pada mata yang dalam keadaan istirahat memberikan fokus yang tidak terletak pada retina. Ametropia dapat ditemukan dalam bentuk kelainan miopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat), dan astigmat.
AkomodasiPada keadaan normal cahaya berasal dari jarak tak berhingga atau jauh akan terfokus pada retina, demikian pula bila benda jauh tersebut didekatkan, hal ini terjadi akibat adanya daya akomodasi lensa yang memfokuskan bayangan pada retina. Jika berakomodasi, maka benda pada jarak yang berbeda-beda akan terfokus pada retina. Akomodasi adalah kemampuan lensa di dalam mata untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot siliar. Akibat akomodasi, daya pembiasan lensa yang mencembung bertambah kuat. Kekuatan akan meningkat sesuai dengan kebutuhan, makin dekat benda makin kuat mata harus berakomodasi. Refleks akomodasi akan bangkit bila mata melihat kabur dan pada waktu melihat dekat. Bila benda terletak jauh bayangan akan terletak pada retina. Bila benda tersebut didekatkan maka bayangan akan bergeser ke belakang retina. Akibat benda ini didekatkan penglihatan menjadi kabur, maka mata akan berakomodasi dengan mencembungkan lensa. Kekuatan akomodasi ditentukan dengan satuan Dioptri (D), lensa 1 D mempunyai titik fokus pada jarak 1 meter.
Macam-macam kelainan Refraksi
1. Mata Miopia
Sering dikatakan rabun jauh, yaitu penurunan ketajaman penglihatan jauh jika dibanding dengan orang normal tetapi dapat melihat dekat dengan lebih baik. Miopia terjadi jika kornea (terlalu cembung) dan lensa (kecembungan kuat) berkekuatan lebih atau bola mata terlalu panjang sehingga titik fokus sinar yang dibiaskan akan terletak di depan retina. Keluhan yang biasanya dirasakan oleh penderita myopia adalah buram dalam melihat benda jauh, mata cepat lelah, pusing dan sering berair. Kelainan ini dapat dikoreksi dengan pemberian kaca minus/ cekung.
Gbr.1 : Mata Miopia
Miopia ditentukan dengan ukuran lensa negatif dalam Dioptri. Klasifikasi miopia antara lain: ringan (3D), sedang (3 – 6D), berat (6 – 9D), dan sangat berat (>9D).
Gejala miopia antara lain penglihatan kabur melihat jauh dan hanya jelas pada jarak tertentu/dekat, selalu ingin melihat dengan mendekatkan benda yang dilihat pada mata, gangguan dalam pekerjaan, dan jarang sakit kepala.
Koreksi mata miopia dengan memakai lensa minus/negatif ukuran teringan yang sesuai untuk mengurangi kekuatan daya pembiasan di dalam mata. Biasanya pengobatan dengan kaca mata dan lensa kontak. Pemakaian kaca mata dapat terjadi pengecilan ukuran benda yang dilihat, yaitu setiap -1D akan memberikan kesan pengecilan benda 2%. Pada keadaan tertentu, miopia dapat diatasi dengan pembedahan pada kornea antara lain keratotomi radial, keratektomi fotorefraktif, Laser Asissted In situ Interlamelar Keratomilieusis (Lasik).
2. Mata Hipermetropia
Yaitu penderita dengan kelainan ini mengeluh ketajaman penglihatannya kabur baik jauh maupun dekat. Hipermetropia terjadi jika kekuatan yang tidak sesuai antara panjang bola mata dan kekuatan pembiasan kornea dan lensa lemah sehingga titik fokus sinar terletak di belakang retina. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan panjang sumbu bola mata (hipermetropia aksial), seperti yang terjadi pada kelainan bawaan tertentu, atau penurunan indeks bias refraktif (hipermetropia refraktif), seperti afakia (tidak mempunyai lensa). Keluhan yang biasanya dirasakan oleh penderita hipermetrop adalah buram dalam melihat benda jauh maupun dekat, mata cepat lelah, pusing dan sering berair. Kelainan ini dapat dikoreksi dengan lensa plus / cembung.
Gambar 2. Mata Hipermetropia
Pasien dengan hipermetropia mendapat kesukaran untuk melihat dekat akibat sukarnya berakomodasi. Bila hipermetropia lebih dari + 3.00 D maka penglihatan jauh juga akan terganggu. Pasien hipermetropia hingga + 2.00 D dengan usia muda atau 20 tahun masih dapat melihat jauh dan dekat tanpa kaca mata tanpa kesulitan, namun tidak demikian bila usia sudah 60 tahun. Keluhan akan bertambah dengan bertambahnya umur yang diakibatkan melemahnya otot siliar untuk akomodasi dan berkurangnya kekenyalan lensa. Pada perubahan usia, lensa berangsur-angsur tidak dapat memfokuskan bayangan pada retina sehingga akan lebih terletak di belakangnya. Sehingga diperlukan penambahan lensa positif atau konveks dengan bertambahnya usia. Pada anak usia 0-3 tahun hipermetropia akan bertambah sedikit yaitu 0-2.00 D.
Pada hipermetropia dirasakan sakit kepala terutama di dahi, silau, dan kadang juling atau melihat ganda. Kemudian pasien juga mengeluh matanya lelah dan sakit karena terus-menerus harus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang terletak di belakang retina. Pasien muda dengan hipermetropia tidak akan memberikan keluhan karena matanya masih mampu melakukan akomodasi kuat untuk melihat benda dengan jelas. Pada pasien yang banyak membaca atau mempergunakan matanya, terutama pada usia yang telah lanjut akan memberikan keluhan kelelahan setelah membaca. Keluhan tersebut berupa sakit kepala, mata terasa pedas dan tertekan.
Mata dengan hipermetropia akan memerlukan lensa cembung atau konveks untuk mematahkan sinar lebih kuat kedalam mata. Koreksi hipermetropia adalah diberikan koreksi lensa positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal. Pasien dengan hipermetropia sebaiknya diberikan kaca mata lensa positif terbesar yang masih memberikan tajam penglihatan maksimal.
Mata Astigmatisma
Mata asigmatisme atau sering disebut juga mata cylindris yaitu kelainan ketajaman penglihatan disebabkan karena penderita tidak dapat melihat sama jelas pada gambar disatu bidang datar sehingga penderita biasanya merasa berbayang dalam melihat benda jauh. Astigmata terjadi jika kornea dan lensa mempunyai permukaan yang rata atau tidak rata sehingga tidak memberikan satu fokus titik api. Variasi kelengkungan kornea atau lensa mencegah sinar terfokus pada satu titik. Sebagian bayangan akan dapat terfokus pada bagian depan retina sedang sebagian lain sinar difokuskan di belakang retina. Akibatnya penglihatan akan terganggu. Mata dengan astigmatisme dapat dibandingkan dengan melihat melalui gelas dengan air yang bening. Bayangan yang terlihat dapat menjadi terlalu besar, kurus, terlalu lebar atau kabur.
Seseorang dengan astigmat akan memberikan keluhan : melihat jauh kabur sedang melihat dekat lebih baik, melihat ganda dengan satu atau kedua mata, melihat benda yang bulat menjadi lonjong, penglihatan akan kabur untuk jauh ataupun dekat, bentuk benda yang dilihat berubah, mengecilkan celah kelopak, sakit kepala, mata tegang dan pegal, mata dan fisik lelah. Koreksi mata astigmat adalah dengan memakai lensa dengan kedua kekuatan yang berbeda yaitu dengan lensa cylindris. Astigmat ringan tidak perlu diberi kaca mata.
Mata Presbiopia
Presbiopia adalah perkembangan normal yang berhubungan dengan usia, yaitu akomodasi untuk melihat dekat perlahan-lahan berkurang. Presbiopia terjadi akibat penuaan lensa (lensa makin keras sehingga elastisitas berkurang) dan daya kontraksi otot akomodasi berkurang. Mata sukar berakomodasi karena lensa sukar memfokuskan sinar pada saat melihat dekat.
Gambar 3. Mata Presbiopia
Gejala presbiopia biasanya timbul setelah berusia 40 tahun. Usia awal mula terjadinya tergantung kelainan refraksi sebelumnya, kedalaman fokus (ukuran pupil), kegiatan penglihatan pasien, dan lainnya. Gejalanya antara lain setelah membaca akan mengeluh mata lelah, berair, dan sering terasa pedas, membaca dengan menjauhkan kertas yang dibaca, gangguan pekerjaan terutama di malam hari, sering memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca. Koreksi dengan kaca mata bifokus untuk melihat jauh dan dekat. Untuk membantu kekurangan daya akomodasi dapat digunakan lensa positif. Pasien presbiopia diperlukan kaca mata baca atau tambahan untuk membaca dekat dengan kekuatan tertentu sesuai usia, yaitu: +1D untuk 40 tahun, +1,5D untuk 45 tahun, +2D untuk 50 tahun, +2,5D untuk 55 tahun, dan +3D untuk 60 tahun. Jarak baca biasanya 33cm, sehingga tambahan +3D adalah lensa positif terkuat yang dapat diberikan.
Penatalaksanan Kelainan Refraksi
1. Lensa Kacamata
Kacamata masih merupakan metode paling aman untuk memperbaiki refraksi. Keuntungan kacamata pada orang miopia adalah kemampuannya untuk membaca huruf-huruf cetak yang paling kecil tanpa memakai kacamata walaupun usianya lebih lanjut. Kerugian memakai kacamata pada mata dengan miopia:
- Walaupun kacamata memberikan perbaikan penglihatan ia akan bertambah berat bila ukuran bertambah, selain mengganggu penampilan atau kosmetik.
- Ukuran benda yang dilihat akan lebih kecil dari sesungguhnya, setiap -1.00 dioptri akan memberi kesan pengecilan benda 2%.
- Bila memakai kacamata dengan keuatan -10.00 D maka akan terjadi pengecilan sebesar 20%.
- Tepi gagang disertai tebalnya lensa akan mengurangi lapang pandangan tepi.
Kacamata yang diperlukan seseorang dengan hipermetropia adalah lensa positif atau konveks yang merupakan lensa yang tebal di tengah.
2. Lensa Kontak
Lensa kontak keras, yang terbuat dari polimetilmetakrilat, merupakan lensa kontak pertama yang bernar-benar berhasil dan memperoleh penerimaan yang luas sebagai pengganti kacamata. Pengembangan selanjutnya antara lain adalah lensa kaku yang permeabel-udara, yang terbuat dari asetat bultirat selulosa, silikon, atau berbagai polimer plastik dan silikon; dan lensa kontak lunak, yang terbuat dari bermacam-macam plastik hidrogel, yang semuanya menghasilkan kenyamanan yang lebih baik tetapi resiko penyulit serius leih besar.
Lensa kontak lunak, terutama bentuk-bentuk yang lebih lentur, mengadopsi bentuk kornea pasien. Dengan demikian, daya refraksinya terdapat hanya pada perbedaan antara kelengkungan depan dan belakang, dan lensa ini hanya sedikit mengoreksi astigmatisma kornea kecuali apabila disertakan koreksi silindris.
Lensa kontak mengurangi masalah penampilan atau kosmetik akan tetapi perlu diperhatikan kebersihan dan ketelitian pemakaiannya. Selain masalah pemakaiannya, perlu diperhatikan masalah lama pemakaian, infeksi, dan alergi terhadap bahan yang dipakai.
3. Bedah Keratorefraktif
Bedah Keratorefraktif mencakup serangkaian metode untuk mengubah kelengkungan permukaan anterior mata. Adalah tidak mungkin untuk memendekkan bola mata pada miopia. Pada keadaan tertentu miopia dapat diatasi dengan pembedahan pada kornea.
Pada saat ini terdapat berbagai cara pembedahan pada miopia seperti:
- Keratotomi radial, radial keratotomy (RK)
- Keratotomi fotorefraktif, Photorefractive Keratotomy (PRK)
- Laser Assisted in Situ Interlameral Keratomilieusis (LASIK)
Pencegahan
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Untuk mencegah terjadinya kelainan refraksi pada anak ada baiknya memperhatikan hal-hal berikut:
- Ajarkan kepada anak untuk duduk dengan posisi tegak ketika menulis.
- Istirahatkan mata setiap 30-60 menit setelah menonton TV, komputer atau setelah membaca.
- Aturlah jarak baca yang tepat (> 30 cm).
- Gunakan penerangan yang cukup.
- Jangan biarkan anak membaca dengan posisi tidur.
Sumber :
www.klikdokter.com
http://optic.kasoem.co.id
SEHAT KHUSUS |
Majalah Hilal Ahmar EDISI 40/VI/ OKTOBER 2010 |
Permisi Mas, perkenalkan saya Widodo. Saya mau mengajak mas tukaran link, karena sepertinya tulisan kita ada yang senada. Yaitu mengenai Kesehatan Mata:
BalasHapushttp://agungfarma.com/?p=34
Kalau mas berkenan untuk tukaran link, bisa hubungi saya di: 083181710859
Ditunggu kabarnya ya mas