Majalah Hilal Ahmar EDISI 40/VI/ OKTOBER 2010 |
GIZI |
SOLUSI GIZI UNTUK ANEMIA
Anemia atau lazim dikenal di masyarakat dengan penyakit kurang darah kerap terjadi pada wanita . Anemia berbeda dengan darah rendah , karena anemia terjadi apabila seseorang mempunyai kadar Hemoglobin / Hb rendah atau dibawah angka normal yang dapat diketahui dengan memeriksakan darah di laboratorium, sedangkan disebut darah rendah bila seseorang mempunyai tekanan darah di bawah normal yang diukur dengan menggunakan tensimeter.
Gejala yang sering dirasakan oleh penderita anemia adalah khas, lazim dikenal dengan 4 L yaitu Lemah , Letih , Lelah dan Lesu seperti klaim sebuah produk obat tertentu . Tetapi ada pula gejala lain dari anemia ini , seperti : kurang energi, kurang nafsu makan, daya konsentrasi menurun, sakit kepala, mudah terinfeksi penyakit, stamina tubuh menurun, dan pandangan berkunang-kunang - terutama bila bangkit dari duduk. Selain itu, wajah, selaput lendir kelopak mata, bibir, dan kuku penderita tampak pucat. Kalau anemia sangat berat dan telah berlangsung kronis, dapat berakibat penderita sesak napas, bahkan lemah jantung.
Penyebab dari anemia ini adalah bisa karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B12. Tetapi yang sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi.
Anemia bisa menyerang siapa saja , tanpa pandang bulu , di antaranya yaitu :
1. Mereka yang karena aktif, amat sibuk, dan punya keterbatasan waktu sehingga tidak bisa mengikuti pola makan yang memenuhi kebutuhan akan zat besi.
2. Meningkatnya kebutuhan karena kondisi fisiologis, misalnya hamil, kehilangan darah karena kecelakaan, pascabedah atau menstruasi, adanya penyakit kronis atau infeksi, misalnya infeksi cacing tambang, malaria, tuberkulose atau TB (dulu dikenal sebagai TBC).
3. Mereka yang berdiet pun terbuka kemungkinan menderita anemia karena diet yang berpantang telur, daging, hati, atau ikan. Padahal jenis pangan itu sumber zat besi yang mudah diserap tubuh. Tak heran bila para vegetarian cenderung mudah menderita anemia. Apalagi disertai kebiasaan tidak sarapan atau frekuensi makan tidak teratur tanpa kualitas makanan seimbang.
4. Demikian pula pengidap gangguan penyerapan zat besi dalam usus. Ini bisa terjadi karena gangguan pencernaan atau dikonsumsinya substansi penghambat seperti kopi, teh, atau serat makanan tertentu tanpa asupan zat besi yang cukup.
5. Wanita, terutama, perlu memberi perhatian khusus pada anemia. Hal ini dikarenakan beberapa fase dalam kehidupan wanita , seperti :
a) Fase remaja , dimana pada fase ini , wanita mengalami haid di masa pubertas yang sangat memerlukan zat gizi cukup seperti zat besi, vitamin A, dan kalsium. Sayangnya, akibat menstruasi ia harus kehilangan zat besi hingga dua kali jumlah yang dikeluarkan pria. Pada wanita dewasa dengan berat badan 55 kg, zat besi yang keluar lewat saluran pencernaan dan kulit atau kehilangan basal berjumlah 0,5 - 1,0 mg per hari, atau umumnya sekitar 0,8 mg per hari. Sedangkan jumlah zat besi yang hilang karena haid, pada 95% populasi adalah 1,6 mg per hari. Sehingga jumlah zat besi yang hilang akibat haid ditambah kehilangan basal menjadi sekitar 2,4 mg per hari pada 95% populasi. Tak heran bila wanita cenderung menderita kekurangan zat besi karena hilangnya zat itu di kala haid tiap bulan tanpa diimbangi asupan makanan yang cukup mengandung zat besi. Selain itu , biasanya pada fase ini , beberapa remaja putri senang melakukan diet demi mendapatkan bentuk tubuh ideal tanpa memperhatikan asupan gizi yang masuk terutama zat besi sehingga mereka rentan terkena anemia .
b) Fase hamil dan menyusui. Pada tiga bulan pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat. Menginjak tiga bulan kedua hingga ketiga, volume darah dalam tubuh wanita akan meningkat sampai 35%, ini setara dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah merah harus mengangkut oksigen lebih banyak untuk janin. Sedangkan saat melahirkan, perlu tambahan besi 300 - 350 mg akibat kehilangan darah. Saat menyusui, meski biasanya wanita tidak mengalami haid, tapi ibu tetap kehilangan zat besi dan kalsium melalui ASI. Selain kehilangan basal normal sekitar 0,8 mg, kehilangan zat besi melalui ASI mencapai sekitar 0,3 mg per hari. Anemia pada ibu hamil bukan tanpa risiko. Menurut penelitian, tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Selain itu, hewan percobaan yang bunting dan kekurangan zat besi melahirkan anak-anak dengan daya tahan rendah terhadap infeksi.
Maka , jangan menganggap remeh anemia , berikut beberapa tips gizi khusus untuk mencegah anemia :
1. Terutama untuk wanita hamil, wanita pekerja, dan wanita yang telah menikah prahamil telah dilakukan penanggulangan anemia secara nasional dengan pemberian suplementasi pil zat besi. Malah ibu hamil sangat disarankan minum pil ini selama tiga bulan, yang harus diminum setiap hari. Penelitian menunjukkan, wanita hamil yang tidak minum pil zat besi mengalami penurunan cadangan besi cukup tajam sejak minggu ke-12 usia kehamilan.Sayangnya, cara ini memberikan efek seperti mual, diare, dan lainnya. Maka, alternatifnya adalah mengkonsumsi makanan yang diperkaya dengan zat besi, misalnya berbentuk susu atau roti.
2. Penderita anemia ringan lebih tepat bila mengupayakan perbaikan menu makanan. Misalnya, dengan meningkatkan konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi seperti telur, susu, hati, ikan, daging, kacang-kacangan (tempe, tahu, oncom, kedelai, kacang hijau), sayuran berwarna hijau tua (kangkung, bayam, daun katuk), dan buah-buahan (jeruk, jambu biji, pisang). Perhatikan pula gizi makanan dalam sarapan dan frekuensi makan yang teratur, terutama bagi yang berdiet.
3. Biasakan pula menambahkan substansi yang memudahkan penyerapan zat besi seperti vitamin C, air jeruk, daging, ayam, dan ikan. Sebaliknya, substansi penghambat penyerapan zat besi seperti teh dan kopi patut dihindari.
4. Berkonsultasilah dengan dokter bila anemia berkaitan dengan kesehatan, misalnya infeksi, penyakit kronis, atau gangguan pencernaan.
GIZI |
Majalah Hilal Ahmar EDISI 40/VI/ OKTOBER 2010 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar