Majalah Hilal Ahmar EDISI 40/VI/ OKTOBER 2010 |
TUBUH KITA |
Kolesterol
Kadar kolesterol darah adalah kadar kolesterol yang terlarut dalam plasma darah. Kolesterol terdapat dalam jaringan dan lipoprotein plasma yang bisa berupa kolesterol bebas atau gabungan dengan asam lemak rantai panjang sebagai ester kolesterol. Kolesterol sangat larut dalam lemak tetapi hanya sedikit yang larut dalam air, dan membentuk ester dengan asam lemak. Kolesterol merupakan produk metabolisme hewan sehingga terdapat banyak pada makanan yang berasal dari hewan seperti kuning telur, daging, hati, dan otak. Separuh dari jumlah kolesterol tubuh berasal dari sintesis dan sisanya berasal dari makanan sehari-hari yang berupa karbohidrat (glukosa), lemak ( asam lemak), dan protein ( asam amino).
Pada dasarnya kolesterol beredar dalam bentuk lipoprotein plasma yang dibentuk oleh hati, tetapi semua sel tubuh selain hati juga membentuk kolesterol meskipun dalam jumlah yang sedikit. Manfaat kolesterol non membran adalah untuk membentuk asam kolat di dalam hati. Sekitar 80% kolesterol digunakan untuk membentuk asam kolat ini. Selain itu kolesterol berkonjugasi dengan zat lain untuk membentuk garam empedu, yang membantu pencernaan dan absorpsi lemak. Sisanya sekitar 20% kolesterol digunakan untuk berbagai keperluan antara lain membentuk hormon adrenokortikal, membentuk progesteron dan estrogen, dan untuk membentuk testosteron. Sekitar 1 gram kolesterol dieliminasi dari tubuh setiap hari. Separuh dari kolesterol ini diekskresikan ke dalam feses setelah dikonversi menjadi asam empedu, dan sisanya diekskresikan sebagai kolesterol.
Peningkatan jumlah kolesterol yang dicerna tiap hari sedikit meningkatkan konsentrasi plasma, tetapi bila kolesterol diabsorbsi oleh sel-sel tubuh maka peningkatan konsentrasi kolesterol menghambat enzim 3-hidroksi-3metilglutaril KoA reduktase untuk pembentukan kolesterol, dan ini menjadi suatu sistem kontrol umpan balik intrinsik untuk mencegah peningkatan konsentrasi kolesterol plasma yang berlebihan. Akibatnya konsentrasi kolesterol darah biasanya tidak berubah naik atau turun kurang lebih 15%, kecuali apabila dilakukan pengubahan jumlah kolesterol dalam diet. Diet lemak yang sangat jenuh meningkatkan konsentrasi kolesterol darah 15 – 25%. Kondisi ini diakibatkan oleh peningkatan penimbunan lemak dalam hati yang menyebabkan peningkatan jumlah asetil Ko-A dalam sel hati untuk menghasilkan kolesterol. Oleh karena itu, untuk menurunkan konsentrasi kolesterol darah sangat penting yaitu dengan mempertahankan diet rendah lemak jenuh dan diet rendah kolesterol.
Kadar kolesterol darah yang meningkat inilah yang dapat mempercepa terjadinya penyakit aterosklerosis vaskuler yang merupakan komplikasi dari diabetes melitus ini. Peningkatan kolesterol darah disebabkan oleh kenaikkan kolesterol yang terdapat pada very-low- density beta lipoprotein dan low–density-beta lipoprotein sekunder karena peningkatan trigliserida yang besar dalam sirkulasi.
Biosintesis kolesterol
Dua molekul asetil Ko-A berkondensasi membentuk asetoasetil – KoA yang dikatalisis oleh enzim sitosol tiolase. Asetoasetil KoA berkondensasi dengan molekul asetil KoA berikutnya yang dikatalisis oleh enzim HMG-KoA sintase untuk membentuk HMG-KoA. Selanjutnya HMG-KoA dikonversi menjadi mevalonat dengan dikatalisis oleh enzim HMG- KoA reduktase. Setelah terbentuk mevalonat, maka mevalonat mengalami fosforilasi oleh ATP untuk membentuk beberapa intermediet terfosforilasi aktif dan kemudian mengalami dekarboksilasi untuk membentuk unit isoprenoid aktif yaitu isopentenil difosfat yang mengalami kondensasi membentuk farnesil difosfat. Proses ini terjadi lewat isomerisasi senyawa isopentenil difosfat yang melibatkan pergeseran ikatan rangkap untuk membentuk dimetilalil difosfat yang berkondensasi dengan isopentenil difosfat lainnya untuk membentuk intermediet dengan 10 karbon yaitu geranil difosfat.
Dua molekul farnesil difosfat berkondensasi dengan ujung difosfat dalam sebuah reaksi yang melibatkan eliminasi pirofosfat anorganik untuk membentuk pra skualen difosfat dan kemudian diikuti oleh reduksi NADPH yang disertai eliminasi radikal pirofosfat anorganik sisanya dan dihasilkan skualen, kemudian skualen dikonversi menjadi lanosterol melalui proses siklisasi. Tahap terakhir yaitu pembentukan kolesterol dari lanosterol yang berlangsung dalam membran retikulum endoplasma dan melibatkan perubahan pada inti steroid serta rantai samping. Kolesterol dihasilkan saat ikatan rangkap rantai samping direduksi.
Pengaturan sintesis kolesterol terjadi pada tahap HMG KoA reduktase dimana HMG KoA reduktase ini di hati dihambat oleh mevalonat. Sintesis kolesterol juga dihambat oleh LDL kolesterol yang diambil lewat reseptor LDL sedangkan pemberian hormon insulin meningkatkan aktivitas HMG KoA reduktase. Peningkatan kolesterol dapat terjadi akibat pengambilan lipoprotein yang mengandung kolesterol oleh reseptor LDL atau reseptor skavenger, pengambilan kolesterol bebas dari lipoprotein yang kaya kolesterol ke membran sel, sintesis kolesterol, dan hidrolisis ester kolesterol oleh enzim ester kolesteril hidrolase, sedangkan penurunan kolesterol dapat terjadi karena aliran kadar kolesterol dari membran sel ke lipoprotein yang potensial kolesterolnya rendah.
Diabetes melitus dapat mempengaruhi kolesterol darah
Pada penderita Diabetes Melitus akan terjadi kelainan metabolisme tubuh, dan salah satunya adalah lipid, yaitu peningkatan katabolisme lipid dengan peningkatan pembentukan benda- benda keton dan juga menurunnya sintesis asam lemak dan trigliserid. Dengan kelainan metabolisme lipid yang besar inilah, maka diabetes melitus sering disebut sebagai suatu penyakit metabolisme lemak. Lima puluh persen glukosa yang dimakan dibakar menjadi CO2 dan H2O, lima persen diubah menjadi glikogen, dan sekitar 30 – 40% diubah menjadi lemak dalam depot lemak. Bagi penderita diabetes melitus terjadi penurunan pengubahan glukosa menjadi asam lemak dalam depot karena defisiensi glukosa intrasel. Insulin menghambat lipase sensitif hormon dalam jaringan adiposa, dan tanpa enzim ini kadar asam lemak bebas plasma lebih dari dua kali. Peningkatan glukagon juga meningkatkan mobilisasi asam lemak. Jadi, pada penderita diabetes melitus kadar lemak bebas paralel dengan kadar glukosa darah merupakan indikator baik mengenai beratnya diabetes melitus.
Dalam hati dan jaringan lain, asam lemak dikatabolisme menjadi asetil ko-A. Sebagian asetil ko-A dibakar bersama dengan residu asam amino menjadi CO2 dan H2O dalam siklus asam sitrat tetapi suplainya melebihi kapasitas katabolisme asetil ko-A jaringan. Di hati penderita diabetes melitus terjadi peningkatan glukoneogenesis dan banyaknya glukosa dalam sirkulasi, selain itu juga terdapat kegagalan pengubahan asetil ko-A menjadi malonil ko-A yang kemudian menjadi asam lemak.
Bagi penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol, terjadi peningkatan konsentrasi trigliserida, lipoprotein, kilomikron, dan asam lemak bebas. Hal ini terjadi karena aktifnya enzim lipase sensitif hormon akibat tidak adanya insulin. Pengaturan metabolisme kolesterol akan berjalan normal apabila jumlah kolesterol dalam darah mencukupi kebutuhan dan tidak melebihi jumlah normal yang dibutuhkan. Kadar kolesterol normal pada manusia adalah < 200 mg %. Kadar kolesterol dikatakan tinggi apabila kadar kolesterol > 240 mg %.
Mekanisme peningkatan kadar kolesterol darah pada penderita diabetes melitus adalah glukosa, asam lemak, dan asam amino yang diperoleh dari makanan tidak dapat dimetabolisme oleh tubuh secara normal karena reseptor yang seharusnya cukup menerima asupan yang sesuai mendapat kapasitas yang lebih sehingga banyak glukosa yang tidak mendapat reseptor. Akibatnya, banyak timbunan glukosa di pembuluh darah yang akan menyebabkan terjadinya peningkatan kolesterol. (dr. Misbahudin)
TUBUH KITA |
Majalah Hilal Ahmar EDISI 40/VI/ OKTOBER 2010 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar