TAWADHU’
Renungan | Edisi : 55/VII/Maret/2012
penulis : Suna
penulis : Suna
Dalam sebuah khutbahnya, Doktor Abdullah Azzam menjelaskan
sebuah kenikmatan yang bernama tawadhu’. Suatu akhlak yang saat ini
hilang dari perilaku kebanyakan umat Islam.
“Tidak seorangpun yang berlaku tawadhu’ karena Allah melainkan
Allah akan meninggikan kedudukannya. Dan tiada seorangpun yang
menginginkan ketinggian di dunia, melainkan Allah pasti akan
menghinakan dan merendahkannya.”
Adapun peristiwa yang melatarbelakangi sabda Rasulullah saw di
atas ialah: Suatu ketika unta Rasulullah saw yang bernama Al ‘Adhaba’
dapat disalip oleh unta seorang Badui. Padahal sebelum itu, tak pernah
sekalipun unta tersebut dapat disalip. Maka yang demikian itu
menyebabkan para sahabat menjadi jengkel, lalu Rasulullah saw bersabda
seperti hadits di atas.
Karena itu, berlakulah tawadhu’, niscaya Allah akan
meninggikanmu. Jika engkau menghendaki ketinggian, maka Allah akan
merendahkanmu. Hiduplah kamu diantara manusia secara bersahaja dan
jangan menonjolkan dirimu di tengah-tengah mereka.
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai hamba yang menonjolkan dirinya.” (HR.Muslim).
Dalam hadits lain juga disebutkan; “Janganlah kamu bersikap
sombong terhadap manusia dan jangan pula meremehkan mereka. Cukuplah
seseorang dikatakan berdosa apabila dia menghina saudaranya sesama
muslim.”
Boleh jadi orang yang kau remehkan dihadapanmu adalah singa
perkasa yang sebanding dengan sepenuh bumi orang seperti kamu.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw; “Orang itu lebih baik dari sepenuh
bumi orang semisal orang tadi”, ketika beliau bertanya kepada sahabat
disampingnya tentang orang laki-laki yang lewat dihadapannya.
Ketika ada orang yang lewat dihadapannya, beliau bertanya kepada
para sahabat yang berada disampingnya; “Apa pendapatmu tentang orang
tadi.” Mereka menjawab,”Orang itu layak, apabila meminang diterima
pinangannya. Apabila berkata didengar perkataannya. Apabila memerintah
perintahnya ditaati.” Kemudian ada orang lain yang lewat. Bajunya
lusuh, penampilannya tidak menarik perhatian. Lalu beliau bertanya:
“Apa pendapatmu tentang orang itu?” Mereka menjawab,”Orang itu pantas
jika berbicara tidak didengar perkataannya.” Kemudian sesudah itu
beliau bersabda: “Orang itu lebih baik dari sepenuh bumi orang yang
seperti tadi.”
Hanya spesies manusia yang perbandingannya bisa satu dibandingkan sepenuh bumi spesies manusia. (Suna)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar