Serba-Serbi Antibiotik
Info Obat | Edisi : 55/VII/Maret/2012
penulis : Angga Dimas Persada, S. Farm
penulis : Angga Dimas Persada, S. Farm
Anda tentu sering mendengar tentang antibiotika bahkan pernah menggunakannya, tapi mungkin tidak banyak yang diketahui tentang antibiotika. Ya, mengenal obat yang kita minum adalah sangat penting, supaya obat bisa menjadi penyembuh, bukannya musuh.
Antibiotika adalah obat yang dapat membunuh kuman
yang masuk ke tubuh kita. Kuman bisa masuk ke tubuh kita dengan
berbagai cara, bisa melalui luka yang terbuka, lewat pernafasan, atau
lewat makanan, dll., dan kita dikatakan mengalami infeksi. Gejala-gejala
infeksi antara lain adalah demam, sakit, dan tempat yang terinfeksi
mengalami bengkak/radang dan warnanya memerah.
Untuk mengobati infeksi, yang terpenting adalah
membunuh kuman yang masuk, yaitu dengan antibiotika. Sebenarnya jika
kuman telah terbasmi, maka gejala-gejala tadi juga akan menghilang
dengan sendirinya. Tapi seringkali gejala-gejala tersebut cukup
mengganggu, sehingga dokter kerap meresepkan obat lain yang tujuannya
mengurangi gejala, misalnya obat turun panas untuk demamnya dan atau
analgetika untuk mengurangi rasa sakit
Jangka waktu penggunaan obat antibiotika biasanya
selama 3 – 7 hari, tergantung macam infeksi dan keparahannya. Dokter
biasanya akan meresepkan untuk jangka waktu tersebut. Yang perlu
diingat dalam penggunaan antibiotika adalah harus digunakan sampai
habis, sesuai dengan kuur atau jangka waktu yang diharuskan. Mengapa ?
Karena jika tidak habis sesuai dengan aturannya, maka bisa jadi
kuman-kuman yang terbunuh baru kuman-kuman yang lemah, sedangkan yang
kuat masih hidup. Kuman-kuman yang kuat tetap tinggal dan menjadi
resisten terhadap antibiotika, dan tentu saja penyakit bisa jadi kambuh
lagi, dan mungkin dibutuhkan antibiotika lain yang lebih kuat (dan
seringkali lebih mahal). Jadi, meskipun baru digunakan sehari tapi
gejala sudah hilang, antibiotika tetap harus dihabiskan. Sedangkan
obat-obat untuk menghilangkan gejala, cukup digunakan jika perlu saja.
Jika panas sudah turun, atau rasa sakit sudah hilang, obat-obat penurun
panas dan analgetika tidak perlu diminum lagi.
Ada bermacam-macam antibiotika, dari generasi lama
sampai generasi terbaru. Beberapa antibiotika generasi lama antara lain
adalah golongan sulfa, penisilin (ampisilin, amoksisilin),
tetrasiklin, eritromisin, kloramfenikol dan sefalosporin). Sedangkan
generasi baru adalah golongan kuinolon seperti siprofloksasin,
ofloksasin; golongan sepalosporin generasi ketiga seperti sefuroksim,
sefaleksin, dan lain-lain. Mungkin anda tidak perlu mengingat nama-nama
ini, karena antibiotika umumnya diperoleh dengan resep dokter. Tapi
sebaiknya Anda mengetahui apakah obat yang Anda minum itu termasuk
antibiotika atau tidak. Hal ini bisa ditanyakan pada dokter atau
apoteker di apotek.
Selain masalah cara penggunaannya yang harus habis,
Anda perlu mengamati apakah Anda termasuk yang alergi terhadap
antibiotika atau tidak, terutama jika baru pertama kali menggunakan.
Ada beberapa antibiotika yang dapat memicu reaksi alergi pada
orang-orang tertentu yang hipersensitif. Yang paling sering adalah
golongan sulfa dan penisilin. Reaksi alergi ini bisa berupa
gatal-gatal, bengkak, bahkan bisa sampai pingsan. Jika Anda punya
riwayat alergi terhadap penisilin atau sulfa, sampaikan ke dokter yang
memeriksa Anda sehingga dokter dapat memilihkan antibiotika yang paling
tepat untuk Anda.
Penjelasan di atas terlihat sederhana, namun hal itu
perlu diperhatikan dengan baik mengingat, efek samping antibiotik
banyak terjadi karena kesalah pahaman pasien ketika menggunakan
antibiotik. Diatas telah disinggung sedikit resiko efek samping dari
antibiotik, namun kami perlu memperjelas lagi bahaya efeksamping dari
antibiotik sebagai berikut,
1. Memunculkan resistensi dari bakteri atau virus tertentu
Di dalam tubuh kita ada bakteri normal yang memiliki kekebalan
tertentu terhadap antibiotik, ketika kita meminum antibiotik kekebalan
bakteri normal tersebut diperbaharui secara otomatis oleh bakteri
tersebut, kekebalan ini dapat menular ke bakteri atau virus yang
menjadi agen penyakit, sehingga antibiotik tidak lagi mempan membasmi
bakteri ataupun virus yang menyebabkan penyakit.
2. Menimbulkan alergi
Dokter yang cerdas akan bertanya kepada pasiennya ketika hendak
memberi resep antibiotik, seputar riwayat apakah si pasien punya alergi
terhadap antibiotik golongan tertentu, hal ini penting mengingat efek
alergi terhadap hipersensitif terhadap antibiotik sangat berbahaya
bahkan tidak jarang pasien harus dilarikan ke rumah sakit untuk dirawat
karena kasus alergi terhadap antibiotik.
3. Gangguan jantung, ginjal dan sistem syaraf
Penggunaan antibiotik secara sembarang atau dosis yang tidak
tepat akan mengganggu kerja jantung biasanya detak jantung semakin
cepat, bahkan dapat juga mempengaruhi kerja ginjal dan syaraf.
Akhirnya kepada pembaca sekalian, mari tumbuhkan budaya kritis
ketika berobat dan membeli obat, tanyakan pertanyaan-pertanyaan apapun
seputar penyakit anda dan obat yang diberikan kepada anda, sehingga kita
dapat meminimalisir resiko kesalahan dalam penggunaan obat.
(Angga
Dimas Persada, S. Farm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar