Probiotik, Si Kuman “Baik”
Sehat Utama | Edisi : 55/VII/Maret/2012
penulis : Angga Dimas Persada, S. Farm
penulis : Angga Dimas Persada, S. Farm
Kata Probiotik sudah tidak asing di telinga kita, dari media
cetak, elektronik berikut perniagaan nutrisi kesehatan dan farmasi
telah sering menyebut istilah yang satu ini. Tak jarang istilah ini
dilanjutkan dengan penjelasan manfaat-manfaat darinya. Namun ternyata
banyak pula masyarakat yang belum mendapatkan info yang cukup seputar
Probiotik.
Pada edisi ini kami akan membahas seputar istilah Probiotik
berikut seluk-beluknya guna memberikan informasi kepada para pembaca
sehingga dapat menempatkan istilah Probiotik pada posisinya yang tepat
mengingat masih banyak pemahaman masyarakat terhadap Probiotik yang
kurang berimbang, ada yang overestimate dan underestimate, bahkan salah kaprah dalam memasukkan golongan Probiotik, apakah ia termasuk obat (drugs) atau suplemen (healthfood)
?, Seyogianya kita harus menempatkan segala sesuatu sesuai tempatnya
dan peruntukkan berikut menggolongkannya pada tempat yang pas sehingga
tidak terjadi kesalahan-kesalahan penggunaan atau bahkan menghamburkan
rizki mengkonsumsi sesuatu yang kita sendiri gamang terhadap
manfaatnya.
Makna Dan Asal-Usul Probiotik
Probiotik berasal dari bahasa Yunani biotikos yang
berarti untuk kehidupan. Adapun Probiotik secara istilah berarti
bakteri hidup yang bila diberikan atau dikonsumsi dalam jumlah cukup
dapat memberi efek menguntungkan bagi tubuh yaitu dengan menciptakan
keseimbangan flora usus (bakteri dalam usus) sehingga dapat mencegah dan
mengobati kondisi patologis (sakit) pada usus. (Ellen S, Gibson. Probiotics and Prebiotics, US Gastrostroenterology Review 2006 :1-4 ; Food Agriculture Organization of the UN (FAO), Expert Consultation (2001)
Ada yang berpendapat bahwa probiotik sebenarnya adalah berasal
dari ganggang, bakteri probiotik pada dasarnya sudah ada di dalam
tubuh manusia sejak lahir, bakteri tersebut sering disebut dengan flora
normal atau lebih khusus microfloradi usus. Fakta-fakta penelitian
menunjukkan bahwa salyran cerna pada janin berkembang di dalam uteerus
(rahim) dengan keadaan steril dan saat lahir saluran cerna bayi
merupakan organ bebas kuman. Kolonisasi bakteri dimulai pada saat bayi
mengadakan kontak dengan ibu dan lingkungannya. Hal ini menyebabkan
tumbuhnya mikroflora (bakteri) yang khas dan terkendali dengan baik.
Dua puluh lima persen bayi mendapatkan flora pada tinja dari ibu mereka
yaitu Coliform sp., Lactobacillus sp. dan Enterococcus sp..
Cikal bakal teori probiotik pada mulanya mulai diteliti sejak
tahun 1908 oleh seorang ahli mikrobiologi asal Rusia Elie Metchnikoff
yang juga dikenal sebagai “Bapak Probiotik” yang melakukan observasi
terhadap petani-petani di Bulgaria yang berumur panjang karena memiliki
kebiasaan meminum susu asam (yogurt). Yogurt tersebut diketahui
mengandung bakteri penghasil asam laktat, Lactobacillus bulgaricus.
Tentunya sejarah juga mencatat kebiasaan meminum susu fermentasi
(yogurt) dan juga yang sampai mengeras yaitu keju telah menjadi
kebiasaan bangsa-bangsa Timur Tengah sejak Mesir kuno, bangsa Arab,
Yunani dan juga imperium Romawi. (Clinical Practice Guideline, Clinical Efficacy of Probiotics : review of the evidence with focus on children. Journal Pediatr Gastroenterol Nurt 2006;43:550-7, Conly JM, Johnston BL.Coming full circle : From antibiotics to Probiotics and Perbiotics. Can J Infect Dis Med Microbiol 2004;15:161-3)
Setelah kematian Metchnikoff pada tahun 1916, pusat kegiatan
pindah ke Amerika Serikat. Mereka para ilmuwan AS yang melanjutkan
temuan Metchnikoff berkeyakinan bahwa bakteri yang berasal dari usus
lebih mungkin menghasilkan efek yang diinginkan dalam usus, setelah
sebelumnya seorang ilmuan Jerman Rettger 1920 menyatakan Bacillus bulgarius dari susu asam Methcnikoff tidak dapat hidup di usus. Pada tahun 1935 strain tertentu dari Lactobacillus acidophilus
ditemukan menjadi sangat aktif ketika ditanamkan dalam saluran
pencernaan manusia. Percobaan berikutnya dilakukan dengan menggunakan
bakteri ini dan hasil yang menggembirakan diperoleh terutama pada efek
membantu mmeredakan sembelit (susah buang air besar) kronis.
Penelitian terus berlanjut hingga tahun 1953 Kollath memperkenalkan
untuk pertama kali istilah Probiotik yang pada tahun itu didefinisikan
sebagai mikroba faktor turunan yang merangsang pertumbuhan
mikroorganisme lainnya. Kemudian terus berkembang hingga tahun 1989 Roy
Fuller seorang ahli mikrobiologi menyarankan definisi baru dari
probiotik yaitu suatu suplemen makanan yang berisi mikroba hidup yang
menguntungkan hewan inang (tempat probiotik dimasukkan) dengan
meningkatkan keseimbangan mikroba ususnya. Hingga kini mikroba atau
bakteri yang dinyatakan dapat bertindak sebagai probiotik hingga awal
tahun 2000-an terdiri dari 18 spesies bakteri yaitu :
- Golongan Lactobacillus
- Lactobacillus acidophilus
- Lactobacillus rhamnosus
- Lactobacillus gassen
- Lactobacillus casei
- Lactobacillus reuteri
- Lactobacillus plantarum
- Lactobacillus bulgaricus
- Lactobacillus johnsoni
- Lactobacillus lactis
- Golongan Bifidobacteria
- Bifidobacterium bifidum
- Bifidobacterium longum
- Bifidobacterium breve
- Biifidobacterium infantis
- Bifidobacterium adolescentis
- Golongan Lain
- Escherichia coli
- Enterococcus fecalis
- Streptococcus thermophillus
- Saccharomyces boulardi
Selain istilah probiotik terdapat pula istilah prebiotik. Apa
perbedaan kedua istilah ini ?. Prebiotik adalah karbohidrat dari jenis
frukto-olisakarida yaitu molekul gula rantai pendek, yang mengandung
fruktosa, prebiotik merupakan serat yang tidak bisa dicerna oleh tubuh
dan menjadi makanan bagi probiotik. Asparagus, bawang putih, buah kaya
serat dan sayur mayur kaya serat. (Ellen S, Gibson. Probiotics and Prebiotics, US Gastrostroenterology Review 2006 :1-4 ; Food Agriculture Organization of the UN (FAO), Expert Consultation (2001), Conly JM, Johnston BL.Coming full circle : From antibiotics to Probiotics and Perbiotics. Can J Infect Dis Med Microbiol 2004;15:161-3)
Probiotik, Obat atau Makanan ?
Pertanyaan diatas mungkin terlihat sederhana bagi mereka yang
studi di bidang medis ataupun pangan, namun ternyata banyaknya
sarjana-sarjana dalam medis dan pangan tidak cukup untuk
mensosialisasikan pengelompokkan bahan-bahan yang menunjang kesehatan
kedalam kelompok yang tepat ke semua lapisan masyarakat, bahkan
terkadang mereka-mereka yang menyandang gelar supremasi akademik tinggi
dalam bidang medis atau pangan justru memanfaatkan pengetahuannya
untuk menyamarkan atau kalau boleh sarkasme sedikit yaitu ‘membohongi’
masyarakat seputar info-info yang akurat di dunia yang ia geluti.
Dunia medis atau lebih khususnya adalah dunia pengobatan
didedikasikan sejak awal perkembangannya di masa lampau untuk
memperbaiki kualitas hidup manusia dalam hal kesehatan sekaligus
memelihara kelangsungan hidup manusia selama berinteraksi dengan
elemen-elemen yang terdapat di lingkungannya.
Melalui pendekatan ini maka penanganan medis guna memelihara kesehatan terbagi menjadi 2 pendekatan utama yaitu :
Melalui pendekatan ini maka penanganan medis guna memelihara kesehatan terbagi menjadi 2 pendekatan utama yaitu :
- Preventive, yaitu proses pencegahan terjadinya keadaan sakit, ini dilakukan ketika kondisi seseorang dalam keadaan sehat dengan beberapa cara seperti memakan makanan bergizi (healthfood/feed suplemen) dan lain-lain.
- Curative , yaitu proses penyembuhan setelah terjadinya kondisi terserang penyakit pada seseorang, ini dilakukan ketika seseorang telah sakit, tentunya dengan pemberian obat (drugs).
Dalam konteks probiotik menurut sejarahnya dan manfaat asalnya
dari sejak ditemukan maka kita dapat mengelompokkan bahwa probiotik
lebih tepat disebut sebagai makanan suplemen (feed suplemen) atau
makanan sehat (healthfood) yang mana dengan mengkonsumsinya setidaknya
seseorang akan terbantu keseimbangan flora normalnya didalam saluran
cerna yaitu usus. Pengelompokkan ini sesuai dengan definisi mutakhir
dari Roy Fuller 1989. Kesimpulan ini terlepas dari
penelitian-penelitian yang dilakukan dimana dilaporkan bahwa probiotik
dapat menyembuhkan beberapa penyakit yang dapat berfungsi seperti obat.
Untuk membahas penelitian-penelitian seputar probiotik berikutt
info-info terkait yang manyatakan manfaat probiotik yang begitu banyak,
insya Allah kita akan membahasnya pada edisi mendatang lanjutan dari tulisan ini.
Pernyataan EFSA (European Food Safety Authority)
According to the Guardian, the food industry's probiotics sector
was called in to question today by a new European ruling that its
health claims are unsupported by sound science. The European Food
Safety Authority (EFSA) posted its formal assessment of the merit of
808 health claims, including widely used assertions that probiotic
products boost the immune system. The claims were submitted to the EFSA
by the food industry and member states.
The EFSA's panel of independent scientists concluded that the evidence the industry had submitted to support its claims that various food additives could strengthen the body's defenses, improve immune function, and reduce gut problems were either so general as to be inadmissible, or could not be shown to have the claimed effect.
In a separate ruling, the panel examined a dossier of 12 studies submitted by Yakult for its proprietary strain of probiotic bacteria, Lactobacillus casei shirota. The panel found that all were inadequate to support the company's claim that its products maintained immune defenses against the common cold.
The gradual introduction of new EU regulations was finally agreed on in 2007 as a result of pressure from consumer groups. They wanted food companies to be prevented from using health claims to sell products unless they had proved them first, and unless the products were deemed healthy enough overall to warrant claims of benefits. Under the new rules, member states were asked to submit health claims from manufacturers, along with dossiers of scientific evidence, for independent assessment by the EFSA.
Britain's Food Standards Agency (FSA) collected more than 4,000 claims from the UK industry; across Europe, some 44,000 claims were submitted. EFSA scientists, who were taken by surprise by the volume of claims, whittled these down to 4,000 for detailed assessment.
The opinions published Oct. 19 were the latest in a series of rulings. The EFSA had already published five opinions on claims relating to probiotics, all negative, although a spokeswoman said EFSA scientists "avoid using the term probiotics," since it has no proper scientific meaning.
The new EFSA rulings represent a serious blow to the food industry, which has invested heavily in new, so-called functional foods such as probiotics. These typically sell for high margins, and enable manufacturers to differentiate their products from those of competitors in a crowded market. The EFSA did give some health claims favorable rulings, but they relate to vitamins and minerals for which the effects have long been known, such as the ability of iron to relieve anemia.
The industry has complained that EFSA is applying excessively rigorous scientific standards when assessing the new claims. It has asked for a series of meetings to discuss the criteria. Yakult issued a statement saying its rejected claim was just one aspect of its research. "The claim was supported by well-designed, double-blind, placebo-controlled human studies," it said. "In response to the EFSA opinion, the company wishes to discuss the evaluation process and this outcome with EFSA. With the benefit of further guidance, the company anticipates a positive EFSA opinion in due course."
The EFSA's panel of independent scientists concluded that the evidence the industry had submitted to support its claims that various food additives could strengthen the body's defenses, improve immune function, and reduce gut problems were either so general as to be inadmissible, or could not be shown to have the claimed effect.
In a separate ruling, the panel examined a dossier of 12 studies submitted by Yakult for its proprietary strain of probiotic bacteria, Lactobacillus casei shirota. The panel found that all were inadequate to support the company's claim that its products maintained immune defenses against the common cold.
The gradual introduction of new EU regulations was finally agreed on in 2007 as a result of pressure from consumer groups. They wanted food companies to be prevented from using health claims to sell products unless they had proved them first, and unless the products were deemed healthy enough overall to warrant claims of benefits. Under the new rules, member states were asked to submit health claims from manufacturers, along with dossiers of scientific evidence, for independent assessment by the EFSA.
Britain's Food Standards Agency (FSA) collected more than 4,000 claims from the UK industry; across Europe, some 44,000 claims were submitted. EFSA scientists, who were taken by surprise by the volume of claims, whittled these down to 4,000 for detailed assessment.
The opinions published Oct. 19 were the latest in a series of rulings. The EFSA had already published five opinions on claims relating to probiotics, all negative, although a spokeswoman said EFSA scientists "avoid using the term probiotics," since it has no proper scientific meaning.
The new EFSA rulings represent a serious blow to the food industry, which has invested heavily in new, so-called functional foods such as probiotics. These typically sell for high margins, and enable manufacturers to differentiate their products from those of competitors in a crowded market. The EFSA did give some health claims favorable rulings, but they relate to vitamins and minerals for which the effects have long been known, such as the ability of iron to relieve anemia.
The industry has complained that EFSA is applying excessively rigorous scientific standards when assessing the new claims. It has asked for a series of meetings to discuss the criteria. Yakult issued a statement saying its rejected claim was just one aspect of its research. "The claim was supported by well-designed, double-blind, placebo-controlled human studies," it said. "In response to the EFSA opinion, the company wishes to discuss the evaluation process and this outcome with EFSA. With the benefit of further guidance, the company anticipates a positive EFSA opinion in due course."
(Otoritas keamanan pangan Eropa menyatakan, klaim minuman
probiotik yang dapat menyehatkan saluran pencernaan dan sistem imun
(sistem kekebalan) memiliki landasan ilmiah yang kurang kuat. Oleh
karena itu, produsen minuman probiotik dilarang menggunakan kata
probiotik lagi dalam penjualannya.
Secara resmi, otoritas keamanan pangan Eropa, EFSA, melakukan
penelitian terhadap 800 klaim kesehatan minuman probiotik yang sering
diiklankan produsen minuman probiotik. Laporan klaim kesehatan itu
didaftarkan oleh industri makanan dan negara-negara anggota EFSA.
Dari penelitian independen yang dilakukan dewan panel ilmuwan
EFSA disimpulkan bahwa minuman probiotik tidak terbukti memberikan
manfaat kesehatan seperti yang selama ini dipercaya banyak orang, yakni
menguatkan kekebalan tubuh, meningkatkan sistem imun, dan mengurangi
masalah pencernaan.
Secara terpisah, dewan panel juga menguji 12 studi yang dilakukan oleh Yakult sebagai pemilik hak paten atas bakteri probiotik Lactobacillus casei shirota.
Para peneliti menemukan, secara ilmiah tidak cukup bukti bahwa
kandungan probiotik tersebut mampu meningkatkan sistem imun untuk
melawan penyakit flu.
Saat ini, hampir 60 persen rumah tangga di Inggris Raya membeli
minuman probiotik secara rutin. Namun, kelompok konsumen meminta pihak
otoritas yang berwenang melakukan penelitian independen agar produsen
makanan dan minuman tidak seenaknya memakai klaim kesehatan dalam
memasarkan produknya.
Sejak tahun 2007, badan berwenang di Eropa melarang perusahaan
makanan untuk menggunakan klaim kesehatan dalam memasarkan produknya
kecuali sudah terbukti secara ilmiah. Peraturan yang baru juga
mewajibkan negara-negara di Eropa memasukkan klaim kesehatan yang
dibuat produsen makanan, termasuk juga dengan 12 bukti ilmiah untuk
dipakai sebagai bahan riset independen EFSA.
Danone, pemimpin pasar dalam produk probiotik, memutuskan untuk
menarik klaimnya bahwa dua produknya, Actimel dan Activia, meningkatkan
kekebalan tubuh dan menyehatkan saluran pencernaan. Saat ini, Danone
juga masih menunggu keputusan EFSA untuk pernyataan "susu fermentasi
yang mengandung probiotik Lactobacillus casei menurunkan racun Clostridium difficile di usus penyebab diare akut".
Menanggapi pernyataan resmi EFSA tersebut, pihak industri
mengatakan keberatan karena EFSA menggunakan standar ilmiah yang
terlalu kaku dalam menguji klaim kesehatan tersebut. Mereka juga meminta
pertemuan untuk membahas kriteria dan standar yang dipakai.
Sementara itu, Yakult berencana untuk membahas lebih lanjut
hasil penelitian yang dilakukan oleh EFSA. Yakult mengatakan, klaim yang
ditolak oleh EFSA hanyalah satu aspek dari penelitian yang dia
lakukan.)
(Sumber :http://www.ift.org/public-policy-and-regulations/recent-news/2010/october/27c.aspx)
Pernyataan EFSA diatas setidaknya sementara ini menguatkan kesimpulan kami bahwa probiotik adalah healthfood
sebagaimana definisi paling mutahir dari Roy Fulle, sebelum kita
bicara hasil-hasil penelitian dan info-info seputar manfaat probiotik
yang begitu banyak bahkan ada yang mengklaim punya efek layaknya obat,
kita berhenti dulu sampai pertanyaan resmi dari EFSA ini dulu.
Setelah kita membaca alinea demi alinea timbul banyak
pertanyaan, bagaimana dengan opini yang berkembang bahwa probiotik itu
banyak manfaatnya ? bahkan ada yang menganjurkan untuk mengkonsumsiny
setiap hari. Apa benar probiotik bisa menyembuhkan penyakit ?. Sekali
lagi untuk pembahasan ini kami akan membahasnya pada lanjutan
pembahasan seputar probiotik pada edisi mendatang insya Allah.
(Angga Dimas Persada, S. Farm)
(Bersambung)
Coming Soon...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar