Ibu Sehat
MASALAH DALAM
PEMBERIAN ASI (II)
Masalah menyusui pada masa
pascapersalinan lanjut :
1. Sindrom ASI kurang.
Sindrom ASI kurang
adalah keadaan di mana ibu merasa bahwa ASI-nya kurang, dengan berbagai alasan
yang menurut ibu merupakan tanda tersebut, misalnya :
- Payudara kecil, padahal ukuran payudara tidak menggambarkan kemampuan ibu untuk memproduksi ASI. Ukuran payudara berhubungan dengan beberapa faktor, misalnya faktor hormonal (estrogen dan progesteron), keadaan gizi, dan faktor keturunan. Hormon estrogen akan menyebabkan pertumbuhan saluran susu dan penimbunan lemak, sedangkan hormon progesteron memacu pertumbuhan kelenjar susu. Masukan makanan yang berlebihan terutama energi akan ditimbun sebagai lemak, sehingga payudara akan bertambah besar, sebaliknya penurunan masukan energi, misalnya karena penyakit, akan menyebabkan berkurangnya timbunan lemak termasuk di payudara, sehingga ukuran payudara berkurang. Seberapapun ukuran payudara seorang wanita, tetap dianggap normal, kecuali jika ada kelainan tertentu misalnya tumor. Ukuran payudara ideal sangat dipengaruhi faktor lingkungan atau penilaian masyarakat setempat.
- ASI yang tampak berubah kekentalannya, misalnya lebih encer, disangka telah berkurang, padahal kekentalan ASI bisa saja berubah-ubah.
- Payudara tampak mengecil, lembek atau tidak penuh / merembes lagi, padahal ini suatu tanda bahwa produksi ASI telah sesuai dengan keperluan bayi.
- - Bayi sering menangis disangka kekurangan ASI, padahal bayi menangis bisa karena berbagai penyebab.
- Bayi lebih sering minta diteteki, kecuali karena ASI memang lebih mudah dicerna, juga bayi memang memerlukan ASI yang cukup untuk tumbuh kembang, dan yang penting : masalah menyusui bukan hanya memberi makan bayi, tetapi karena bayi juga memerlukan belaian, kehangatan dan kasih sayang.
- Bayi minta disusui pada malam hari, hal ini memang penting, karena bayi memerlukan dekapan dan ASI pada malam hari, selain itu menyusui pada malam hari akan memperbanyak produksi ASI dan mengurangi kemungkinan sumbatan payudara.
- Bayi lebih cepat selesai menyusu dibanding sebelumnya, hal ini karena bayi telah lebih terbiasa menyusu.
Jika ada keluhan-keluhan semacam ini,
cobalah mengadakan evaluasi dan pendekatan psikologis seperti tersebut di atas,
serta coba dievaluasi juga hal-hal berikut :
1)
Ibu jangan merokok, karena merokok mengurangi produksi ASI,
2)
Kalau ibu menggunakan pil KB, cobalah berkonsultasi dengan
dokter,
3)
Jangan menggunakan alat bantu putting susu, karena akan
membingungkan dan melelahkan bayi, serta mengurangi produksi ASI,
4)
Teruskan menyusui dengan sabar dan sesering mungkin, karena
akan memperbanyak produksi ASI,
5)
Cobalah menyusui dengan payudara pertama selama kurang
lebih 10 menit, kemudian payudara kedua selama kurang lebih 20 menit, karena
saat awal bayi lebh kuat menyusu,
6)
Menyusui dimulai dari payudara yang terakhir disusukan
secara berganti-ganti,
7)
Jangan memberikan susu buatan, karena akan membingungkan
bayi,
8)
Ibu harus banyak beristirahat,
9)
Ibu harus lebih banyak minum,
10)
Perhatikan kecukupan gizi makanan,
11)
Ibu harus tenang, santai, jangan tegang / stress, karena
ketegangan dan kecemasan akan mengurangi produksi ASI,
12)
Ibu harus menyusui dalam suasana yang nyaman.
2. Bingung puting
Bingung puting
("nipple confusion") adalah suatu keadaan yang terjadi karena bayi
mendapat susu formula dalam botol berganti-ganti dengan menyusu ibu. Peristiwa
ini terjadi karena proses menyusu pada putting ibu berbeda dengan menyusu pada
botol. Menyusu pada putting memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi,
langit-langit dan lidah, sebaliknya menyusu pada botol akan membuat bayi pasif
menerima susu karena dot sudah berlubang di ujungnya.
Tanda-tanda bayi bingung puting adalah
:
Ø Bayi mengisap puting seperti
mengisap dot, lemah, terputus-putus, sebentar atau dapat juga bayi menolak
menyusu Karena itu, untuk menghindari bayi bingung putting, perlu dilakukan :
-
Jangan menggunakan susu
formula tanpa indikasi yang sangat kuat.
-
Kalau terpaksa harus memberikan susu formula, berikan dengan
sendok atau pipet, jangan sekali-kali menggunakan botol atau kempengan.
3. Bayi sering menangis.
Menangis adalah cara
bayi berkomunikasi dengan dunia di sekitarnya. Karena itu bila bayi sering
menangis, perlu dicari sebabnya, yaitu dengan:
v Perhatikan, mengapa bayi
menangis, apakah karena laktasi belum berjalan dengan baik, atau karena sebab
lain, seperti ngompol, sakit, merasa jemu, ingin digendong atau disayang ibu
v Keadaan-keadaan itu merupakan
hal yang biasa, ibu tidak perlu cemas, karena kecemasan ibu dapat mengganggu
proses laktasi karena produksi ASI berkurang.
v Cobalah mengatasi dengan
memeriksa pakaian bayi, mungkin perlu diganti karena basah, coba mengganti
posisi bayi menjadi tengkurap, atau bayi digendong dan dibelai.
v Mungkin bayi belum puas
menyusu karena posisi bayi tidak benar waktu menyusu, akibatnya ASI tidak
keluar dengan baik.
v Bayi menangis mempunyai maksud
menarik orang lain (terutama ibunya) karena sesuatu hal : lapar, ingin
digendong dan sebagainya. Oleh sebab itu jangan membiarkan bayi menangis
terlalu lama. Bayi akan menjadi lelah, menyusu tidak sempurna, dan jika ibu
cemas atau kesal, produksi ASI juga akan terganggu. Jika bayi menangis, ibu
harus segera memeriksa keadaan bayi. Secara psikologis ini penting, karena bayi
akan mempunyai kesan bahwa ibunya memperhatikannya.
4. Bayi tidak cukup kenaikan berat badannya
ASI adalah makanan
pokok bayi sampai usia 4-6 bulan. Karena itu bayi usia 4-6 bulan yang hanya
mendapat ASI saja perlu dipantau berat badannya paling tidak sebulan sekali.
Bila ASI cukup, berat badan anak akan bertambah (anak tumbuh) dengan baik.
Untuk memantau kecukupan ASI dengan memantau berat badan, dapat digunakan Kartu
Menuju Sehat untuk anak. Untuk mencegah berat badan yang tidak cukup naik, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
Perhatikan apakah bayi termasuk bayi yang menyusu lama,
atau cepat.
Ibu jangan segera menghentikan memberi ASI hanya karena
merasa bayi sudah cukup lama menyusu, karena sebenarnya mungkin bayi masih mau
terus menyusu.
Setelah bayi menyusu dan kemudian berhenti atau tidur,
cobalah menyusukan kembali dengan menidurkan bayi telentang, gosok pelan
perutnya atau gerakkan kaki atau tangannya, seringkali bayi akan bangun kembali
dan menyusu lagi.
Perhatikan teknik menyusui ibu, apakah sudah benar, bila
masih salah harus diperbaiki. Bila berat badan anak tidak naik, konsultasikan
ke dokter / dokter spesialis anak untuk mendapatkan saran selanjutnya.
5. Ibu Bekerja
Sekarang banyak ibu
yang bekerja, sehingga kemudian menghentikan menyusui dengan alasan pekerjaan.
Sebenarnya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk ibu yang bekerja,
sebagai berikut :
Sebelum berangkat kerja, susuilah bayi.
ASI yang berlebihan dapat diperas atau dipompa, kemudian
disimpan di lemari pendingin untuk diberikan pada bayi saat ibu bekerja.
Selama ibu bekerja, ASI dapat diperas atau dipompa dan
disimpan di lemari pendingin di tempat kerja, atau diantar pulang.
Beberapa kantor atau instansi ada yang menyediakan tempat
penitipan bayi dan anak. Ibu dapat memanfaatkannya untuk kelestarian menyusui.
Setelah ibu di rumah, perbanyak menyusui, termasuk pada
malam hari.
Kalau anak sudah mendapatkan makanan pendamping ASI, saat
ibu tidak ada di rumah dapat dimanfaatkan untuk memberikan makanan pendamping,
sehingga kemungkinan menggunakan susu formula lebih kecil.
Perawat bayi dapat membawa bayi ke tempat ibu bekerja bila
memungkinkan
Hendaknya ibu banyak beristirahat, minum cukup, makan gizi
cukup, untuk menambah produksi ASI.. Petugas rumah sakit yang menitipkan
anaknya di tempat penitipan tidak perlu kuatir menyusui bayinya, dengan alasan
takut menularkan penyakit pada anaknya. Hal ini dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Tidak semua penyakit ditularkan melalui kontak langsung
Ibu yang sakit pun tetap dianjurkan untuk menyusui bayinya,
apalagi ibu yang masih sehat dan bekerja sebagai petugas kesehatan.
Seharusnya ibu yang bekerja di bidang kesehatan mengerti
tentang kebersihan diri setelah merawat pasien, untuk pencegahan infeksi /
penularan.
(Yuyun Triani)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar