Sehat Mental
HARAPAN
Wahai
kalian yang telah ridla Allah sebagai Rabb kalian, Islam sebagai dien kalian,
dan Muhammad sebagai nabi dan rasul kalian. Ketahuilah bahwasanya Allah ‘Azza wa Jalla telah menurunkan ayat dalam
al-Qur’an al Karim :
“Apakah
kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum datang kepada
kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka
ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan berbagai macam
cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya,
“Kapankah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan
Allah itu dekat.” (QS. Al Baqarah 214).
Kabar
gembira dari Rabbul Izzati, bahwa ketika cobaan memuncak beratnya, maka
kelapangan pun semakin dekat datangnya. Ketika kesusahan semakin kuat
menghimpit, maka pertolongan pun semakin dekat datangnya. Ketika kesulitan
semakin menjepit, maka kemudahan pun akan datang.
“Kesulitan
itu sekali-kali tiada akan dapat mengalahkan kemudahan.
Ketahuilah,
bahwa bersama dengan kesabaran ada pertolongan.”
Rabbul
Izzati menanamkan harapan ke dalam jantung hati kaum muslimin, dalam situasi
genting dan kritis yang tengah mereka hadapi. Rabbul Alamin memperiringkan
antara keadaan yang sulit dengan pertolongan dan kelapangan. Alangkah sagat
gelapnya malam apabila waktu fajar telah dekat. Demikianlah Allah menggambarkan
keadaan kaum muslimin saat itu, dimana mereka tengah dilanda kesempitan,
penyakit, kemiskinan dan peperangan. Sampai-sampai keadaan yang sangat menjepit
itu menyebabkan Rasulullah saw bertanya-tanya, “Kapan pertolongan Allah itu
akan datang?” Maka Allah memberikan kabar gembira kepada mereka, “Sesungguhnya
pertolongan Allah itu dekat.”
“Sehingga
apabila para rasul itu tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka),
dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, maka datanglah kepada para
rasul itu pertolongan Kami.” (QS. Yusuf 110).
Situasi
sempit, ketakutan, pengusiran, kelaparan, pembunuhan jiwa, penangkapan dan
pelenyapan nyawa orang-orang shaleh dan pengemban risalah sering membawa kepada
tepi jurang keputus asaan. Para rasul itu
tidak berputus asa, tetapi merekalah (orang-orang kafir) sebenarnya yang
berputus asa, oleh karena :
“Sesungguhnya
tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir.” (QS. Yusuf
87).
Berperang melawan musuh-musuh Allah menuntut suatu
pengharapan besar terhadap Allah, dan menuntut adanya kelapangan dada dalam
menunaikan kewajiban, sehingga tidak membuat surut langkah.
Oleh
karenanya, tatkala Rasulullah saw melihat kaum kafir telah menekan sedemikian
kuatnya terhadap kaum muslimin, dan melihat pohon dakwahnya hampir-hampir tidak
berkembang, dan melihat musuh-musuh Allah berramai-ramai menyerbu Dienullah
serta para sahabat kecintaannya, maka beliau memberikan kabar gembira kepada
mereka untuk menanamkan harapan dan untuk memberikan rasa longgar dan lapang
dalam dada mereka yang terjepit dan terhimpit oleh situasi dunia kala itu.
Ashabus
Sunan meriwayatkan kisah kepada kita, bahwa pasukan Ahzab datang ke Madinah
dengan kekuatan 10.000 orang prajurit, di bawah komando Abu Sufyan. Mereka
mendapat kobaran semangat dan suntikan api permusuhan dari Sallam bin Abur
Rabi’, serta yang lainnya seperti Huyay bin Akhtab (yang menjadi biang fitnah).
Mereka menggiring pasukan Ahzab yang terdiri dari kabilah Quraisy, kabilah
Ghathafan, kabilah Aslam dan kabilah Asyja’ untuk mengepung kota Madinah.
“Hai
orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat (yang telah dikaruniakan)
kepadamu tatkala datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada
mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan adalah
Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan. (yaitu) Ketika mereka datang
kepadamu dari atas dan dari bawahmu dan ketika
penglihatanmu terpana dan hatimu menyesak naik ke tenggorokan dan kamu berprasangka yang
bukan-bukan terhadap Allah. Di situlah diuji orang-orang mukmin dan
digoncangkan (jantung hatinya) dengan goncangan y ang dahsyat.” (QS. Al Ahzab
9-11).
Lalu
Allah mengilhamkan kepada Rasul-Nya untuk menggali parit lewat saran Salman al
Farisi. Mereka semua menggali parit sampai akhirnya sebagian sahabat terhalang
oleh sebuah batu besar. Gancu mereka sama sekali tidak bisa menghancurkannya.
Dan cangkul mereka tidak bisa menggali bagian bawahnya. Lalu mereka melaporkan
hal tersebut kepada Rasulullah saw. Beliau datang dan dan memukul batu itu
sekali sehingga berhamburanlah percikan api. Beliau bertakbir, dan bertakbirlah
kaum muslimin bersamanya. Kemudian beliau memukul batu tersebut untuk yang kedua kalinya, maka berhamburalah
percikan api. Beliau bertakbir, dan disusul dengan pekikan takbir kaum muslimin
dibelakangnya. Kemudian beliau memukul untuk yang ketiga kalinya, maka pecah
berkeping-kepinglah batu tersebut dan berhamburan seperti tumpukan pasir yang
beterbangan.
Rasulullah
saw memberikan kabar gembira kepada mereka –dalam situasi yang mencekam dimana
jantung hati orang-orang yang beriman digocangkan karenanya, jantung hati
manusia pilihan, jantung hati Abu Bakar, Umar, Utsman dan sahabat-sahabat
lainnya, digoncangkan dengan goncangan yang hebat, sehingga menyesak ke
tenggorokan. Beliau memberikan kabar
gembira kepada mereka bahwasanya :
“..Pada
percikan bunga api yang pertama, maka nampak bersinar dalam pandangan mataku
istana Bashra dari Syam, dan Jibril memberitahukan kepadaku bahwa umatku akan
mengalahkanya. Dan nampak bersinar dalam pandangan mataku pada percikan bunga
api yang kedua istana Hirah dari Iraq dan Jibril memberitahukan
kepadaku bahwa umatku akan mengalahkannya. Dan nampak bersinar dalam pandangan
mataku pada pukulan yang ketiga istana Shan’a dari Yaman dan Jibril
memberitahukan padaku bahwa umatku akan mengalahkannya.”
Orang-orang
munafik mengekspos perkataan Nabi saw ini untuk menimbulkan keraguan di
kalangan kaum muslimin. Mereka menyebarluaskan dan mengedarkan berita ini ke
Madinah. Kata mereka (orang-orang munafik), “Muhammad menjanjikan kita istana
Kisra dan Kaisar, padahal ancaman musuh itu telah membuat seseorang diantara
kita hampir tidak bisa membuang hajat!”
“Dan
ingatlah ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit di dalam
jantung hatinya berkata, “Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kita
melainkan tipu daya.” (QS. Al Ahzab 12).
Banu
Haritsah meminta ijin pada beliau, dan kemudian mereka kembali ke ruamh-rumah
mereka (tidak ikut berjuang). Demikian pula telah sampai kabar kepada
Rasulullah saw bahwasanya Banu Quraidhah telah melanggar perjanjian yang telah
mereka sepakati.
Apa
yang dikatakan Rasulullah saw di hadapan kaum muslimin, padahal dadanya telah
sesak dan keadaannya sangat terjepit? Beliau berkata,”Allahu Akbar,
bergembiralah kalian wahai muslimin!” Beliau tidak ingin memutuskan harapan
yang tersimpan dalam jantung hati mereka. Dan beliau tidak menghendaki
perjalana yang ia pimpin terhenti, bahkan dalam situasi yang kritis sekalipun.
Beliau tidak ingin pergi meninggalkan barisan kaum muslimin dan melemahkan
kekuatan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar