Sehat Khusus
APPENDISITIS
AKUT 2
Tanda Peritonitis umum
(perforasi) :
1.
Nyeri seluruh abdomen
2.
Pekak hati hilang
3.
Bising usus hilang
Apendiks yang mengalami gangren
atau perforasi lebih sering terjadi dengan gejala-gejala sebagai berikut:
a. Gejala
progresif dengan durasi lebih dari 36 jam
b. Demam
tinggi lebih dari 38,50C
c. Lekositosis
(AL lebih dari 14.000)
d. Dehidrasi
dan asidosis
e. Distensi
f. Menghilangnya
bising usus
g. Nyeri
tekan kuadran kanan bawah
h. Rebound
tenderness sign
i. Rovsing
sign
j. Nyeri
tekan seluruh lapangan abdominal
Insidensi perforasi apendiks pada anak di bawah
umur 6 tahun lebih dari 50%, ini berhubungan dengan dinding apendiks yang lebih
tipis dan omentum mayus yang berkembang belum sempurna dibanding anak yang
lebih besar
Pemeriksaan penunjang
1.
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium masih
merupakan bagian penting untuk menilai awal keluhan nyeri kwadran kanan bawah
dalam menegakkan diagnosis apendisitis akut. Pada anak
dengan keluhan dan pemeriksaan fisik yang karakteristik apendisitis akut, akan ditemukan
pada pemeriksaan darah adanya lekositosis 11.000-14.000/mm3,
dengan pemeriksaan hitung jenis menunjukkan pergeseran kekiri hampir 75%. Jika jumlah
lekosit lebih dari 18.000/mm3 maka umumnya sudah
terjadi perforasi dan peritonitis (Raffensperger, 1990).
Sedang Doraiswamy (1979), mengemukakan bahwa komnbinasi antara kenaikan angka
lekosit dan granulosit adalah yang dipakai untuk pedoman menentukan diagnosa appendisitis
akut.
Marker inflamasi lain yang
dapat digunakan dalam diagnosis apendisitis akut adalah C-rective protein (CRP). Pemeriksaan urinalisa dapat digunakan sebagai konfirmasi dan menyingkirkan
kelainan urologi yang menyebabkan nyeri abdomen. Urinalisa sangat
penting pada anak dengan keluhan nyeri abdomen untuk menentukan atau
menyingkirkan kemungkinan infeksi saluran kencing.
2.
Foto Polos abdomen
Pada apendisitis akut, pemeriksaan
foto polos abdomen tidak banyak membantu. Mungkin terlihat adanya fekalit pada
abdomen sebelah kanan bawah yang sesuai dengan lokasi apendiks, gambaran ini
ditemukan pada 20% kasus (Cloud, 1993). Kalau sudah terjadi peritonitis yang
biasanya disertai dengan kantong-kantong pus, maka akan tampak
udara yang tersebar tidak merata dan usus-usus yang sebagian distensi dan
mungkin tampak cairan bebas, gambaran lemak preperitoneal menghilang,
pengkaburan psoas shadow. Walaupun terjadi ileus paralitik tetapi
mungkin terlihat pada beberapa tempat adanya permukaan cairan udara (air-fluid
level) yang menunjukkan adanya obstruksi (Raffensperger, 1990; Mantu, 1994).
3.
Ultrasonografi
Ultrasonografi telah
banyak digunakan untuk diagnosis apendisitis akut maupun
apendisitis dengan abses. Apendiks yang meradang tampak sebagai lumen tubuler,
diameter lebih dari 6 mm, tidak ada peristaltik pada penampakan longitudinal,
dan gambaran target pada penampakan transversal (Gustavo GR, 1995). Keadaan
apendiks supurasi atau gangrene ditandai dengan distensi lumen oleh cairan,
penebalan dinding apendiks dengan atau tanpa apendikolit. Keadaan apendiks
perforasi ditandai dengan tebal dinding apendiks yang asimetris, cairan bebas
intraperitonial, dan abses tunggal atau multipel (Gustavo GR, 1995).
4.
Computed Tomography Scanning (CT-Scan)
Pada keadaan normal apendiks,
jarang tervisualisasi dengan pemeriksaan skening ini. Gambaran penebalan diding
apendiks dengan jaringan lunak sekitar yang melekat, mendukung keadaan apendiks
yang meradang. Ct-Scan sangat baik untuk mendeteksi apendiks dengan
abses atau flegmon. Pada pasien yang tidak hamil, CT-scan pada
daerah appendik sangat berguna untuk mendiagnosis appendisitis dan abses
periappendikular sekaligus menyingkirkan adanya penyakit lain dalam rongga
perut dan pelvis yang menyerupai appendisitis.
5.
Laparoskopi (Laparoscopy)
Disamping dapat mendiagnosis
apendisitis secara langsung, laparoskopi juga dapat digenakan untuk melihat
keadaan organ intraabdomen lainnya. Hal ini sangat bermanfaat terutama pada
pasien wanita. Pada apendisitis akut laparoskopi
diagnostik biasanya dilanjutkan dengan apendektomi laparoskopi
6.
Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi
adalah standar emas
(gold standard) untuk diagnosisapendisitis akut.
1
2
3
4
5
|
Sel granulosit pada mukosa
dengan ulserasi fokal atau difus di lapisan epitel.
Abses pada kripte dengan sel
granulosit dilapisan epitel.
Sel granulosit dalam lumen
apendiks dengan infiltrasi ke dalam lapisan epitel.
Sel granulosit diatas lapisan
serosa apendiks dengan abses apendikuler, dengan atau tanpa terlibatnya
lapisan mukusa.
Sel granulosit pada lapisan
serosa atau muskuler tanpa abses mukosa dan keterlibatan lapisan mukosa,
bukan apendisitis akut tetapi
periapendisitis.
|
Diagnosis Banding
Pada keadaan tertentu beberapa
penyakit dipertimbangkan sebagai diagnosis banding, diantaranya adalah berasal
dari saluran pencernaan seperti gastroenteritis, ileitis terminale, tifoid,
divertikulitis meckel tanpa perdarahan, intususepsi dan konstipasi. Gangguan
alat kelamin perempuan termasuk diantaranya infeksi rongga panggul, torsio
kista ovarium, adneksitis dan salpingitis. Gangguan saluran kencing seperti
infeksi saluran kencing, batu ureter kanan. Penyakit lain seperti pneumonia,
demam dengue dan campak
1.
Kelainan Gastrointestinal
- o Cholecystitis akut
- o Divertikel Meckell
- o Enteritis regional
- o Pankreatitis
2.
Kelainan Urologi
- o Batu ureter
- o Cystitis
3.
Kelainan Obs-gyn
- o Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
- o Salphingitis akut (adneksitis) , keputihan (+)
Penatalaksanaan
1. Appendiktomi
·
Cito : akut, abses & perforasi
·
Elektif : kronik
Bila diagnosis klinis sudah jelas maka tindakan paling
tepat adalah apendiktomi dan merupakan satu-satunya pilihan yang terbaik.
Penundaan apendiktomi sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses
atau perforasi. Insidensi apendiks normal yang dilakukan pembedahan sekitar
20%. Pada apendisitis akut tanpa
komplikasi tidak banyak masalah.
2. Konservatif kemudian operasi
elektif (Infiltrat)
- · Bed rest total posisi Fowler (anti Trandelenburg)
- · Diet rendah serat
- · Antibiotika spektrum luas
- · Metronidazol
- · Monitor : Infiltrat, tanda – tanda peritonitis(perforasi), suhu tiap 6 jam, LED, AL bila baik disuruh mobilisasi dan selanjutnya dipulangkan.
Penderita anak perlu cairan intravena untuk
mengoreksi dehidrasi ringan. Timbul dehidrasi yang terjadi karena muntah,
sekuestrasi cairan dalam rongga abdomen dan febris. Anak memerlukan perawatan
intensif sekurang-kurangnya 4-6 jam sebelum dilakukan pembedahan. Pipa
nasogastrik dipasang untuk mengosongkan lambung agar mengurangi distensi
abdomen dan mencegah muntah. Kalau anak dalam keadaan syok hipovolemik maka
diberikan cairan ringer laktat 20 ml/kgBB dalam larutan glukosa 5% secara
intravena, kemudian diikuti dengan pemberian plasma atau darah sesuai indikasi.
Setelah pemberian cairan intravena sebaiknya dievaluasi kembali kebutuhan dan
kekurangan cairan.
Antibiotika sebelum pembedahan diberikan pada
semua anak dengan apendisitis, antibiotika profilaksis mengurangi insidensi
komplikasi infeksi apendisitis. Pemberian antibiotika dihentikan setelah 24 jam
selesai pembedahan. Antibiotika berspektrum luas diberikan secepatnya sebelum
ada biakan kuman. Pemberian antibiotika untuk infeksi anaerob sangat berguna
untuk kasus-kasus perforasi apendisitis. Antibiotika diberikan selama 5 hari
setelah pembedahan atau melihat kondisi klinis penderita. Kombinasi antibiotika
yang efektif melawan bakteri aerob dan anaerob spektrum luas diberikan sebelum
dan sesudah pembedahan. (dr. Andika Arie P.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar