RENUNGAN
WASPADA GHURUR
Menurut bahasa, kata ghurur berarti tipuan, baik terhadap diri sendiri, terhadap orang lain, maupun terhadap diri sendiri dan orang lain sekaligus. Atau sesuatu yang menipu, yang memperdayakan.
Adapun menurut istilah para penggiat amal Islami atau aktifis gerakan Islam, ghurur berarti perasaan i'jab (bangga) sang penggiat amal Islami terhadap dirinya sendiri dengan merendahkan dan meremehkan segala sesuatu yang timbul dari orang lain, tetapi tidak sampai merendahkan orangnya.
Sebab-sebab ghurur adalah faktor keturunan, disanjung dan dipuji di hadapannya dengan tidak memperhatikan adab-adab syar'iyyah yang berhubungan dengan hal itu, bersahabat dengan orang-orang yang 'ujub (bangga dengan dirinya sendiri), terpesona dengan nikmat dengan melupakan yang memberi nikmat, tampil beramal sebelum matang dan sempurna tarbiyahnya, lupa atau jahil terhadap hakikat dirinya, karena nasab atau asal usulnya orang yang terhormat, penghormatan yang berlebihan, kepatuhan dan ketaatan yang berlebihan, lupa akibat buruk yang ditimbulkan oleh bangga diri, tidak melakukan introspeksi terhadap diri sendiri, tidak adanya bimbingan dari orang lain, berlebihan dalam beragama, berlebih-lebihan dalam mendalami suatu ilmu, lebih-lebih terhadap masalah yang aneh-aneh atau ganjil dengan melupakan pengalamannya, terpaku pada ketaatannya dengan melupakan kemaksiatan dan keburukan-keburukannya, cenderung kepada dunia, karena melihat salah satu sisi lehidupan yang kurang baik dari seorang panutan atau pimpinan, karena sebagian aktifis berlebih-lebihan dalam menyembunyikan amalannya, dan perlakuan yang tidak sama antara pengikut.
Ghurur mempunyai dampak negatif dan akibat yang buruk bagi penggiat amal Islami. Akibat-akibat tersebut terhadap sang penggiat amal Islam adalah : suka berdebat dan bersitegang urat leher, takabbur dimuka bumi dengan tidak benar, memaksakan pendapat dan sewenang-wenang dalam berpikir.
Adapun bahaya ghurur terhadap amal islami antara lain : mudah dirusak oleh musuh-musuh Allah dan dijadikannya tercabik-cabik, menjadikan orang-orang awam enggan dan berbalik darinya (meninggalkannya), lebih-lebih pada waktu menghadapi cobaan dan kesulitan.
Ada beberapa simbol, lambang, atau tanda-tanda yang menjadi identitas ghurur ini, antara lain : selalu merendahkan dan meremehkan orang lain, meskipun amalan itu baik; suka membicarakan amalan-amalan yang dilakukannya dengan menyanjung-nyanjung dan memujinya; enggan untuk tunduk dan patuh kepada kebenaran (pendapat yang benar) meskipun pendapat itu dari orang yang memang ahlinya.
Untuk mengobati ghurur dan untuk menjaga diri agar tidak terjangkiti ghurur untuk kali yang lain, dapat ditempuh dengan cara-cara berikut ini: memperhatikan dampak dan akibat buruk yang ditimbulkan oleh ghurur; selalu mengingat pentingnya sikap tengah-tengah dan seimbang dalam segala hal; selalu ingat bahwa amalan semata-mata tidak dapat menyelamatkan manusia dari adzab neraka, tetapi keselamatan itu adalah karunia Allah, rahmat, dan perkenan izin-Nya; senantiasa memperhatikan dan mengkaji kitab-kitab Allah dan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, karena dengan begitu kita mengetahui kisah-kisah para Nabi dan orang-orang shalih; bercermin dengan tata kehidupan orang-orang Salaf yang shalih, yang melakukan banyak amal kebaikan dengan menjaga kejujuran dan keikhlasan, dengan tidak menghiraukan celotehan dan tuduhan orang lain terhadap diri mereka; memusatkan perhatian kepada masalah-masalah yang penting, dengan mengesampingkan perkara-perkara yang aneh-aneh dan tidak penting, demi menjaga efisiensi waktu dan memanfaatkan umur; tidak bersahabat dengan orang-orang yang terkena ghurur; suka mengoreksi diri sendiri sehingga dapat membersihkannya dari akhlak yang tercela; mengundurkan diri dari posisi depan meskipun hanya sementara waktu, sehingga terbebas dari penyakit ini dan jiwanya kembali kepada fitrah dan bersinar cemerlang; orang-orang yang ada di sekelilingnya hendaklah mengikuti adab-adab syar'iyyah dalam memuji, menghormati, dan mentaati seseorang; orang-orang yang ada disekelilingnya hendaknya menampakkan amal-amal baiknya kepada orang yang ditimpa ghurur ini; orang-orang yang menjadi panutan hendaklah menyikapi para pengikutnya secara sama rata; selalu memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala karena Dia akan menolong orang yang berdo'a dan berlindung kepada-Nya.
"Dan orang-orang yang berjihad di jalan Kami. Tentu Kami bimbing mereka ke jalan-jalan keridhaan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al Ankabut : 69). (dr. Sunardi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar