MAJALAH KESEHATAN ISLAM HILAL AHMAR EDISI 36 /VI/ JUNI 2010
RENUNGAN
ANTARA KEBENARAN DAN KEPENTINGAN
Kami bersumpah untuk melakukan kebaikan dan melaksanakan segala kebenaran.
Itu salah satu yang sering terjadi di awal. Awal dari apapun selalu merencanakan
kebaikan dan berusaha untukmelangkah di atas jalan kebenaran.
Ketika menjadi pemimpin, bersumpah demi kebenaran untuk menjalankan
kebenaran dan memberi sejahtera bagi yang dipimpinnya. Tetapi nanti akan terbukti
apakah kebenaran yang menjadi tujuan atau kepentingan. Ketika akhir kejadian, apakah
dia menjadi pecundang sebagai tersangka, terdakwa, atau terpidana dalam kasus apapun
selama dia menjadi pemimpin.
Ketika menjadi pejabat baik negara maupun swasta, selalu bersumpah atas nama
Tuhan. Kata Taqwa menjadi sakral, dan muncul dari bibir para pejabat. Tidak ada yang
merencanakan kejahatan ketika dilantik menjadi pejabat.
Siapapun yang menjadi pemimpin, baik di level tinggi, menengah, dan kecil.
Dalam level formal atau informal. Pada awalnya selalu penuh dengan rencana kebenaran.
Namun ketika di akhir, akan terbukti apakah kebenaran atau kepentingan yang menjadi
Untuk itu, siapapun diri kita, berhati-hatilah dengan akhir. Karena akan menjadi
bukti siapakah diri kita.
Dalam proses dari awal sampai akhir, terjadi pergulatan. Perseteruan antara satu
orang dengan orang yang lain, antara satu pihak dengan pihak yang lain. Bahkan dalam
keluarga pengambil keputusan.
Awalnya mulut kita penuh dengan kesantunan dan tutur kata yang manis. Mari
kita rencanakan kebenaran ini. Mari bersama-sama menegakkan kebenaran. Mari untuk
tidak saling berlaku curang. Mari saling bersepakat untuk menyelesaikan masalah dengan
kedamaian.
Lidah belum lagi kering,. Tiba-tiba semua berubah. Mulut yang manis berubah
menjadi culas. Memutar balikkan omongan. Kebenaran yang disepakati menjadi tujuan
akhirnya berubah menjadi kepentingan. Atas nama kekuasaan, maka semua rencana
kebenaran menjadi berputar 180 derajat.
Telinga yang mendengar kesepakatan belum lagi tuli, tiba-tiba kedustaan
dipertontonkan secara terang-terangan. Seolah-olah kebenaran hanya milik pribadi bukan
milik kolektif.
Kumpulan kebenaran akhirnya berpisah karena adanya perbedaan kepentingan.
Pastilah tidak ada dua orang yang benar berpisah karena kepentingan. Atas nama
kepentingan akhirnya semua berakhir.
“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia
dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.”
(Asy-Syuura : 42).
“Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka
perbuat. Sesungguhnya sangat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (Al
Maidah: 79).
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (Al Anfal : 27).
“Tidak ada iman bagi orang yang tidak menunaikan amanat dan tidak ada agama
pada orang yang tidak menepati janji.” (HR. Imam Ahmad).
Kepemimpinan itu bukan di awal, tetapi di akhir. Karena nanti akan terbukti
apakah kebenaran yang menjadi tujuan atau sebaliknya kepentingan.
“Ya Allah, karuniakan kebaikan di akhir segala urusan kami dan jagalah kami
dari kehinaan di dunia dan azab di akhirat.” (HR. Ahmad, Hakim, dan Ibnu Hibban)
(dr. Sunardi)
RENUNGAN
ANTARA KEBENARAN DAN KEPENTINGAN
Kami bersumpah untuk melakukan kebaikan dan melaksanakan segala kebenaran.
Itu salah satu yang sering terjadi di awal. Awal dari apapun selalu merencanakan
kebaikan dan berusaha untukmelangkah di atas jalan kebenaran.
Ketika menjadi pemimpin, bersumpah demi kebenaran untuk menjalankan
kebenaran dan memberi sejahtera bagi yang dipimpinnya. Tetapi nanti akan terbukti
apakah kebenaran yang menjadi tujuan atau kepentingan. Ketika akhir kejadian, apakah
dia menjadi pecundang sebagai tersangka, terdakwa, atau terpidana dalam kasus apapun
selama dia menjadi pemimpin.
Ketika menjadi pejabat baik negara maupun swasta, selalu bersumpah atas nama
Tuhan. Kata Taqwa menjadi sakral, dan muncul dari bibir para pejabat. Tidak ada yang
merencanakan kejahatan ketika dilantik menjadi pejabat.
Siapapun yang menjadi pemimpin, baik di level tinggi, menengah, dan kecil.
Dalam level formal atau informal. Pada awalnya selalu penuh dengan rencana kebenaran.
Namun ketika di akhir, akan terbukti apakah kebenaran atau kepentingan yang menjadi
Untuk itu, siapapun diri kita, berhati-hatilah dengan akhir. Karena akan menjadi
bukti siapakah diri kita.
Dalam proses dari awal sampai akhir, terjadi pergulatan. Perseteruan antara satu
orang dengan orang yang lain, antara satu pihak dengan pihak yang lain. Bahkan dalam
keluarga pengambil keputusan.
Awalnya mulut kita penuh dengan kesantunan dan tutur kata yang manis. Mari
kita rencanakan kebenaran ini. Mari bersama-sama menegakkan kebenaran. Mari untuk
tidak saling berlaku curang. Mari saling bersepakat untuk menyelesaikan masalah dengan
kedamaian.
Lidah belum lagi kering,. Tiba-tiba semua berubah. Mulut yang manis berubah
menjadi culas. Memutar balikkan omongan. Kebenaran yang disepakati menjadi tujuan
akhirnya berubah menjadi kepentingan. Atas nama kekuasaan, maka semua rencana
kebenaran menjadi berputar 180 derajat.
Telinga yang mendengar kesepakatan belum lagi tuli, tiba-tiba kedustaan
dipertontonkan secara terang-terangan. Seolah-olah kebenaran hanya milik pribadi bukan
milik kolektif.
Kumpulan kebenaran akhirnya berpisah karena adanya perbedaan kepentingan.
Pastilah tidak ada dua orang yang benar berpisah karena kepentingan. Atas nama
kepentingan akhirnya semua berakhir.
“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia
dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.”
(Asy-Syuura : 42).
“Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka
perbuat. Sesungguhnya sangat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (Al
Maidah: 79).
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (Al Anfal : 27).
“Tidak ada iman bagi orang yang tidak menunaikan amanat dan tidak ada agama
pada orang yang tidak menepati janji.” (HR. Imam Ahmad).
Kepemimpinan itu bukan di awal, tetapi di akhir. Karena nanti akan terbukti
apakah kebenaran yang menjadi tujuan atau sebaliknya kepentingan.
“Ya Allah, karuniakan kebaikan di akhir segala urusan kami dan jagalah kami
dari kehinaan di dunia dan azab di akhirat.” (HR. Ahmad, Hakim, dan Ibnu Hibban)
(dr. Sunardi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar