Info Obat
Sediaan Tetes TelingaPada edisi yang lalu sedikit telah kita bahas mengenai sediaan tetes mata. Pada edisi kali ini kita beralih membahas sediaan tetes lainya, yakni sediaan tetes telinga.
Secara anatomis, telinga terbagi menjadi 3 bagian, bagian luar, tengah dan dalam. Telinga luar terdiri dari pinna atau aurikula, yaitu daun kartilago yang menangkap gelombang bunyi dan menjalurkannya ke kanal auditori eksternal (meatus), suatu lintasan sempit yang panjangnya sekitar 2,5 cm merentang dari aurikula sampai membran timpani. Membran timpani (gendang telinga) adalah pembatas telinga tengah. Membran timpani berbentuk kerucut, permukaan eksternalnya dilapisi kulit dan permukaan internalnya dilapisi membran mukosa; membran ini memisahkan telinga luar dan telinga tengah, memiliki tegangan, ukuran, dan ketebalan yang sesuai untuk menggetarkan gelombang bunyi secara mekanis. Telinga tengah terletak di rongga berisi udara dalam bagian petrosus tulang temporal. Tuba eustachius (auditori) menghubungkan telinga tengah dengan faring. Tuba yang biasanya tertutup dapat terbuka saat menguap, menelan, atau mengunyah. Saluran ini berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran timpani.
Obat tetes telinga terkadang dinamakan sebagai sediaan aural atau sediaan otik. Sediaan ini biasanya ditempatkan pada kanal telinga untuk menghilangkan serumen telinga atau untuk pengobatan infeksi, inflamasi, atau nyeri telinga. Karena telinga terluar ditutup oleh struktur kulit dan berperilaku seperti kondisi kulit lain seperti halnya permukaan tubuh, maka umumnya pengobatannya menggunakan sediaan dermatologi.
Salah satu kondisi patofisiologi pada telinga adalah infeksi telinga otitis akut (swimmers ear), yakni suatu kondisi inflamasi dari kanal eksternal telinga, umumnya disebabkan oleh trauma lokal (akibat cara membersihkan telinga dengan menggunakan alat runcing dan tajam), tetapi bisa juga disebabkan oleh hal-hal lain.
Manifestasi tahap preinflamasi dari otitis eksternal, seperti kelainan kulit, disertai dengan perasaan gatal pada kanal eksternal dan penumpukan unit apopilo sebaseus. Diduga hal ini akibat kehilangan lipid pada kanal auditor eksternal sehingga terjadi peningkatan kandungan air stratum korneum yang menyebabkan edema intraseluler. Tahap inflamasi akut disebabkan oleh trauma yang menginduksi radang sehingga bakteri mendapatkan akses menuju dermis.
Otomikosis adalah hasil infeksi jamur pada permukaan kanal eksternal telinga. Hal ini sering merupakan infeksi ikutan bakteri atau akibat keberadaan serumen basah (moist). Otitis media supuratif kronik adalah kondisi inflamasi dari telinga tengah. Selain itu, mungkin pula terjadi pengerasan (granulations) jaringan, fibriosis dan osteoneogenesis. Umumnya organisme penyebab otitis akut eksternal ini adalah Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus. Penyebab inflamasi kronik adalah Proteus spesies, Aspergillus niger, dan Candida albicans adalah penyebab otomikosis. Selain itu mungkin juga terdapat Mucormycosis dan Actiomyces, sedangkan penyebab otitis media supuriatif kronik adalah Paeruginosa dan S aureus.
Sediaan telinga meliputi :
Larutan untuk menghilangkan serumen
Serumen adalah kombinasi sekresi keringat dari kelenjar sebaseous dan kanal eksternal auditori. Sekresi ini jika mengering akan membentuk masa semisolida lengket dan dapat mengikat sel epitelial, rambut rontok, debu dan benda asing lainnya yang masuk kedalam liang telinga. Akumulasi serumen secara berlebihan dalam telinga dapat menyebabkan rasa gatal, nyeri, dan mengganggu pendengaran; jika tidak dikeluarkan secara periodik, maka serumen dapat mengeras dan menghilangkannya akan lebih sulit serta menimbulkan rasa sakit.
Untuk melunakkan serumen yang sudah memadat digunakan minyak mineral ringan, minyak nabati, dan hidrogen peroksida. Saat ini digunakan larutan surfaktan sintetik. Salah satu dari agen ini adalah kondensat trietanol amin polipeptida oleat, yang secara komersial diformulasi dengan pembawa propilen glikol, digunakan untuk emulsifikasi serumen untuk mempermudah pengeluarannya.
Sediaan lainnya adalah karbamida peroksida ( 6,5%) dalam campuran gliserin, propilen glikol, dan asam sitrat. Pada saat berkontak dengan serumen, karbamida peroksida melepas oksigen yang merusak integritas dari wax serumen yang memadat, sehingga mudah dihilangkan..
Sediaan antiseptikAgen antiseptik sering digunakan untuk pengobatan penyakit kanal eksternal telinga. Beberapa antiseptik biasa digunakan untuk profilaksis pembedahan telinga. Sediaan antiseptik otologi dipasarkan hanya sebagai larutan asam asetat (cuka). Sediaan asam asetat (biasanya larutan 2-5%) menunjukkan aktivitas antibakteri dan antijamur. Sangat bermanfaat untuk P. Aeruginosa, Staphilooccus, B-hemolitic streptococci, Candida spesies, dan Aspergillus. Tidak ada mikroorganisme yang resisten terhadap sediaan ini. Larutan asam asetat pada telinga luar biasanya dapat ditoleransi dan nonsensitisasi, hanya instalasi ke dalam jaringan telinga tengah dapat menimbulkan rasa nyeri.
Larutan asam asetat dapat dikombinasi dengan alumunium asetat atau senyawa steroid karena bersifat antiinflamasi dan antipruritik. Ada kecenderungan larutan asam asetat menginduksi lapisan keratin yang akan meningkatkan jaringan mati dalam liang selnya. Hal ini akan mempengaruhi infeksi dan memperlambat proses penyembuhan.
Antiseptik umum, seperti povidon iodin, klorheksidin glukonat, dan heksakhlorofen dapat digunakan ototopikal untuk profilaksis pembedahan. Paling umum digunakan adalah povidon jodium karena spektrum aktivitasnya lebar terhadap mikroflora, mikrozoa, dan virus. Selama profilaksis pembedahan, antiseptik harus dicegah jangan sampai memasuki telinga tengah karena akan menghambat migrasi fibrolast selama proses penyembuhan.
Sediaan antijamur Kebanyakan infeksi otomikotik adalah konsekuensi dari pengobatan dengan antibiotika. Dengan cara pembersihan kanal eksternal telinga dan menghentikan pengobatan (dengan antibiotika), biasanya cukup untuk menghilangkan infeksi.
Tetes antimikrobaSebagai satu kelompok, obat tetes antimikroba otik paling banyak diminta dokter melalui resep. Kebanyakan sediaan ini mengandung campuran antibiotika yang dikombinasikan dengan agen steroid.
Untuk aktivitas bakterisid dapat ditambahkan asam asetat atau suatu alkohol. Beberapa dari sediaan ini mengandung asam asetat sebagai agen antibakteri utama. Kebanyakan formulasi untuk sediaan ini mempunyai pH rendah antara 3-5, sama dengan kanal esternal telinga normal.
Sediaan SerbukSediaan serbuk sudah digunakan sejak lama dalam pengoatan otologi. Pada awalnya digunakan dalam bentuk serbuk tabur untuk pengobatan otitis kronis, terutamanya berguna untuk rongga mastoid. Berbeda dengan sediaan otik lainnya, serbuk tidak bisa menyebabkan nyeri pada waktu pemberian. Untuk instilasi (pemasukan) obat serbuk dapat digunakan suatu alat 'in sulfator' ke dalam kanal eksternal telinga atau rongga mastoid. Sediaan antibiotika yang sesuai untuk alat insulfator antara lain, kloramfenikol-sulfanilamid-fungizone, kloramfenikol-sulfanilamida-fungizone-hidrokortison.
Sediaan AnestetikaAgen anestetika digunakan untuk menghilangkan nyeri terkait dengan infeksi, seperti otitis eksternal, otitis media, dan miringitis gelembung (bullous). Dapat pula digunakan secara lokal sebelum operasi, pada umumnya selama miringotomi pada pasien dengan membran timpanik tidak rusak atau utuh.
Kebanyakan sediaan anestetik mengandung benzokain karena benzokain diabsorbsi buruk melalui kulit sehingga terlokalisasi untuk waktu lama, hanya saja efektivitasnya sulit diramalkan. Benzokain diketahui pula menjadi penyebab reaksi hipersensitivitas.
Sediaan lainPropilenglikol adalah pembawa yang baik untuk beracam obat tetes antibiotika, menunjukkan efek dehidrasi terhadap jamur, dan meningkatkan efektivitas pengobatan antijamur lainnya. Kadang-kadang menimbulkan kontak dermatitis pada saat penggunaan pada pasien.
Kortikosteroid kadang-kadang ditambahkan pada bermacam obat tetes kombinasi ototopikal untuk mengurangi inflamasi dan gatal-gatal berkaitan dengan infeksi telinga akut. Kortikosteroid dapat pula digunakan untuk pengobatan pertama dermatosis pada kanal eksternal telinga, terutama psoriasis dan dermatitis seboreika.
Pembuatan sediaan otik ini didasarkan pada pembuatan sediaan steril sehingga cara sterilisasi dan teknik aseptik yang digunakan sama dengan cara sterilisasi dan teknik aseptik untuk preparasi obat steril, seperti injeksi. Wallahu a`lam.(Farida Yanurti DK, S. Farm, Apt)
Pustaka :
Agoes, Goeswin. 2009. Sediaan Farmasi Steril. Penerbit ITB, Bandung.
Anief, Moh. 2000. Farmasetika. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar