Sampai saat ini, Pneumonia merupakan penyakit infeksi menular yang
masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak di negara
berkembang.Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas) tahun 2007 melaporkan
bahwa Pneumonia merupakan penyebab kedua kematian balita setelah diare,
hal ini menunjukkan bahwa pneumonia merupaakan penyakit yang menjadi
masalah kesehatan masyarakat utama yang berkontribusi terhadap
tingginya angka kematian balita di Indonesia .
Pneumonia adalah inflammasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian
besar disebabkan oleh mikrooorganisme (virus/bakteri) dan sebagian
kecil disebabkan oleh hal lain. Pada pneumonia yang disebabkan oleh
kuman, menjadi pertanyaan penting adalah penyebab dari pneumonia (virus
atau bakteri). Pneumonia seringkali dipercaya diawali oleh infeksi
virus yang kemudian mengalami komplikasi infeksi bakteri. Secara klinis
pada anak sulit membedakan pneumonia bacterial dengan pneumonia viral.
Pola bakteri penyebab pneumonia biasanya berubah sesuai dengan
distribusi umur pasien. Namun secara umum bakteri yang berperanan
penting dalam pneumonia adalah : Streptococcus pneumonia, haemophyllus
influenzae, Staphylococcus aureus, Streptococcus group B serta kuman
atipik Chlamydia dan Mycoplasma. Walaupun pneumonia viral dapat
ditatalaksanakan tanpa antibiotic, tapi umumnya sebagian besar pasien
diberi antibiotic karena infeksi bakteri sekunder tidak dapat
disingkirkan.
Di negara berkembang, pneumonia pada anak terutama disebabkan oleh
bakteri. Bakteri yang sering menyebabkan pneumonia adalah
Streptococcus pneumonia, Haemophyllus influenza type B (HiB) dan
Staphylococcus aureus. Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri-bekteri
ini dikenal sebagai pneumonia atipik. Pneumonia atipik terutama
disebabkan Mycoplasma pneumonia dan Chlamydia pneumonia.
Sedangkan di negara maju, pneumonia pada anak terutama disebabkan
oleh virus, disamping bakteri atau campuran bakteri dan virus. Virkki
dkk melakukan penelitian pada pneumonia anak dan menemukan etiologi
virus saja sebanyak 32%, campuran bakteri dan virus 30% dan bakteri
saja 22%.
Virus yang terbanyak ditemukan adalah Respiratory Syncytial
Virus (RSV), Rhinovirus, dan virus Parainfluenza. Bakteri yang
terbanyak adalah Streptococcus pneumonia, Haemophyllus influenza type
B, dan Mycoplasma Pneumoniae. Kelompok anak berusia 2 tahun ke atas
mempunyai etiologi infeksi bakteri yang lebih banyak daripada anak
berusia di bawah 2 tahun.
FAKTOR RISIKO
Factor dasar atau fundamental yang menyebabkan tingginya angka
kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh pneumonia pada anak dan
balita di negara berkembang adalah :
- Kemiskinan yang meluas
Kemiskinan yang luas berdampak besar dan menyebabkan derajat kesehatan rendah dan status sosio-ekologi menjadi buruk .
- Derajat kesehatan yang rendah
Akibat derajat kesehatan yang rendah maka penyakit infeksi termasuk
penyakit kronis dan infeksi HIV mudah ditemukan. Banyaknya komorbid lain
seperti malaria, campak, gizi kurang, defisiensi vitamin A, defisiensi
zinc, tingginya prevalensi kolonisasi pathogen di nasofaring,
tingginya kelahiran dengan berat badan lahir rendah, tidak ada atau
tidak memberikan ASI dan imunisasi yang tidak adekuat memperburuk
derajat kesehatan.
- Status sosio-ekologi yang buruk
Status sosio-ekologi yang tidak baik ditandai dengan buruknya
lingkungan, daerah pemukiman kumuh dan padat, polusi dalam ruang akibat
penggunaan bahan bakar rumah tangga dari kayu dan sekam padi dan
polusi udara luar ruang. Ditambah lagi dengan tingkat pendidikan Ibu
yang kurang memadai, serta adanya adat kebiasaan dan kepercayaan local
yang salah.
- Pembiayaan kesehatan sangat kecil
Di negara berpenghasilan rendah, pembiayaan kesehatan sangat kurang.
Sebagai gambaran kesenjangan pembiayaan kesehatan adalah sebagai
berikut ; di seluruh dunia, 87% pembiayaan kesehatan dipakai hanya
untuk 16% jumlah penduduk di negara berpenghasilan tinggi. Sisanya
yaitu 13% pembiayaan dipakai untuk sebagian besar (84%) penduduk di
negara berpenghasilan rendah.
Pembiayaan kesehatan yang tidak cukup menyebabkan fasilitas kesehatan seperti infrastruktur kesehatan untuk diagnostic dan terapeutik tidak adekuat dan tidak memadai, tenaga kesehatan yang terampil terbatas ditambah lagi dengan akses ke fasilitas kesehatan sangat kurang.
Pembiayaan kesehatan yang tidak cukup menyebabkan fasilitas kesehatan seperti infrastruktur kesehatan untuk diagnostic dan terapeutik tidak adekuat dan tidak memadai, tenaga kesehatan yang terampil terbatas ditambah lagi dengan akses ke fasilitas kesehatan sangat kurang.
- Proporsi populasi anak lebih besar
Di negara berkembang yang umumnya berpenghasilan rendah proporsi
populasi anak 37%, di negara berpenghasilan menengah 27% dan di negara
berpenghasilan tinggi hanya 18% dari total jumlah penduduk. Besarnya
proporsi populasi anak akan menambah tekanan pada pengendalian dan
pencegahan pneumonia terutama pada aspek pembiayaan.
Seluruh factor dasar di atas tidak berdiri sendiri, melainkan berupa
sebab akibat, saling terkait dan saling mempengaruhi yang terkait
sebagai factor risiko pneumonia pada anak.
Rudan et.al 2008 melaporkan 3 kelompok factor risiko yang
mempengaruhi insidens pneumonia pada anak, factor risiko tersebut adalah
;
- Factor risiko yang selalu ada, meliputi gizi kurang, berat badan lahir rendah, tidak ada / tidak memberikan ASI, polusi udara dalam ruang dan pemukiman padat.
- Factor risiko sangat mungkin
- Factor risiko yang masih mungkin
Factor risiko ini seharusnya diperhatikan secara serius dan perlu
intervensi segera agar penurunan insidens pneumonia berdampak signifikan
pada penurunan Angka Kematian Anak dan Balita.
MANIFESTASI KLINIS
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara
ringan hingga sedang , sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian
kecil yang berat ,mengancam kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi
sehingga memerlukan perawatan di rumahsakit.
Beberapa factor yang mempengaruhi gambaran klinis pneumonia pada anak adalah imaturitas anatomic dan imunologik, mikroorganisme penyebab yang luas, gejala klinis yang kadang-kadang tidak khas terutama pada bayi, terbatasnya penggunaan prosedur diagnostic nvasif, etiologi non infeksi yang relative lebih ringan, dan factor pathogenesis. Di samping itu, kelompok usia pada anak merupakan factor penting yang menyebabkan karakteristik penyakit berbeda-beda, sehingga perlu dipertimbangkan dalam tindakan pneumonia.
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat ringannya infeksi tetapi secara umum adalah sebagai berikut ;
Beberapa factor yang mempengaruhi gambaran klinis pneumonia pada anak adalah imaturitas anatomic dan imunologik, mikroorganisme penyebab yang luas, gejala klinis yang kadang-kadang tidak khas terutama pada bayi, terbatasnya penggunaan prosedur diagnostic nvasif, etiologi non infeksi yang relative lebih ringan, dan factor pathogenesis. Di samping itu, kelompok usia pada anak merupakan factor penting yang menyebabkan karakteristik penyakit berbeda-beda, sehingga perlu dipertimbangkan dalam tindakan pneumonia.
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat ringannya infeksi tetapi secara umum adalah sebagai berikut ;
- Gejala infeksi umum
Yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu makan,
keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare ;
kadang-kadang ditemukan gejala infeksi ekstra pulmoner.
- Gejala gangguan respiratori
Yaitu batuk, sesak nafas, retraksi dada, takipneu, nafas cuping hidung, air hunger, merintih, dan cyanosis.
Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak perkusi, suara nafas melemah, dan rhonkhi. Akan tetapi pada neonates dan bayi kecil, gejala dan tanda pneumonia lebih beragam dan tidak terlalu jelas terlihat. Pada perkusi dan auskultasi paru, umumnya tidak ditemukan kelainan.
Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak perkusi, suara nafas melemah, dan rhonkhi. Akan tetapi pada neonates dan bayi kecil, gejala dan tanda pneumonia lebih beragam dan tidak terlalu jelas terlihat. Pada perkusi dan auskultasi paru, umumnya tidak ditemukan kelainan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis pneumonia adalah ;
- Pemeriksaan darah perifer lengkap
- Pemeriksaan C- Reactive protein (CRP)
- Uji serologis
- Pemeriksaan mikrobiologis
- Pemeriksaan rontgen thorax
TATA LAKSANA
Sebagian besar pneumonia pada anak tak perlu dirawat inap. Tetapi indikasi perawatan terutama berdasarkan berat ringannya penyakit, misalnya toksis, distress pernafasan, tidak mau makan dan mium, atau ada penyakit dasar yang lain, komplikasi dan terutama mempertimbangkan usia pasien. Neonatus dan bayi kecil dengan kemungkinan klinis pneumonia harus dirawat inap.
Sebagian besar pneumonia pada anak tak perlu dirawat inap. Tetapi indikasi perawatan terutama berdasarkan berat ringannya penyakit, misalnya toksis, distress pernafasan, tidak mau makan dan mium, atau ada penyakit dasar yang lain, komplikasi dan terutama mempertimbangkan usia pasien. Neonatus dan bayi kecil dengan kemungkinan klinis pneumonia harus dirawat inap.
Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal
dengan antibiotic yang sesuai serta tindakan suportif. Pengobatan
suportif meliputi pemberian cairan intravena, terapi oksigen, koreksi
terhadap gangguan keseimbangan asam basa, elektrolit, dan gula darah.
Untuk nyeri dan demam dapat diberikan analgetik-antipiretik. Penyakit
penyerta harus ditanggulangi dengan adekuat, komplikasi yang mungkin
terjadi harus dipantau dan diatasi.
Penggunaan antibiotic yang tepat merupakan kunci utama keberhasilan
pengobatan. Tetapi antibiotic harus segera diberikan pada anak dengan
pneumonia yang diduga disebabkan oleh bakteri.
Identifikasi dini mikroorganisme penyebab tidak dapat dilukan karena
tidak tersedianya uji mikrobiologis cepat. Oleh karena itu, antibiotic
dipilih berdasarkan pengalaman empiris. Umumnya pemilihan antibiotic
empiris didasarkan pada kemungkinan etiologi penyebab dengan
mempertimbangkan usia dan keadaan klinis pasien serta factor
epidemiologis.
KOMPLIKASI
Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema thoracis,
perikarditis purulenta, pneumothorax, atau infeksi ekstra pulmoner
seperti meningitis purulenta. Empiema thoracis merupakan komplikasi
tersering yang terjadi pada pneumonia bakteri.
Iltken F dkk melaporkan mengenai komplikasi miokarditis (tekanan
sistolik ventrikel kanan meningkat), keratin kinase meningkat, dan
gagal jantung (yang cukup tinggi pada seri pneumonia anak berusia 2-24
bulan). Oleh karena miokarditis merupakan keadaan yang fatal, maka
dianjurkan untuk melakukan deteksi dengan teknik non invasif seperti ;
EKG, Echocardiography, dan pemeriksaan enzyme.
PENCEGAHAN
Upaya pencegahan meliputi :
- Imunisasi
Imunisasi terhadap pathogen yang bertanggungjawab terhadap pneumoni merupakan strategi pencegahan yang spesifik .
- Non imunisasi
Meliputi pencegahan non spesifik, yaitu mengatasi berbagai factor
risiko seperti polusi udara dalam ruang, merokok, kebiasaan atau
perilaku yang tidak bersih, perbaikan gizi dengan pola makan sehat,
memberikan ASI. (dr. Meti Dewi Astuti)
Majalah Hilal Ahmar | 63/IX/FEB2013 | Anak Sehat