DETEKSI DINI RESIKO  PENYAKIT KARDIOVASKULAR
Kita semua pernah mendengar, ada tetangga, kerabat, orang yang kita kenal ataupun orang yang sudah terkenal tiba-tiba meniggal dunia tanpa didahului sakit sebelumnya. Dan biasanya kita sering menduga bahwa penyebab kematian yang mendadak tersebut karena penyakit atau serangan jantung. Memang benar bahwa penyakit kardiovaskular saat ini menjadi penyebab paling banyak kematian tidak hanya di Indonesia akan tetapi di seluruh dunia. Berdasarkan data WHO penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab kematian utama di dunia + 1/3 seluruh kematian. Tahun 2001 lebih dari 16 juta orang meninggal akibat penyakit Kardiovaskular dan diperkirakan pada tahun 2020 sebanyak 25 juta meninggal akibat penyakit kardiovaskular dimana setengah dari penyakit KV akibat penyakit koroner.
Melihat data-data diatas sudah sewajarnya bila kita khawatir apalagi prevalensi penyakit ini meningkat tiap tahunnya. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut diperlukan suatu strategi pencegahan yang menjadi prioritas utama baik itu di negara maju maupun di negara berkembang seperti Indonesia. Dengan strategi pencegahan yang baik diharapkan insiden atau kejadian penyakit KV dimasa yang akan datang bisa ditekan sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hidup seseorang. Selain itu dengan pencegahan yang baik dapat mengurangi beban biaya dan psikososial yang ditimbulkan akibat penyakit KV. Pencegahan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : pencegahan primer sebelum seseorang terkena penyakit jantung, dan pencegahan sekunder dimana seseorang sudah menderita sakit jantung akan tetapi diupayakan supaya jangan sampai timbul komplikasi ataupun perburukan dari penyakitnya.
Diantara pencegahan yang dapat kita lakukan untuk penyakit kardiovaskular yaitu dengan mengenal faktor-faktor resiko apa saja yang berdampak pada penyakit kardiovaskular dimasa yang akan datang, sehingga kita dapat mengantisipasi atau menghindari faktor resiko tersebut. Faktor resiko untuk kejadian penyakit kardiovaskular secara umum dibagi menjadi 2 yaitu : faktor yang dapat dimodifikasi (diubah) dan faktor yang tidak dapat diubah seperti tabel dibawah ini.
| 
Faktor yang dapat diubah | 
Faktor yang tidak dapat diubah | 
| 1. merokok 2. hipertensi 3. diabetes 4. hiperkolesterol (diet tinggi lemak) 5. obesitas 6. kurang olah raga 7. stress | 1. usia  (laki-laki : > 55 tahun, perempuan :    >65 tahun) 2. jenis kelamin (lebih banyak pada laki-laki) 3. riwayat keluarga sakit jantung | 
  Faktor Resiko Yang  Dapat Diubah
 1. Merokok 
Seperti  yang pernah dibahas dalam beberapa edisi yang lalu, bahwa merokok sangat  berkaitan erat dengan penyakit kardiovaskular khususnya penyakit jantung  koroner dan penyakit pembuluh darah perifer. Perokok mempunyai resiko 2-4x  terkena serangan jantung dibandingkan dengan non perokok. Di Amerika, merokok  merupakan penyebab kematian terbesar yang seharusnya dapat dicegah yaitu lebih  dari 450.000 kematian per tahun. Merokok dapat menyebabkan kerusakan endotel  pembuluh darah, penumpukan radikal bebas, pengentalan darah, penumpukan  trombosit yang dapat menyumbat pembuluh darah, meningkatkan tekanan darah,  menurunkan HDL (lemak baik) dan meningkatkan LDL (lemak jahat) serta  kolesterol. Oleh karena itu tidak ada kata lain selain berhenti merokok  sekarang juga, semakin banyak orang merokok semakin tinggi pula peluang untuk terkena  penyakit jantung. Begitu juga sebaliknya, menghentikan rokok selama setahun  dapat mengurangi resiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner sebanyak 50%,  dan bila berhenti total selama minimal 4 tahun resikonya menjadi sama dengan  non perokok.
2. Hipertensi
Hubungan antara peningkatan tekanan darah dengan kejadian penyakit  kardiovaskular berbanding lurus, artinya : semakin tinggi tensi seseorang  semakin besar pula peluangnya untuk terkena penyakit kardiovaskular seperti  penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke, atau penyakit ginjal.  Hipertensi dapat meningkatkan kerja jantung sehingga bila terjadi dalam waktu  yang lama, maka jantung akan mengadakan kompensasi dengan penebalan otot  jantung dan terjadi kekakuan dari jantung dan pembuluh darah. Bila kenaikan  tekanan darah dibarengi dengan merokok, obesitas, diabetes, maupun kadar  kolesterol dalam darah yang tinggi maka resiko untuk terjadi serangan jantung  ataupun stroke meningkat beberapa kali. Penyebab kematian akibat hipertensi di Amerika  adalah kegagalan jantung 45%, miokard infark 35%, cerebrovascular accident 15%  dan gagal ginjal 5%. Komplikasi yang terjadi pada hipertensi esensial biasanya  akibat perubahan struktur arteri dan arterial sistemik, terutama terjadi pada  kasus-kasus yang tidak diobati.  
3. Diabetes Melitus
Diabetes merupakan penyakit yang tidak hanya berefek pada gangguan  metabolisme glukosa dan pembentukan insulin akan tetapi penyakit ini dapat  menyerang semua organ tubuh termasuk jantung dan pembuluh darah. Diabetes  termasuk penyakit kronis dimana insidensinya cenderung bertambah dari masa ke  masa, di Indonesia jumlah penderita DM pada tahun 2000 sekitar 4 juta rupiah,  dan pada tahun 2010 lebih dari 5 juta penduduk indonesia mengidap penyakit ini.  Dengan semakin meningkatnya jumlah populasi penderita DM, maka semakin banyak  pula penderita yang beresiko terjadi penyakit KV khususnya penyakit jantung  koroner. Diabetes sangat beresiko terhadap peningkatan penyakit KV, bahkan  penderita DM dengan kadar gula yang terkontrol sekalipun tetap beresiko untuk  berkembang menjadi penyakit jantung dimasa yang akan datang apalagi dengan  kadar gula yang tidak terkontrol. Kira-kira sekitar ¾ penderita DM meninggal  karena komplikasi penyakit jantung dan pembuluh darah.
4. Hiperkolesterolemi
Hiperkolesterolemi  merupakan masalah yang cukup penting karena termasuk salah satu faktor risiko  utama PKV di samping hipertensi dan merokok. Di Amerika pada saat ini 50% orang  dewasa didapatkan kadar kolesterolnya >200 mg/dl dan ± 25% dari orang dewasa  umur >20 tahun dengan kadar kolesterol >240 mg/dl, sehingga risiko  terhadap PKV akan meningkat. Kolesterol, lemak dan substansi lainnya dapat  menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah arteri, sehingga lumen dari  pembuluh derah tersebut menyempit dan proses ini disebut aterosklerosis.  Penyempitan pembuluh darah ini akan menyebabkan aliran darah menjadi lambat  bahkan dapat tersumbat sehingga aliran derah pada pembuluh derah koroner yang  fungsinya memberi 02 ke jantung menjadi berkurang. Kurangnya 02 akan  menyebabkan otot jantung menjadi lemah, sakit dada, serangan jantung bahkan  kematian. 
Kadar kolesterol darah dipengaruhi oleh ke dalam tubuh (diet). Faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah di samping diet adalah keturunan umur dan jenis kelamin stress, alkohol dan exercise.
Diet merupakan  salah satu usaha yang paling baik dalam menanggulangi hiperkolesterolemi dimana  pada prinsipnya adalah mengatur agar susunan makanan sehari-hari rendah lemak  dan kolesterol; di samping itu juga menyesuaikan perbandingan jumlah kaiori  yang berasal dari lemak, protein dan karbohidrat sesuai dengan kebutuhan tubuh.  Bila kadar kolesterol tidak menurun setelah diet yang ketat selama 6 bulan  barulah perlu ditambahkan obat-obat untuk menurunkan kolesterol di samping diet.  Obat-obat untuk menurunkan kolesterol sifatnya bukan untuk menggantikan diet,  akan tetapi akan lebih bermanfaat bila disertai dengan diet.
5. Obesitas
Obesitas adalah kelebihan  jumlah lemak tubuh >19% pada laki-laki dan > 21% pada perempuan. Obesitas  sering didapatkan bersama-sama dengan hipertensi, DM dan hipertrigliserdemi.  Obesitas juga dapat meningkatkan kadar kolesterol total dan LDL kolesterol.  Risiko PKV akan jelas meningkat bila BB mulai melebihi 20% dari BB ideal.  Penderita yang gemuk dengan kadar kolesterol yang tinggi dapat menurunkan kadar  kolesterolnya dengan mengurangi BB melalui diet ataupun menambah exercise.
6. Exercise
Exercise dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki kolateral koroner sehingga risiko PJK dapat dikurangi. Exercise bermanfaat karena .
- memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke miokard
- menurunkan BB sehingga lemak tubuh yang berlebihan berkurang bersama-sama dengan menurunnya LDL kolesterol
- menurunkan kolesterol, trigliserid dan kadar gula darah pada penderita DM
- menurunkan tekanan darah
- meningkatkan kesegaran jasmani
Dari penelitian  di Havard selama 10 tahun terhadap 16.936 alumni Universitas Havard di Amerika  Serikat menyimpulkan orang dengan latihan fisik yang adekuat kemungkinan  menderita serangan PJK lebih kecil dibandingkan dengan yang kurang melakukan  aktifitas. 
 7. Stres / Emosi berlebihan
Berdasarkan penelitian, stres dapat menyebabkan penyempitan arteri dan  ini menurunkan aliran darah. Penyempitan yang berarti bahkan dapat terlihat  pada arteri yang terkena penyakit ringan. Penelitian lain mengesankan bahwa  stres berat dapat menyebabkan meningkatnya tekanan darah serta pecahnya dinding  arteri yang memicu serangan jantung. Mengindari stress cara yang ampuh  menghindari penyebab penyakit jantung.
  
Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Diubah
1. Umur
Telah dibuktikan adanya hubungan antara umur dan kematian akibat PJK.  Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan  meningkat dengan bertambahnya umur. Juga diadapatkan hubungan antara umur dan  kadar kolesterol yaitu kadar kolesterol total akan meningkat dengan  bertambahnya umur. Di Amerika Serikat kadar kolesterol pada laki-laki maupun  perempuan mulai meningkat pada umur 20 tahun. Pada laki-laki kadar kolesteroi  akan meningkat sampai umur 50 tahun dan akhirnya akan turun sedikit setelah  umur 50 tahun. Kadar kolesterol perempuan sebelum menopause (45-60tahun) lebih  rendah daripada laki-laki dengan umur yang sama. Setelah menopause kadar  kolesterol perempuan biasanya akan meningkat menjadi lebih tinggi daripada  laki-laki.
Dari penelitian Cooper pada 2000 laki-laki yang sehat didapatkan  peningkatan kadar kolesterol total dengan bertambahnya umur. Akan teteapi kadar  HDL kolesterol akan tetap konstan sedangkan kadar LDL Kolesterol cenderung  meningkat.
2. Jenis kelamin
Di Amerika  Serikat gejala PKV sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1 dari 5 laki laki dan  1 dari 17 perempuan. Ini berarti bahwa laki-laki mempunyai risiko PJK 2-3x  lebih besar daripada perempuan. Pada beberapa perempuan pemakaian oral  kontrasepsi dan selama kehamilan akan meningkatkan kadar kolesterol. Pada  wanita hamil kadar kolesterolnya akan kembali normal 20 minggu setelah  melahirkan. Angka kematian pada laki-laki didapatkan lebih tinggi daripada  perempuan dimana ketinggalan waktu l0 tahun kebelakang seperti terlihat pada  gambar di bawah akan tetapi setelah menopause hampir tidak didapatkan perbedaan  dengan laki-laki.
3. Ras
Perbedaan risiko  Penyakit kardiovaskular antara ras didapatkan sangat menyolok, walaupun  bercampur baur dengan faktor geografis, soaial dan ekonomi. Di Amerika  perbedaan antara ras Caucasia dengan non Caucasia (tidak termasuk. Negro)  didapatkan, risiko PKV pada non Caucasia kira-kira separuhnya. 
4. Geografis
Risiko PKV pada  orang Jepang masih tetap merupakan salah satu yang paling rendah di dunia. Akan  tetapi ternyata didapatkan risiko PJK yang meningkat pada orang jepang yang  melakukan imigrasi ke Hawai dan California. Ini menunjukkan faktor lingkungan  lebih besar pengaruhnya daripada faktor genetik. 
Penyakit Jantung sangat perlu  diwaspadai karena penyakit jantung salah satu Penyakit pembunuh manusia  terbesar di dunia. Melebih orang meninggal karena bencara gempa. Mengetahui  faktor resiko Penyebab Penyakit Jantung sangatlah penting dan perlu tindakan  untuk mencegah terjadinya penyakit Jantung.   Selain itu, penting untuk mengetahui gejala adanya penyakit jantung  sehingga dapat dilak`ukan penanganan yang cepat dan tepat yang dapat mengurangi  dampak buruk yang diakibatkannya.(dr. Safir) 
Edisi 60/VII/September/2012
 
 
Bagus
BalasHapus