Sehat Mental | Majalah Hilal Ahmar Edisi 54/VIII/Februari/2012
PERSIAPAN YANG SEBENARNYA
Jantung atau qalbu siapa yang sebenarnya menyukai beribadah? Jawabannya tiada lain adalah jantung atau qalbu yang sehat, bersih, selalu bertaut dengan Allah dan benar. Sesungguhnya jantung atau qalbu adalah motor ibadah atau mesin ibadah. Yang menggerakkan seluruh anggota badannya hidup dan jiwanya merasa senang untuk melakukan ibadah. Jika jantung atau qalbu sakit, maka jiwanya merasa berat melakukan ibadah. Kemudian sesudah itu menjadi benci- na’udzubillah- terhadap ibadah. Oleh karenanya Allah ‘Azza wa Jalla berfirman mengenai shalat :
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sesungguhnya berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (Al Baqarah 45).
Shalat itu berat, sebab yang melakukan shalat sebenarnya bukan kaki dan tangan, akan tetapi qalbu dan jiwa.
“Sesungguhnya orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila berdiri untuk melakukan shalat, mereka berdiri dengan rasa malas. Mereka bermaksud riya’ (pamer dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. “ (An Nisa’ 142).
Jadi, jantung atau qalbu yang sebenarnya menegakkan ibadah. Sedang anggota badan adalah pelayan bagi jantung tersebut. Ia melaksanakan apa yang diperintahkan qalbu/jantung. Jika qalbu seseorang hidup, maka jiwanya juga hidup. Ibadah terasa ringan dan mudah baginya. Bahkan tidak sampai disitu, ibadah terasa manis di dalam jiwanya, terasa nyaman di dalam qalbu/jantungnya dan terasa lapang di dadanya. Sebaliknya jika jantung/qalbu sakit, maka ibadah betul-betul dirasakan amat berat olehnya.
Qalbu/jantung harus kuat, sehingga kuat beribadah. Manakala jantung/qalbu kuat, maka suruhlah ia melakukan ibadah sesukanya.
Lelaki enampuluh tahunan merasakan shalat yang lama adalah nikmat. Sedangkan pemuda dua puluh tahunan, jago bela diri, memandang shalat yang lama amatlah berat. Kenapa?
Andaikan mereka pergi ke lapangan sepak bola atau futsal dan bermain di sana selama dua jam, tentu mereka tidak merasa jenuh. Tapi kenapa hanya lima menit bacaan Al Qur’an mereka sudah jenuh? Padahal beda antara shalat yang panjang dan pendek cuma lima menit. Dipanjangkannya shalat isya berjamaah cuma beda lima menit dengan shalat isya yang pendek qira’ahnya. Mengapa mereka menganggap berat waktu lima menit namun tidak menganggap berat dua jam bermain sepak bola atau futsal?
Sebab yang berdiri dalam shalat adalah qalbu/jantung, sedangkan di lapangan sepakbola adalah badan. Badan yang ditupang oleh otot dan tulang. Makanya dua jam main bola tidak merasa bosan. Tapi sepuluh menit berdiri untuk shalat maka hal ini dirasakan berat. Amat berat sekali.
Kenapa berdiri dua jam untuk menonton bola tidak membosankan? Satu setengah jam berdiri, melihat kemana saja bola itu lari. Syetan mengikat badannya dengan tali kekang, bola sudah mendekati gawang, awas.. dan jantung/qalbunya melayang di udara menunggu detik-detik yang mendebarkan jantungnya, bagaikan bulu yang tergantung.
Jika angin bertiup, maka ia terbang ke arah mana angin tersebut bertiup, karena jantung/qalbunya bagaikan bulu yang tergantung di angin. Kenapa ia betah duduk di stadion bola dua jam, padahal urat syarafnya tegang dan sering menahan nafas?
Sementara jika khotib jum’at berkhotbah setengah jam menyampaikan ayat-ayat al Qur’an dan hadits-hadits Nabi saw yang menyinggung hari kiamat, dia tidak mau duduk atau tidak betah duduk. Engkau duduk di masjid terlindung panas matahari, pakai kipas angin bahkan ber ac. Di sini malaikat bersamamu, ketenangan turun kepadamu dan rahmat akan meliputimu.
“Ketenangan akan turun kepada mereka, para malaikat mengelilinginya dan mereka akan diliputi oleh rahmat.”
Mengapa engkau merasa sempit duduk bersama para malaikat? Qalbu/jantungmu merasa berat duduk dengan malaikat, kenapa begitu? Engkau tak kuat menahan, tak tahan khotbah panjang, tak juga shalat yang panjang, kenapa? Sebab qalbumu atau qalbu mereka kosong.
“Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zhalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata mereka terbelalak. Mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mengangkat kepalanya, sedangkan mata mereka tidak berkedap-kedip dan qalbu mereka kosong (bagaikan udara).” (Ibrahim 42-43).
Karena qalbunya kosong, tidak teguh, takut, bergetar dan bergoyang jika tertiup angin. Qalbunya gemetar manakala penanggungjawabnya memarahinya, manakala penguasa memarahinya, manakala para petugas keamanan memarahinya dan mengangkat dakwaan yang tertuju kepadanya. Qalbu mereka kosong, selalu cemas, tidak mantap, dan tidak teguh selamanya. Qalbu mereka kosong. Qalbu mereka bergetar. Kenapa? Karena tidak ada keikhlasan di dalamnya, tidak mempunyai sikap konsisten atau istiqamah, tidak dibekali dengan berbagai ibadah sehingga qalbunya menjadi teguh dan tenang. Sebab qalbu tidak bisa teguh dan mantap dengan sajian bola, yang di dalamnya ada sedikit udara. Qalbu menjadi tenang dan tenteram dengan dzikrullah. Ingatlah hanya dengan dzikrullah (mengingat Allah) qalbu menjadi tenteram.
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan qalbu mereka menjadi tenteram dengan dzikrullah. Ingatlah hanya dengan dzikrullah qalbu menjadi tenteram.” (Ar Ra’d 28).
Pernah suatu ketika seseorang datang menemui imam Ahmad dan mengadu kepadanya. Kata orang tersebut; “Wahai Imam, saya takut kepada Sultan.” Maka Imam Ahmad menjawab, “Jika qalbumu sehat, maka engkau tidak akan takut kepada seorangpun.”
“Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan, jika kamu mengetahui? Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kejahatan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapatkan keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk.” (Al An’am : 81-82).
Jadi keamanan itu milik siapa? Apakah milik para petugas keamanan yang kerjanya mengacau keamanan dan memutuskan tali keamanan yang melindungi rakyat?
Kalian tidak takut mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan kalian, kenapa aku harus takut dengan berhala-berhala yang kalian sembah? Mana diantara kita yang berhak mendapatkan keamanan? Siapa yang wajib ditakuti, dimalui dan dikhawatiri? Allah atau benang laba-laba? Semua orang yang berlindung kepada penguasa-penguasa tiran di muka bumi ini sebenarnya dia berlindung kepada rumah laba-laba.
“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.” (Al Ankabut 41).
Semua penguasa di dunia, jika mereka tidak berada di pihak Allah adalah benang laba-laba. Mana yang lebih kuat? Mereka yang berpegang teguh kepada tali Allah atau mereka yang berpegang teguh kepada benang laba-laba? Apa yang bisa diperbuat dengan benang laba-laba? Lihatlah, berapa tiang yang menopang kemah itu? Berapa tali yang mengikatnya? Meski demikian, apabila ada angin kencang maka angin tersebut akan mencabut atau menerbangkannya. Lalu bagaimana dengan orang yang berpegang dengan benang laba-laba?
“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali (agama) Allah.” (Ali Imran 103).
Di saat engkau berpegang teguh dengan tali Allah, maka sesungguhnya engkau berpegang dengan buhul tali amat kuat. Maka tinggalkanlah manusia-manusia yang berpegang pada benang laba-laba.
“Tidak ada paksaan untuk memasuki agama (Islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al Baqarah 256).
Jangan kamu lepaskan ikatan buhul itu, tapi berpeganglah kepadanya. Kamu tahu orang yang naik dengan tali, mereka membuat simpul-simpul pada tali tersebut bukan? Di sini kalian tidak membawa tali. Tapi di sana ada tali yang dipakai untuk memanjat. Perhatikanlah tali yang dipakai untuk memanjat itu. Jika ada simpul atau buhulnya maka mudah bagimu untuk memanjatnya, kenapa demikian? Karena tanganmu memegang kuat simpul itu hingga tidak lepas atau mrucut.
Maka dari itu, mulailah dahulu memeriksa qalbumu, perbaiki dan peliharalah ia dari panah-panah beracun dan hal-hal yang haram.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar